Cilacap (ANTARA) - Nilai transaksi pelelangan ikan di delapan tempat pelelangan ikan (TPI) yang dikelola Koperasi Unit Desa (KUD) Mino Saroyp, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, pada 2024 mengalami peningkatan meskipun belum mencapai target yang ditetapkan.

"Produksi (nilai transaksi pelelangan ikan) tahun 2024 cukup bagus karena dibandingkan 2023 ada peningkatan sekitar 15-20 persen, karena produksi pada tahun 2023 hanya Rp117 miliar, sedangkan tahun 2024 mencapai kisaran Rp137 miliar," kata Ketua KUD Mino Saroyo Untung Jayanto di Cilacap, Jumat.

Menurut dia, semua itu membuktikan bahwa partisipasi anggota koperasi terhadap unit usaha TPI sangat produktif meskipun tidak sesuai dengan perencanaan anggaran pendapatan dan belanja KUD Mino Saroyo yang disahkan pada Rapat Anggota Tahunan (RAT) Tutup Buku Tahun 2023.

Dalam hal ini, kata dia, saat RAT tersebut nilai transaksi di seluruh TPI pada 2024 ditargetkan sebesar Rp150 miliar, namun hanya tercapai Rp137 miliar.

"Tapi, ini sudah bagus. Yang namanya rencana anggaran pendapatan dan belanja KUD khususnya di unit pelelangan ikan kan tidak mesti harus tercapai, karena faktor X, banyak penyebabnya, karena alam dan sebagainya," kata dia.

Ia pun mencontohkan transaksi di beberapa TPI yang berada di sebelah utara seperti Lengkong dan Kemiren mengalami penurunan drastis dengan adanya pembangunan tanggul pemecah gelombang laut karena nelayan setempat tidak bisa mendaratkan ikan hasil tangkapan di tempat itu.

Oleh karena itu, kata dia, perahu-perahu jukung milik nelayan di wilayah tersebut banyak yang melakukan pendaratan di TPI Tegalkatilayu.

Kendati demikian, dia mengakui pembangunan tanggul pemecah gelombang tersebut memang harus dilakukan karena merupakan program pemerintah untuk menahan gelombang laut agar tidak sampai ke daratan.

Ia mengharapkan usulan nelayan terkait dengan pembuatan sayap di sisi kanan dan kiri tanggul dapat dipenuhi meskipun saat sekarang baru terpasang sekitar 75 meter.

"Itu sudah merupakan respons yang bagus. Namun harapan kami, kalau bisa ya diperpanjang sampai 150-200 meter," katanya.

Menurut dia, keberadaan sayap tersebut bisa menahan abrasi karena tanah atau pasir tidak akan mengarah ke dermaga khusus pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

Ia menyakini seiring dengan berjalannya waktu, sayap-sayap tersebut akan terisi oleh pasir laut.

"Namun kalau panjangnya baru 75 meter, nelayan-nelayan tidak bisa mendaratkan di situ karena berisiko mengingat gelombang laut selatan Jawa sangat ekstrem. Jadi menurut kami paling tidak panjangnya 150-200 meter agar nelayan bisa beraktivitas di situ," katanya.

Terkait dengan produksi ikan selama tahun 2024, dia mengakui yang paling dominan berupa cumi, cakalang, dan layur yang merupakan unggulan Cilacap.

Selain itu, kata dia, peningkatan produksi perikanan tersebut juga disebabkan adanya migrasi kapal-kapal dari luar wilayah Cilacap.

"Migrasi dari luar daerah, tapi sebetulnya kapal itu izinnya dari Cilacap. Hal itu turut menambah produksi," kata Untung.

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap Indarto mengatakan berdasarkan data rapat koordinasi dengan Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Cilacap, penambahan jumlah kapal dari luar daerah yang saat ini beroperasi di Cilacap berkisar 20-25 unit.

Menurut dia, kapal-kapal dari luar daerah tersebut mengambil perbekalan dan bongkar muatan berupa ikan hasil tangkapan di Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap yang selama ini terdapat sekitar 750 kapal.

"Sebagian kapal-kapal dari luar daerah itu sebelumnya memang kapal yang berasal dari Cilacap dan saat ini kembali ke Cilacap sesuai dengan izin dari provinsi maupun pusat," katanya.