Semarang (ANTARA) - Pemerintah Kota Semarang optimistis meraih juara pada Lomba Habitat 2025 tingkat Provinsi Jawa Tengah, yang merupakan perlombaan penilaian inovasi dan upaya mengatasi kawasan kumuh.

Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu di Semarang Selasa, mengatakan bahwa pihaknya terus menggencarkan pengentasan kawasan kumuh yang masih tersisa.

Dari total 431 hektare kawasan kumuh yang ada di Kota Semarang, seluas 192 hektare berhasil dihapuskan pada 2023 sehingga menyisakan 44 hektare di tahun 2025.

Ita, sapaan akrab Hevearita menjelaskan, tahapan Lomba Habitat 2025 telah dimulai dengan presentasi yang digelar pada 9 Januari 2025 di Hotel Khas Semarang.

Dalam tahapan tersebut, Kota Semarang berhasil masuk ke dalam enam nominasi kabupaten/kota dengan nilai tertinggi.

Setelah itu, dilanjutkan kunjungan verifikasi lapangan dari tim penilai Lomba Habitat 2025 tingkat Provinsi Jateng, Senin (20/1) kemarin, yang merupakan tahapan penting dalam perlombaan itu.

Dalam tinjauan itu, tim juri dipimpin oleh Prof Sunarti dari Forum PKP Jateng dan akademisi, juga ada perwakilan Yayasan Bina Karta Lestari (BINTARI), akademisi, Urban Development Analyst, serta Disperakim Jateng.

Tim juri mengunjungi empat kawasan yang menjadi fokus penilaian, yaitu Kelurahan Kauman, Kelurahan Mangunharjo, Tugurejo, dan Mangkang Wetan.

Pemilihan kawasan tersebut didasarkan pada pencapaian signifikan dan inovasi yang diterapkan dalam mengatasi kekumuhan dan membangun lingkungan yang lebih tangguh terhadap perubahan iklim.

Kelurahan Kauman menjadi perhatian utama karena merupakan satu-satunya kawasan kumuh di Semarang Lama yang belum tertangani, dan rencananya revitalisasi difokuskan pada peningkatan infrastruktur seperti jalan lingkungan, saluran air, jalur difabel, dan penataan ulang kawasan untuk menjadi destinasi wisata yang representatif dan ramah lingkungan.

Sementara itu, kawasan Mangunharjo, Tugurejo, dan Mangkang Wetan di Kecamatan Tugu dipilih karena telah menunjukkan keberhasilan dalam memanfaatkan lahan tidur menjadi produktif.

Program unggulan di kawasan itu mencakup penanaman padi varietas biosalin yang dirancang khusus untuk lahan payau. Di samping meningkatkan produktivitas lahan pesisir, inovasi tersebut juga mendukung ketahanan pangan dengan cara yang adaptif terhadap perubahan iklim dan menjadi lokasi program normalisasi Sungai Bringin yang telah membantu mengurangi risiko banjir di wilayah sekitar.

Selain penanganan kekumuhan di kawasan pesisir, Pemkot Semarang juga telah melaksanakan berbagai inovasi lain, termasuk pengembangan infrastruktur irigasi, perbaikan jalan, program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), dan rehabilitasi kawasan mangrove untuk mendukung keberlanjutan lingkungan.

"Melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk masyarakat, akademisi, dan sektor swasta, kami optimistis dapat meraih hasil maksimal dalam Lomba Habitat 2025, sekaligus mencapai target penghapusan kawasan kumuh hingga nol persen," katanya.