"Binatang predator tikus makin musnah karena setiap malam diburu orang dari luar desa," kata Ketua Kelompok Tani Maju Makmur Dusun Wonolelo, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang Pangadi di Magelang, Rabu.

Ia menjelaskan, pada masa lalu di daerah itu cukup banyak predator tikus antara lain ular, belacan, dan musang.

Tetapi, katanya, sejak beberapa waktu terakhir aneka satwa yang berfungsi sebagai predator itu diburu oleh pemburu liar untuk menjadi menu makanan atau dijual.

"Orang memburu predator itu setelah jam 12 malam, saat warga sudah tidur," kata Pangadi yang juga Kepala Dusun Wonolelo tersebut.

Ia mengatakan, selama dua musim tanam padi di daerah itu, serangan tikus tak mampu diatasi hingga tuntas oleh petani setempat. Jumlah anggota kelompok tani itu sebanyak 25 orang.

Tikus, katanya, menyerang tanaman padi yang umumnya berumur 35 hari.

Bahkan, katanya, tak jarang benih padi yang baru disemai juga menjadi sasaran serangan tikus itu.

Ia menyebutkan, luas serangan tikus di areal persawahan padi di daerah itu telah mencapai sekitar 25 hektare.

Sebagian besar petani setempat gagal panen dengan kerugian mencapai Rp400 ribu per "kesok". Satu "kesok" sekitar 900 meter persegi.

Belum lama ini, katanya, petani dusun itu mendapat bantuan dari Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan Kabupaten Magelang untuk upaya mengatasi serangan tikus.

Petani setempat beberapa waktu lalu bergorong-royong geropyokan tikus di areal persawahan setempat dengan mengasapi menggunakan belerang berbagai liang persembunyian tikus di areal persawahan.

"Memang hasilnya kurang maksimal, tetapi kami terus berupaya mengatasi serangan tikus," katanya.

Pada kesempatan itu ia juga mengatakan, sebagian petani setempat sedang masa penyemaian benih padi. Musim tanam padi di daerah itu selama empat bulan, sedangkan dalam kondisi normal panenan satu "kesok" sekitar tiga kuintal.

"Petani kami biasanya menanam padi jenis IR-64, umumnya dijual dengan cara tebasan," katanya.