Bangkitkan Kembali Keanekaragaman Pangan
Minggu, 14 Oktober 2012 14:42 WIB
Mulai dari monopoli impor beras oleh Bulog, kemudian kebijakan tentang larangan impor beras, hingga impor beras berdasarkan mekanisme pasar.
Sebuah ironi karena negara ini merupakan negara penghasil beras. Akan tetapi, melakukan impor beras dalam jumlah yang tidak sedikit.
Pada umumnya sebagian masyarakat menganggap bahwa impor beras dipicu oleh produksi atau suplai beras dalam negeri yang tidak mencukupi. Namun, dalam kenyataannya impor beras dilakukan ketika data statistik menunjukkan bahwa Indonesia sedang mengalami surplus beras.
Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Angka Ramalan II (ARAM II) memperkirakan produksi padi pada tahun 2011 mencapai 68,06 juta ton gabah kering giling (GKG), atau naik 2,4 persen jika dibandingkan dengan produksi 2010. Jika dikonversi ke beras, artinya pada tahun ini produksi beras nasional sebesar 38,2 juta ton.
Hal ini apabila dibandingkan dengan konsumsi beras Indonesia sebanyak 34 juta ton per tahun, Indonesia sedang mengalami surplus beras sebanyak kurang lebih empat juta ton beras. Hal ini baru dari produksi beras dan belum hasil-hasil pertanian lainnya yang bisa untuk menggantikan beras yang bisa dijadikan bahan pokok makanan.
Tentunya bangsa ini dalam memenuhi kebutuhan pangan, kalau saja tidak hanya menggantungkan beras, akan bisa tercukupi dengan produksi sendiri dan bahkan akan melimpah, termasuk untuk warga di Kota Solo ini meskipun hanya memiliki lahan pertanian sekitar 100 hektare.
Kepala Kantor Ketahanan Pangan Pemkot Surakarta Rohana, S.H., M.M. sependapat semestinya untuk memenuhi kebutuhan pangan warga tidak hanya mengandalkan beras saja, tetapi juga bisa menggunakan bahan pangan lainnya yang juga tidak kalah kulaitasnya dibanding beras, seperti dari umbi-umbian.
Banyak sumber karbohidrat yang bisa menggantikan beras, seperti serealia, umbi-umbian (kentang, singkong, ubi jalar), jagung, kacang-kacangan kering, gula. Untuk hasil olahan dari sumber karbohidrat adalah mi, bihun, roti tepung-tepungan, selai, sirup, dan sebagainya.
Bahan-bahan tersebut sebenarnya juga bisa diolah secara bervariasi untuk mengganti beras. Mengingat di Kota Solo yang hanya memiliki lahan pertanian yang terbatas hanya sekitar 100 hektare dengan jumlah penduduk mencapai sekitar 500 ribu jiwa lebih, maka untuk memenuhi kebutuhan pangan ini menggantungkan pasokan dari daerah-daerah tetangga.
Pasokan beras bagi warga Kota Solo sekarang ini berasal dari daerah Klaten, Karanganyar, Sragen, Boyolali, dan Sukoharjo. Untuk mengurangi dari ketergantungan pasokan pangan dari daerah tetangga ini bersamaa dengan memperingati Hari Pangan Sedunia yang mengusung tema "Agroindustri Berbasis Kemitraan Petani Menuju Kemandirian Pangan" maka menggelar "Grebeg Pangan" bersama dengan daerah-daerah sekitarnya.
Grebeg Pangan
Digelarnya Grebeg Pangan ini dimaksudkan salah satunya dalam rangka mengampanyekan keanekaragaman pangan untuk mengurangi ketergantungan beras dan sekaligus juga sebagai ajang promosi makanan olahan yang berasal dari bahan baku nono beras, kata Sekretaris Daerah (Sekda) Pemkot Surakarta Budi Suharto dalam acara membuka grebeg tersebut di Plaza Sriwedari, Solo, Minggu.
"Kampanye keaneka ragaman pangan yang berbasis menggunakan bahan lokal ini sebenarnya dahulu sudah dilakukan, tetapi entah kenapa jalannya kurang lancar, dan sekarang ini dibangkitkankan kembali. Melalui gerakan ini pula diharapkan akan bisa membangkitkan produksi makanan dalam negeri," katanya.
Pelaksanaan Grebeg Pangan yang berlangsung bertepatan dengan acara 'Car Free Day' ini merupakan yang tepat karena akan bisa banyak dikenal oleh masyarakat. Namun, acara-acara seperti itu semestinya tidak hanya berhenti di sini saja, dan bisa juga dilakukan di tempat-tempat yang lain, seperti pada pertemuan ibu-ibu PKK.
Sebanyak tujuh daerah tingkat II, yaitu Pemkot Surakarta, Kabupaten Sragen, Karanganyar, Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, dan Kabupaten Boyolali, secara bersamaan ikut memeriahkan acara "Grebeg Pangan 2012" dalam rangka memperingati Hari Pangan Sedunia tahun ini.
Grebeg Pangan 2012 menampilkan paling sedikit 40 gunungan yang dibuat dari berbakai aneka makanan yang sehat, serta ada tumpeng raksasa yang tingginya hampir 1 meter, dan dimeriahkan berbagai atraksi kesenian rakyat.
Kirab Grebeg Pangan tersebut berangkat dari Lapangan Kota Barat, terus jalan kaki menuju Jalan Slamet Riyadi, dan terakhir berhenti di Plaza Sriwedari. Gunungan yang terbuat dari berbagai makanan terus dibagi-bagikan kepada masyarakat yang hadir pada acara tersebut.
"Berbagai perusahaan makanan apa saja banayka yang ikut memeriahkan dalam memperingati Hari Pangan Sedunia yang mengambil tema Agroindustri Berbasis Kemitraan Petani Menuju Kemandirian pangan, dan makanan yang disajikan itu harus dijamin sehat," katanya.
Makanan yang disertakan dalam acara tersebut tidak boleh dijual. Setelah acara itu selesai, harus dibagi-bagikan kepada masyarakat yang hadir. Melalui kegiatan ini diharapkan bisa menjadi edukasi dan sosialisasi bahan pangan lokal kepada masyarakat.
Melalui kegiatan ini pula, dia berharap bisa menjadi ajang promosi wisata kuliner bagi para pengusaha dan industri pangan sehingga dapat meningkatkan penghasilan yang berimbas pada kebutuhan tenaga kerja.
Pewarta : Joko Widodo
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Terpopuler - Pumpunan
Lihat Juga
"Sepenggal Kisah" BPJS Ketenagakerjaan bagi penggali kubur dan pemandi jenazah
22 November 2024 21:06 WIB