"Kegiatan kurikuler yang sifatnya mengikat bukan sesuatu yang bertentangan dengan kegiatan ekstrakurikuler," katanya, usai Pelantikan Pengurus Organisasi Mahasiswa (Ormawa) IKIP PGRI Semarang, Jumat.

Menurut dia, kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler di sekolah sifatnya justru saling mendukung dan melengkapi, apalagi guru yang mengajar kegiatan ekstrakurikuler juga akan mendapatkan kredit nilai.

Ia mengemukakan guru tidak hanya perlu menguasai aspek-aspek akademik, tetapi mereka harus menguasai "softskill" untuk diajarkan pada siswa yang banyak terdapat dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler.

Karena itu, IKIP PGRI Semarang membekali para mahasiswa dengan "softskill" sedini mungkin, salah satunya melalui keaktifan dalam kegiatan ormawa, yang biasa juga disebut unit kegiatan mahasiswa (UKM).

Bahkan, kata dia, IKIP PGRI Semarang juga menjadikan keaktifan dalam ormawa sebagai salah satu syarat kelulusan sehingga setiap mahasiswa diharuskan mengikuti minimal satu ormawa yang ada di kampus.

"Kami ingin ketika mereka (mahasiswa) menjadi guru nantinya tidak hanya menguasai kemampuan akademik. Sebab, ketika mereka menjadi guru tak hanya dituntut mengajar siswa selama 24 jam/minggu," katanya.

Sekretaris Umum PGRI Jawa Tengah itu menjelaskan beban mengajar guru selama 24 jam/minggu yang menjadi syarat memeroleh tunjangan profesi bisa dipenuhi sebagian dari membina kegiatan ekstrakurikuler.

"Bimbingan dan latihan dalam kegiatan ekstrakurikuler disetarakan dengan pembelajaran tatap muka resmi. Karena itu, bisa menjadi alternatif bagi guru yang tidak mampu memenuhi beban kerja mengajar," katanya.

Ia mengatakan keberadaan ormawa merupakan wadah bagi mahasiswa IKIP PGRI Semarang sebagai calon guru untuk mengembangkan diri, baik minat maupun bakat yang dimiliki sehingga keberadaannya sangat penting.

"Bayangkan jika mahasiswa hanya dituntut untuk belajar. Bagaimana mereka kemudian sanggup membimbing kegiatan ekstrakurikuler di sekolah setelah menjadi guru nantinya," katanya.

IKIP PGRI Semarang, kata dia, sangat memperhatikan kelangsungan dan kemajuan ormawa yang dimilikinya, salah satunya dengan mengalokasikan anggaran sekitar enam persen dari anggaran pendapatan dan belanja kampus.