'Selikuran Lima Gunung' untuk Perempuan
Senin, 22 April 2013 8:16 WIB
Sejumlah mahasiswi Akademi Kebidanan Sandikarsa Makassar, Sulawesi Selatan, membawakan tarian "Tumimpare" tentang silaturahim adat Bugis-Toraja, saat pergelaran "Selikuran Lima Gunung" di panggung terbuka Studio Mendut, Kabupaten Magelang, Minggu (21
Pergelaran rutin setiap bulan sekali oleh Komunitas Lima Gunung Magelang itu bertepatan dengan peringatan Hari Kartini yang jatuh pada 21 April 2013 lebih mengutamakan berbagai kelompok seniman dan organisasi di luar komunitas tersebut.
Sejumlah pementasan itu, antara lain tarian Topeng Grasak dari Ngipik, Kecamatan Candimulyo (Gunung Merbabu), tarian Tumimpare oleh mahasiswa Akademi Kebidanan Sandikarsa Makassar, Sulawesi Selatan, tarian Bajidor oleh grup Sahabat Lima Gunung Kota Solo, tarian Jaipong oleh mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta, dan tarian "Dolanan" oleh anak-anak putri Sekolah Mendut.
Selain itu, teater dengan lakon Kampung Serdadu oleh grup Teater Kejora SMA Negeri Kota Mungkid, orasi puisi tentang reproduksi perempuan oleh Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Kabupaten Magelang yang juga Kepala Bidang Sumber Daya Manusia Dinas Kesehatan Pemkab Magelang Sri Kuswantie, orasi tentang surat menyurat perempuan oleh Direktur LSM Kampung Halaman Yogyakarta Cicilia.
Pada kesempatan itu, para tokoh komunitas bersama semua yang hadir di Studio Mendut, sekitar 500 meter timur Candi Mendut, melantunkan lagu dalam bahasa Jepang "Hana Wa Saku" (Bunga sedang Berkembang) dengan iringan musik jazz yang dimainkan pemimpin tertinggi Komunitas Lima Gunung Sutanto Mendut.
Selain itu, pembacaan puisi "Pengakuan Kartini" oleh penyair Magelang Wicahyanti Rejeki dan geguritan tentang perempuan oleh Agnesia Maya (SMA Kristen 1 Kota Magelang), serta puisi "Engku Itu" oleh Wiwit Purwaningsih (The Darno's Kabupaten Kendal), ketoprak dengan lakon "Sri Uning" oleh grup Ketoprak Timbul Topo Magelang, dan performa potret perempuan oleh Aning Purwa dan Andre Topo (Sanggar Watujowo Borobudur).
Ketua Komunitas Lima Gunung Supadi Haryanto mengatakan pergelaran tersebut memiliki arti penting antara lain bertepatan dengan Hari Kartini.
"Kami mengemasnya untuk penghormatan terhadap harkat dan martabat perempuan, sebagaimana telah diperjuangkan oleh Ibu Kartini dulu," katanya.
Manajer Produksi "Selikuran Lima Gunung" Riyadi mengatakan agenda pada Minggu (21/4) malam itu sebagai pergelaran keenam komunitas tersebut, sejak November 2012 dengan tempat yang berpindah-pindah di daerah itu.
Hadir pada kesempatan itu, antara lain budayawan dan juga pengajar Pascasarjana Ilmu Religi Budaya Universitas Sanata Dharma Yogyakarta G. Budi Subanar dan pengelola Pusat Penyelamatan Satwa Yogyakarta Tarko Sudiarno.
Pewarta : M Hari Atmoko
Editor : M Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Kelulusan lima peserta seleksi PPPK Pemkab Kudus dibatalkan, ini alasannya
20 January 2025 18:57 WIB
Terpopuler - Alfamart
Lihat Juga
Perayaan Tahun Baru, Pengunjung Objek Wisata Tawangmangu Pesta Kembang Api
01 January 2017 8:32 WIB, 2017
Sambut Tahun Baru, Boyolali Gelar Pertunjukan di 22 Titik Termasuk Godbless
29 December 2016 13:55 WIB, 2016