"Hari-hari ini, sejak dua minggu lalu hingga sekarang, saya memang tidak pernah menonton televisi, membaca koran. Daripada sumpek gitu," katanya di sela Sosialisasi Kurikulum 2013 di Universitas Negeri Semarang di Semarang, Sabtu.

Kisruh pelaksanaan UN, terutama penundaan di sejumlah provinsi akibat ketidaksiapan pencetakan naskah memang membuat wajah Nuh kerap menghiasi layar televisi dan media cetak akhir-akhir ini.

Mantan Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu mengaku menghindari layar televisi dan membaca koran yang menjadikan kisruh UN menjadi isu sentral dan menjadikannya santapan masyarakat sehari-hari.

"Ada kawan saya sembari bercanda bilang, 'Wah, popularitas Bapak (Nuh, red.) sekarang naik'. Saya jawab, popularitas memang naik, tetapi elektabilitas turun," katanya sembari tertawa dengan disambut tawa riuh dari para hadirin.

Ia mengatakan kisruh pelaksanaan UN 2013 suatu musibah yang sebenarnya mengandung makna sebagai ujian, bukan hanya siswa-siswa yang diuji, akan tetapi penyelenggaranya juga diuji.

"Ini (kisruh UN, red.) memang ujian kesabaran. 'Nek ujiane' kesabaran, kisi-kisinya kesabaran. Diuji lulus 'opo ga' (apa tidak, red.) ujiannya. Kalau diuji sabarnya tambah, berarti lulus. Kalau diuji tidak sabar berarti ya tidak lulus," katanya.