Akibat penyakitnya, Kintan yang lahir pada 4 Desember 2010 dengan berat badan 3,25 kilogram, jari-jari tangan maupun kakinya dempet pada kelingking hingga telunjuk dan hanya terpisahkan sedikit pada ujung jari antara telunjuk dengan jempol.

Bahkan, kuku pada jari-jarinya juga ada yang dempet satu dengan yang lainnya.

Selain itu, ubun-ubun Kintan menutup lebih cepat (Craniosynostosis, red.) sehingga tulang tengkoraknya tidak normal, kedua matanya terlihat agak menonjol, serta sering mengeluarkan air liur dan ingus akibat langit-langit mulut terlalu cekung.

Saat ditemui wartawan di rumahnya, Jalan Rinjani Gang Argosari 4, Kelurahan Sidanegara, Kecamatan Cilacap Tengah, Cilacap, Arif mengaku sangat membutuhkan uluran tangan dari para dermawan guna biaya pengobatan anaknya karena dia hanya bekerja sebagai buruh sebuah pabrik di Cilacap.

"Kami tak mampu untuk membiayai pengobatan Kintan yang butuh penanganan secepatnya. Selama ini, Kintan hanya dirawat semampu kami, agar kondisinya tetap stabil," katanya.

Arif mengaku telah mengurus kartu Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) untuk Kintan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap.

Akan tetapi, kata dia, kartu Jamkesda tersebut diperkirakan baru akan keluar pada akhir 2013.

"Kami butuh penanganan yang cepat agar tidak terlambat, tapi kalau menunggu sampai akhir tahun tanpa kejelasan, kami juga bingung mau bagaimana lagi," katanya.

Menurut dia, Kintan pernah dibawa berobat pada salah seorang dokter di Cilacap.

Ia mengatakan bahwa dokter tersebut memperkenalkannya dengan orang tua bayi bernama Danu yang juga menderita "Apert Syndrome".

"Saat ini, Danu dirawat di RSUD Dr Soetomo Surabaya yang konon menjadi rumah sakit rujukan bagi penderita 'Apert Syndrome'. Saya pun berkonsultasi dengan salah seorang dokter di rumah sakit itu," katanya.

Berdasarkan hasil konsultasi, kata dia, biaya operasi pada kepala maupun memisahkan jari-jari tangan dan kaki Kintan berkisar Rp60 juta hingga Rp70 juta untuk sekali operasi.

"Padahal menurut dokter itu, paling tidak harus dilakukan tujuh hingga delapan kali operasi. Kami tak mampu dengan biaya sebesar itu," katanya.