"Kami memang batasi lima peserta, namun kami masih memberikan toleransi hingga tujuh anak berambut gimbal yang ikut ruwatan. Seperti tahun kemarin, awalnya ada lima namun, ada tambahan dua lagi sehingga menjadi tujuh anak," kata Wakil Ketua Panitia DCF 2013 Alif Faozi di Banjarnegara, Selasa.

Dalam hal ini, kata dia, selama "begono"-nya (permintaan anak-anak berambut gimbal yang ikut ruwatan) tidak memberatkan panitia, jumlah peserta ruwatan bisa bertambah, yakni maksimal tujuh anak.

Menurut dia, "begono" merupakan permintaan dari anak berambut gimbal yang harus dipenuhi oleh orang tuanya saat hendak diruwat.

Selain itu, lanjut dia, ruwatan harus dilaksanakan atas permintaan anak tersebut, bukan keinginan orang tuanya.

"Biasana 'begono' dipenuhi oleh orang tua anak berambut gimbal yang hendak diruwat. Namun karena acara ini bersifat sosial, 'begono'-nya dipenuhi oleh panitia," kata dia yang juga Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dieng Pandawa, Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara.

Lebih lanjut, Alif mengatakan bahwa tiga dari lima anak berambut gimbal yang dipastikan mengikuti ruwatan, yakni Mazaya Fiza Labibah dari Bekasi, Jawa Barat, dengan "begono" perhiasan berupa kalung dan gelang serta baju pesta. Nuria binti Tutur dari Desa Karangtengah, Kecamatan Batur, Banjarnegara, dengan "begono" berupa kambing, serta Lista binti Latif dari Garung, Kabupaten Wonosobo, dengan "begono" berupa sepeda, mercon, dan cincin.

Sementara dua anak lainnya, lanjut dia, berasal dari Pawuhan, Dataran Tinggi Dieng, namun pihaknya belum menerima data secara lengkap karena mereka masih dalam tahap persiapan.

"Kedua anak itu belum menyampaikan 'begono'-nya," kata dia.

Ia mengatakan bahwa ruwatan massal anak-anak berambut gimbal ini dilaksanakan pada Minggu (30/6) meskipun rangkaian kegiatan DCF 2013 dimulai sejak Sabtu (29/6).