Siti Zuhro: Perlu Reformasi Sistem Pendidikan Nasional
Selasa, 31 Desember 2013 10:30 WIB
Peneliti senior Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) R. Siti Zuhro. (Foto Antara)
"Calon-calon pemimpin nasional memerlukan bekal yang cukup yang didapat dari sistem pendidikan nasional. Artinya, untuk mencetak pemimpin, sistem pendidikan Indonesia perlu direformasi secara serius agar materi yang diberikan berkualitas dan berguna nantinya," kata Prof. R. Siti Zuhro, M.A., Ph.D. ketika dihubungi dari Semarang, Selasa pagi.
Hal itu, kata Prof. Wiwieq (sapaan akrab R. Siti Zuhro), mengingat kepemimpinan nasional berfungsi dan berperan penting dalam kehidupan bernegara dan berbangsa.
Kepemimpinan nasional yang bagus, menurut alumnus Curtin University, Perth, Australia itu, akan berpengaruh positif terhadap meningkatnya kesejahteraan, ketentraman, dan stabilitas masyarakat.
Namun, bagi Prof. Wiwieq hal yang tidak kalah penting dalam membahas masalah kepemimpinan tersebut adalah peran "civil society" (masyarakat madani). Peran yang besar dari "civil society" dalam rekrutmen pemimpin telah dibuktikan pada era sebelumnya.
Indonesia mampu memunculkan pemimpin-pemimpin yang tidak hanya berkaliber lokal dan nasional, tetapi juga berkaliber internasional atau global.
"Soekarno, Hatta, Agus Salim, Sutan Syahrir, Muhammad Natsir dan lain-lain adalah produk model kepemimpinan pada zamannya," kata dosen tetap pada Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta dan Riau itu.
Pelajaran penting yang dapat dipetik dari krisis kepemimpinan di Indonesia, katanya, adalah rekrutmen pemimpin semestinya berjalan secara alamiah, yaitu melalui proses-proses atau tahapan penyaringan yang dilakukan secara objektif dan adil.
"Ini artinya bahwa untuk menghasilkan pemimpim yang berkualitas dan berkaliber itu tidak bisa melalui cara instan atau dikarbit," kata alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jember, Jawa Timur, itu .
Prof. Wiwieq berpendapat bahwa pemimpin bisa tumbuh dan berkembang dalam organisasi kemasyarakatan (ormas) dan partai politik. Hal ini mengingat peluang yang cukup yang diberikan kepada ormas dan partai politik akan membantu sistem rekrutmen pemimpin yang diharapkan rakyat.
Demikian pula, kata dia, peluang yang diberikan kepada kaum perempuan atau kelompok perempuan secara memadai akan berdampak positif terhadap pembangunan Indonesia.
"Hal ini tidak hanya karena perempuan menduduki jumlah yang sangat besar di Indonesia, tetapi juga karena sejauh ini perempuan cenderung kurang mendapatkan porsi yang memadai di hampir semua bidang. Padahal, mereka itu cukup kompetitif, baik dari segi kualitas maupun kompetensinya," kata Prof. Wiwieq.
Pewarta : D.Dj. Kliwantoro
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Terpopuler - Politik dan Hankam
Lihat Juga
Zulkifli Hasan Berharap Jakarta Kembali Tenang dan Damai Setelah Pilkada
02 February 2017 6:50 WIB, 2017
Agus: Saya hanya Sampaikan "Salam Hormat" ke Pak Maruf dan Pengurus PBNU
01 February 2017 19:04 WIB, 2017
" Presiden Jokowi Ingin Bertemu Saya, Tapi Dilarang Dua-Tiga di Sekeliling Beliau," Kata SBY
01 February 2017 18:35 WIB, 2017
Tim Anies-Sandi: Kegiatan PT MWS pada Masyarakat Tentang Reklamasi Pulau G Memaksakan Ambisi
01 February 2017 17:17 WIB, 2017
Setnov: NU Salalu Hadir sebagai Organisasi yang Suarakan Perdamaian dan Kesejukan
01 February 2017 16:41 WIB, 2017
Ahok Menyayangkan ada Pihak yang Mengadu Domba bahwa Dia Menghina Integritas PBNU
01 February 2017 16:12 WIB, 2017
Din: Tudingan Ahok Terhadap Maruf Bernada Sarkastik dan Sangat Menghina
01 February 2017 15:58 WIB, 2017
SBY perlu Klarifikasi Pernyataan Kuasa Hukum Ahok yang Mengkaitkan Fatwa MUI
01 February 2017 14:56 WIB, 2017