Catatan Akhir Tahun - Kerusuhan Suporter Persis Telan Korban
Selasa, 30 Desember 2014 15:13 WIB
Klub asal Kota Bengawan tersebut pada tahun 1928 resmi berganti nama dari Vorstenlandsche Voetbal Bond menjadi Persis Solo hingga sekarang.
Persis Solo berkandang di Stadion Manahan tersebut yang memiliki kapasitas hingga 35.000 penonton, sedangkan Stadion Sriwedari dijadikan sebagai pusat latihan tim.
Persis Solo mempunyai kelompok pendukung atau suporter setia yang bernama Pasukan Soeporter Paling Sejati (Pasoepati). Selama menjalani kompetisi perserikatan, klub Persis telah berhasil meraih juara sebanyak tujuh kali. Akan tetapi, terakhir pada tahun 2006 hanya sebagai Runner-up, setelah kalah melawan Persebaya Surabaya.
Persis Solo yang berawal dari mengikuti kompetisi yang berhasil lolos kedelapan besar Divisi Utama Liga Indonesia 2014 bersama klub Martapura FC (Martapura), Pusamania Borneo FC (Samarinda), dan PSCS (Cilacap). Ketika itu, Persis menghadapi Martapura di Stadion Manahan Solo, Rabu (22/10).
Persis Solo yang main di kandang sendiri tidak mampu memenuhi ambisinya meraih poin penuh setelah ditahan imbang melawan Martapura FC 1-1 pada pertandingan delapan besar di Stadion Manahan Solo, Jawa Tengah, kemudian berlanjut tragedi kerusuhan berdarah yang menyebabkan seorang suporter Pasoepati tewas.
Peristiwa kerusuhan di Solo yang menelan korban jiwa tersebut bukan karena kesalahan pemain kedua kesebelasan, suporter pendukung tuan rumah, maupun aparat keamanan pertandingan.
Namun, Persis yang menjamu Martapura sebenarnya permainan sangat menarik. Akam tetapi, pertandingan itu dicoreng oleh kepemimpinan Wasit Ahmadi Jafri asal Makassar yang bertidak aneh dan tidak adil dalam memimpin pertandingan.
Pelatih Persis Solo Widyantoro yang dikenal memiliki jiwa besar sempat memprotes wasit saat memberikan tambahan waktu hanya tiga menit karena pada saat kericuhan pertandingan sempat terhenti hingga 10 menit.
"Wasit memang 'gila', saya harus bagaimana? Anak-anak sudah bermain bagus. Namun, wasit yang pintar berlagak bodoh. Dia bertindak sportif dan adil saja sudah bagus. Persis sebagai tuan rumah saja dikerjai habis-habisan, apalagi main di kandang lawan," kata Widyantoro.
Pertandingan Persis melawan Martapura yang masih ada tambahan waktu tiga menit tersebut langsung dihentikan oleh wasit karena penonton yang emosi melihat kepemiminan wasit yang tidak adil. Wasit sempat dikejar-kejar pemain Persis yang memprotes karena keputusannya dianggap sudah tidak masuk nalar.
Persis melawan Martapura pertandingan akhirnya tidak dilanjutkan karena kondisi sudah tidak memungkinkan ketika itu. Wasit bersama dua asisten wasit diamankan oleh aparat pengananan, baik dari Polri maupun TNI. Hal ini awal kerusuhan yang terjadi di luar standion.
Ribuan penonton pendukung tuan rumah akhirnya melampiaskan kemarahannya dan berbenturan dengan aparat keamanan. Para suporter Pasoepati yang ingin melampiaskan dengan wasit. Akan tetapi, karena ketatnya pengamanan, akhirnya mereka harus berbenturan dengan aparat keamanan.
Suporter melakukan perusakan dengan pelemparan batu ke arah kendaraan bus tim tamu dan kendaraan milik kepolisian. Bahkan, sejumlah sepeda motor trail milik Satuan Dalmas Polresta Surakarta ikut dibakar massa.
Akibat kesuruhan tersebut satu korban meninggal di lokasi kejadian, yakni Joko Riyanto (35) warga Ngaliyan Pelem Simo Boyolali sempat dibawa ke Rumah Sakit Panti Waluyo Solo.
Menurut Kepala Polsek Laweyan Kompol Edi Wibowo, jenazah korban kini sudah dipindahkan ke RS Dr. Moewardi Solo untuk dilakukan autopsi di laboratorium forensik.
Hardono salah satu tetangga korban mengatakan bahwa korban memang sering melihat jika ada pertandingan sepak bola di Solo. Dia berangkat dari rumah sendirian ke Solo dengan sepeda motor.
Wakil Presiden Suporter Pasoepati Ginda Ferachriawan menyayangkan adanya korban meninggal dunia akibat kerusuhan tersebut.
Ginda menilai ketidakpuasan para penonton tersebut karena kepemimpinan wasit yang tidak profesional saat memimpin pertandingan Persis melawan Martapura FC.
"Jika dibandingkan dengan pertandingan Persis melawan PSCS Cilacap, wasit betul-betul fair play dan bertindak adil," katanya.
Menurut Ginda, pihaknya membenarkan jika dalam persepakbolaan Indonesia masih ada kepentingan-kepentingan yang tidak terpuji untuk mengatur sebuah pertandingan. Pihaknya berharap PSSI harus mengevaluasi akibat kejadian itu.
Sementara itu, Kepala Kepolisian Resor Kota Surakarta Kombes Pol. Iriansyah mengatakan bahwa satu korban meninggal dunia kerusuhan suporter akibat terluka terkena benda tajam sedalam 8 sentimeter di dada kananya, dan mengenai paru-parunya.
"Hal ini berdasarkan hasil autopsi tubuh korban, yakni Joko Riyanto (35) warga Ngaliyan RT 07, RW 02, Pelem Simo, Boyolali, yang dilakukan di Rumah Sakit Bhayangkara Semarang," kata Iriansyah.
Menurut Kapolresta Kombes Pol. Iriansyah, pihaknya melakukan autopsi ke Semarang atas permintaan pihak keluarga. Pihaknya hanya memberikan kemudahan atau menfasilitasi permintaan keluarga korban.
Kapolresta menjelaskan bahwa korban tewas sebelumnya dibawa ke RS Panti Waluyo, Rabu (22/10) malam, kemudian dipindahkan ke RS Moewardi untuk dilakukan autopsi. Akan tetapi, pihak RS menunggu bisa dilakukan autopsi hingga Kamis (23/10) pagi.
Namun, pihak keluarga korban meminta agar autopsi segera dilakukan untuk segera dimakamkan sehingga pada hari Kamis (23/10) sekitar pukul 00.15 WIB jenazah dibawa ke Semarang.
Menurut Kombes Pol. Iriansyah, autopsi tubuh korban dilakukan di RS Bhayangkara Semarang selesai sekitar pukul 04.00 WIB dan jenazahnya langsung dibawa pulang ke Simo, Boyolali, untuk dimakamkan.
Korban lainnya adalah aparat keamanan. Tercatat 15 orang menderita luka akibat terkena lemparan batu, dan dua di antara pertugas itu dirawat di Poliklinik Bhayangkara karena kakinya terluka relatif cukup parah.
Kapolresta mengatakan bahwa pihaknya sebelumnya melakukan langkah-langkah sebagai antisipasi. Akan tetapi, penonton yang secara mendadak mengejar wasit. Petugas sudah sigap melakukan pengamanan terhadap wasit dan pemain Martapura.
Kendati demikian, pihaknya mengimbau suporter-suporter lebih rasional dan menjaga sportivitas dalam sebuah pertandingan. Tim kalah dan menang sudah hal biasa.
"Kami berharap koordinator suporter lebih menekankan tetap bersemangat dan menjunjung tinggi sportivitas," katanya.
Dengan kejadian tersebut, Polresta Surakarta untuk sementara tidak keluarkan izin pertandingan sepak bola di Kota Solo sampai waktu yang belum ditentukan. Polisi kemudian melakukan langkah-langkah penyelidikan untuk mengungkap yang menjadi provokator dalam kerusuhan itu.
Tim penyidik Polresta Surakarta sudah memanggil dan memeriksa 22 saksi terkait dengan kasus kerusuhan suporter pendukung Persis Solo yang menelan satu korban tewas dan belasan lainnya mengalami luka-luka.
Kepala Satuan Reskrim Polresta Surakarta Kompol Guntur Saputro mengatakan bahwa pihaknya sudah memeriksa 22 orang terkait dengan kerusuhan suporter saat pertandingan Persis melawan Martapura FC di Stadion Manahan Solo, Rabu (22/10).
Menurut Guntur Saputro, 22 orang tersebut, termasuk empat orang yang sudah ditetapkan tersangka, yakni berinisial Ant, F, N, an Amp. Ada 18 orang yang dipanggil untuk dimintai keterangan sebagai saksi, antara lain anggota Dewan Pengurus Pusat Pasoepati, seperti sekjen, ketua korwil, dan dirigen suporter.
"Para saksi itu, dimintai keterangan tentang keorganisasian dan kejadian kerusuhan yang melakukan perusakan fasilitas umum dan sejumlah kendaraan, seperti sebuah bus pariwisata, dua truk milik Dalmas, kendaraan sepeda motor dinas trail milik anggota, dan beberapa mobil pengunjung," katanya.
Guntur Saputro mengatakan bahwa pihaknya terus berupaya mendalami kasus kerusuhan tersebut dan masih ada kemungkinan tersangka bisa bertambah.
Dewan Pengurus Pusat Pasoepati selaku organisasi suporter sepak bola pendukung Persis Solo menyatakan prihatin atas kerusuhan saat timnya menjamu Martapura FC hingga menelan satu korban meninggal dunia.
Menurut Amir Tohari, selaku juru bicara DPP Pasoepati, pihaknya prihatin atas meninggalnya Joko Riyanto (39), warga Ngaliyan RT 07, RW 02, Pelem, Simo, Boyolali akibat peristiwa kerusuhan tersebut.
Ia mengatakan bahwa peristiwa tersebut merupakan musibah yang tidak diperkirakan sebelumnya. Olahraga sepak bola seharusnya menjadi sarana kebersamaan dan persahabatan.
Namun, kata dia, tragedi yang menewaskan salah satu suporter pada laga Persis Solo melawan Martapura FC, Rabu (22/10), telah menjadi noda hitam bagi persepakbolaan di Kota Solo dan nasional.
"Kami menyadari bahwa peristiwa itu merupakan musibah yang menjadi keprihatinan kita semua," kata Amir Tohari.
Pihaknya berharap aparat kepolisian mengusut tuntas dan memproses secara hukum pelaku yang menewaskan suporter tersebut. Pasoepati meminta maaf kepada masyarakat Solo dan sekitarnya atas insiden saat dan pascapertandingan di Stadion Manahan. Peristiwa itu merupakan insiden terakhir yang terjadi di Kota Solo.
Selain itu, pihaknya juga menyerukan kepada semua anggota Pasoepati dan para pendukung Persis Solo agar berpikir jernih, tidak terpancing informsi negatif yang bisa memperuncing persoalan.
Pihaknya selaku aparat Pasoepati melakukan rapat koordinasi internal untuk melakukan evaluasi terhadap serangkaian peristiwa, khususnya insiden pada laga Persis Solo melawan Martapura FC.
Ia mengharapkan semua pihak tetap waspada, mengingat selama ini hubungan antara aparat keamanan, baik Polri maupun TNI, dengan Pasoepati terjalin dengan baik sehingga adanya korban pada insiden tersebut menjadi tanda tanya besar bagi anggotanya.
"Kami khawatir ada pihak-pihak lain yang bermain untuk memperkeruh keamanan dan kenyamanan Kota Solo," kata Amir Tohari.
Persis Sesalkan PSSI
Ketua Umum Persis Solo F.X. Hadi Rudyatmo menyesalkan langkah Komisi Disiplin (Komdis) PSSI yang terburu-buru menjatuhkan sanksi terhadap Persis Solo, menyusul adanya kerusuhan suporter di Stadion Manahan Solo, Rabu (22/10).
"Saya menyesalkan Komdis PSSI yang terburu-buru memutuskan sanksi, tanpa melakukan penyelidikan atau identifikasi persoalan di lapangan," kata Hadi Rudyatmo.
Bahkan, kata Rudyatmo, PSSI menjatuhkan sanksi kepada Persis Solo tanpa melalui sidang komisi disiplin. Persis Solo yang dijatuhi hukuman selama enam bulan tidak beraktivitas sepak bola tersebut, tentunya tidak ada lagi latihan bola, baik untuk junior maupun senior. Apalagi, mengadakan pertandingan sepak bola selama enam bulan itu.
Rudyatmo membenarkan terjadinya kerusuhan tersebut akibat kesalahan suporter pendukung Persis Solo. Akan tetapi, PSSI seharusnya melakukan langkah-langkah penyelidikan sebagai awal sebelum menjatuhkan sanksi.
Menurut Rudyatmo, pihaknya merasa keberatan atas keputusan PSSI, dan mengirimkan surat ke Komdis PSSI terkait dengan alasan dasar untuk memutuskan sanksi tersebut.
Sanksi enam bulan tanpa aktivitas sepak bola, menurut dia, akan mematikan olahraga terpopuler di Kota Solo. Selanjutnya, bagaimana nasib pemain dan masyarakat pencinta sepak bola?
Pihaknya menilai mental pengurus PSSI dan sejumlah wasit di Indonesia yang kurang baik. Jika wasit di Indonesia masih tetap bertindak tidak profesional, jangan harap Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 2018, kemudian PSSI bisa masuk ke semifinal.
Ia mengatakan bahwa PSSI harus mengetahui pemicu kerusuhan yang menelan satu korban jiwa tersebut. Bahkan, Komisi Disiplin PSSI sebelumnya memutuskan Persis Solo dinyatakan kalah walk out (WO) melawan Borneo FC Samarinda pada pertandingan delapan besar Divisi Utama Liga Indonesia 2014, tidak hadir di lapangan.
Namun, Persis Solo akhirnya mengirimkan surat protes ke PSSI dengan alasan saat melakukan latihan di Segiri Samarinda, bus yang ditumpangi pemain diserbu seklompok suporter tim tuan rumah.
Menurut Manajer Persis Solo Totok Supriyanto, Persis akhirnya masih diberikan kesempatan pertandingan ulang melawan Borneo FC di tempat yang netral, tanpa dihadiri penonton. Namun, pertandingannya belum dijadwalkan kapan dan di mana.
Namun, kata dia, keputusan PSSI tersebut tidak tahan lama dan mengubah jadwal pertandingan Borneo FC melawan Persis Solo tetap digelar di Samarinda, Kaltim.
Sekretaris Manajer Persis Solo Sapto Joko Purwadi mengatakan bahwa pihak manajemen Persis telah merima surat dari PT LI yang surat keputusan (SK), Komisi Banding (Komding) PSSI nomor 30/KEP/K8/DIV UTAMA/K3-14, tentang status laga ulang tersebut, Kamis (13/11).
Pada keputusan tersebut, kata Sapto Joko Purwadi, kick off akan berlangsung pukul 15.30 WITA dan boleh dihadiri oleh penonton. Akan tetapi, operator liga mengambil alih panitia pelaksana (panpel) pertandingan kandang Tim Borneo FC.
Wali Kota Surakarta F.X. Hadi Rudyatmo yang juga selaku Ketua Umum Persis Solo ikut mendampingi timnya ke Samarinda, Kalimantan Timur, melawan tuan rumah Borneo FC dalam pertandingan ulang babak delapan besar Grup P Divsi Utama Liga Indonesia.
Persis Solo akhirnya kalah melawan tuan rumah Borneo FC, dan sekaligus tidak bisa lolos ke babak semifinal. Persis berada pada urutan keempat di bawah Martapura FC, Borno Fc, dan PSCS Cilacap.
Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor:
Mahmudah
COPYRIGHT © ANTARA 2025