Catatan Akhir Tahun - Kenaikan Harga BBM Pengaruhi Sejumlah Sektor Bisnis
Rabu, 31 Desember 2014 15:31 WIB
Menurut Wakil Ketua Real Estate Indonesia (REI) Jawa Tengah Bidang Promosi, Humas, dan Publikasi Dibya K. Hidayat, pihaknya terpaksa menaikkannya karena harga material bangunan juga sudah mulai naik.
Meski demikian, kenaikan harga material bangunan tersebut tidak semata-mata disebabkan oleh kenaikan harga BBM subsidi. Akan tetapi, pelemahan dolar terhadap mata uang rupiah juga turut andil terhadap kenaikan tersebut, khususnya terhadap material yang berasal dari luar negeri, di antaranya semen dan besi.
Dibya mengatakan bahwa besaran kenaikan harga pada akhir tahun ini mencapai 7,5--10 persen. Meski demikian, masih ada sejumlah pengembang yang masih mempertahankan harga lama dengan alasan menghabiskan stok rumah sebelum pemberlakuan kenaikan harga BBM subsidi.
Menurut dia, meski kenaikan harga rumah sudah mulai dilakukan, sejauh ini kondisi tersebut belum berpengaruh secara signifikan terhadap penjualan rumah. Bahkan, REI melalui pameran terakhirnya pada bulan Desember 2014 berhasil merealisasikan penjualan melebihi target awal.
"Prediksi awal, masyarakat pasti akan menunda membeli rumah karena butuh persiapan lebih panjang untuk membayar uang muka. Akan tetapi, prediksi kami salah," katanya.
Pada pameran yang dilakukan mulai dari 4 sampai dengan 15 Desember lalu, sebanyak 77 unit rumah berhasil terjual. Tipe menengah berkontribusi besar terhadap total penjualan tersebut, yaitu dengan persentase lebih dari 50 persen.
Meski demikian, Dibya mengatakan bahwa perbandingan untuk pertumbuhan penjualan tahun ini dengan tahun lalu masih lebih baik tahun lalu. Jika pertumbuhan dari tahun 2012 ke 2013, mencapai 20 persen, sedangkan pertumbuhan 2013 ke 2014 sebanyak 15 persen.
Pihaknya mengaku khawatir dengan penjualan pada tahun 2015 karena harga material bangunan yang terus mengalami penaikan akan berdampak pada kenaikan harga jual rumah.
"Jika harga rumah juga naik signifikan, tentu masyarakat harus menunda pembelian, dampaknya penjualan awal tahun mungkin akan tersendat," katanya.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Tengah Frans Kongi sudah lama berharap kenaikan harga BBM ini bisa terealisasi. Oleh karena itu, pihaknya sangat mendukung dengan keputusan pemerintah yang akhirnya memastikan kenaikan harga BBM subsidi tersebut.
Menurut dia, tingginya nilai subsidi khusus untuk bahan bakar tidak lagi tepat sasaran. Banyak masyarakat dari kalangan mampu yang justru ikut menikmati subsidi tersebut.
Subsidi Bentuk Lain
Oleh karena itu, agar tepat sasaran subsidi lebih baik diberikan dalam bentuk lain. Kehadiran tiga kartu sakti, yaitu Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, dan Kartu Keluarga Sejahtera, menurut dia, menjadi bentuk bantuan yang pas dari pemerintah kepada kalangan kurang mampu.
Bagi pengusaha sendiri, dengan penaikan harga BBM subsidi tersebut, secara otomatis pengeluaran pemerintah yang sebelumnya banyak untuk membayar subsidi menjadi berkurang. Dana tersebut bisa dialihkan ke sektor yang lebih penting dan dipastikan bisa memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
"Dana bisa dialihkan sektor infrastruktur, itu yang sangat diharapkan oleh pengusaha. Kami ingin agar operasional usaha bisa berjalan lancar, pembenahan-pembenahan harus cepat dilakukan. Dengan demikian, investor dari daerah lain akan tertarik masuk dan menjadikan Jateng sebagai tempat investasi yang strategis," katanya.
Sementara itu, sektor lain yang juga terdampak pada penaikan BBM tersebut, yaitu pasar saham. Menurut Kepala Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM) Semarang Stephanus Cahyanto Kristiadi, penaikan harga BBM ini sedikit banyak memengaruhi ongkos produksi industri. Selanjutnya, dalam jangka pendek, akan berpengaruh pada penurunan besaran laba perusahaan.
"Pada dasarnya penurunan penjualan disebabkan karena turunnya daya beli masyarakat, terutama yang berada di level menengah ke bawah," katanya.
Meski demikian, kondisi tersebut tidak akan berlangsung lama, seiring dengan waktu mereka akan makin terbiasa menghadapi penyesuaian harga barang-barang sebagai dampak dari penaikan harga BBM tersebut.
"Selanjutnya, daya beli masyarakat akan meningkat kembali seperti sediakala. Kondisi ini biasa terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Kondisi akan kembali seperti semula sekitar 3--4 bulan lagi, selanjutnya pasar saham juga akan normal kembali," jelasnya.
Di sisi lain, menyikapi kenaikan harga produk akibat kenaikan harga BBM subsidi tersebut, Bank Indonesia berupaya melakukan sejumlah upaya pencegahan agar tidak terjadi gejolak inflasi yang ujungnya akan makin merugikan masyarakat.
Melalui peran Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), BI berharap agar inflasi mampu ditekan pada titik terendah sehingga tidak sampai berdampak pada penurunan daya beli di tengah masyarakat.
"Terkait dengan pelaksanaan TPID tahun 2014, secara rutin kami menyampaikan rekomendasi kepada anggota TPID, baik di provinsi maupun kabupaten/kota, guna meminimalisasi tekanan inflasi ke depan," ujar Deputi Bank Indonesia Kantor Perwakilan Wilayah V Jateng dan DIY Marlison Hakim.
Salah satu langkah antisipasi yang bisa dilakukan, yaitu mengatur kenaikan tarif angkutan, baik di dalam kota maupun antarkota.
Menurut dia, penaikan tarif tersebut harus melalui beberapa pertimbangan, di antaranya waktu kenaikan dan besaran yang sesuai dengan kemampuan masyarakat.
Langkah lain yang bisa dilakukan oleh TPID, di antaranya memperkuat program komunikasi dengan masyarakat dalam rangka mengelola ekspektasi inflasi dan mendukung langkah pemerintah pusat untuk mengurangi dampak penaikan harga BBM terhadap masyarakat kelompok tertentu, terutama golongan menengah ke bawah, sebagaimana tahun sebelumnya.
Marlison mengatakan bahwa langkah antisipasi lain yang juga merupakan rekomendasi dari BI kepada TPID, yaitu meminimalisasi penyalahgunaan elpiji ukuran tabung 3 kilogram melalui pengawasan atas kecukupan pasokan dan sistem distribusi.
Selain itu, juga mempersiapkan stok pangan yang cukup, khususnya beras sebagai antisipasi dari kemungkinan penurunan produksi dan pengaruh El Nino yang menyebabkan bergesernya musim tanam.
"Dalam hal ini untuk regional Jateng, BI hanya melakukan koordinasi dengan TPID dan meminta dinas terkait dari kabupaten/kota untuk meningkatkan koordinasi dalam rangka meminimalisasi risiko dampak kenaikan harga BBM subsidi tersebut," katanya.
Sementara itu, kenaikan harga BBM subsidi sendiri sudah berpengaruh terhadap inflasi bulan November lalu, yaitu sebesar 1,36 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 115,99.
Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng Jam Jam Zamachsyari mengatakan, "Meski belum optimal kenaikan harga BBM jenis subsidi, beberapa waktu lalu sudah berpengaruh terhadap inflasi November."
"Akan tetapi, kenaikan harga BBM pada bulan November itu kan terjadi pada pertengahan bulan, tepatnya pada tanggal 18 November, sehingga pengaruhnya belum maksimal terhadap kondisi pasar pada bulan tersebut," katanya.
Kenaikan harga BBM ini akan memberikan kontribusi lebih besar pada besaran inflasi pada bulan Desember ini. Menurut dia, kenaikan inflasi mulai terasa mengingat hampir semua sektor sudah terpengaruh terhadap kenaikan harga BBM.
Meski demikian, pihaknya berharap pemerintah terus memastikan pasokan segala macam kebutuhan masyarakat, salah satunya BBM, sehingga harga diharapkan tetap stagnan.
"Jika pasokan tidak lancar, berpotensi terjadi kenaikan harga. Selanjutnya, kenaikan harga ini berpengaruh terhadap inflasi," katanya.
Pewarta : Aris Wasita
Editor:
Mahmudah
COPYRIGHT © ANTARA 2025