Logo Header Antaranews Jateng

Perangkap Tikus Sugiyo Manfaatkan Limbah Rantai

Jumat, 19 Juni 2015 08:46 WIB
Image Print
Tikus (istimewa)
"Saya mulai memanfaatkan limbah rantai dibuat barang berguna, yakni alat perangkap tikus sejak keluar dari pekerjaan di sebuah perusahaan timbangan pada 1998," kata Sugiyo warga Minapadi RT06/RW09, Nusukan, di Solo, Jumat.

Ia menyatakan penghasilan dari usaha kreatif itu mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Usahanya dikerjakan secara bersama-sama oleh anggota keluarganya.

Saat perusahaan tempatnya bekerja tidak beroperasi karena tidak ada pasokan bahan baku, dia berpikir kreatif untuk bekerja di rumah dengan cara membuat perangkap tikus.

"Saya memanfaatkan bahan baku baja limbah rantai sepeda motor dari perusahaan Astra, mencoba-coba membuat alat perangkap tikus. Perajin di Solo hanya saya yang memproduksi alat ini," katanya.

Ia mengaku mendapat banyak pengalaman selama membuat perangkap tikus, antara lain kesulitan mendapatkan pinjaman modal dari bank dan mengerjakan proyek Pemkab Purworejo berupa pembuatan 400 perangkap tikus ukuran besar.

Ia mengaku modal awal produksinya Rp1,5 juta diperoleh dari Bank BRI. Awal era reformasi menjadi saat yang menguntungkan bagi usahanya. Perbedaan nilai tukar rupiah waktu itu membuat usahanya meraih keuntungan hingga Rp15 juta.

Bahkan, alat perangkap tikus produksinya menembus pasar luar Jawa, antara lain Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan Papua.

"Saya mengirimkan barang produk ke distributor di Delanggu, Klaten. Alat perangkap tikus itu, baru dikirim ke mana-mana, termasuk ke luar pulau," kata bapak tiga anak itu.

Ia menjelaskan tentang cara sederhana pembuatan produk itu. Bahan berupa limbah rantai sepeda motor berbentuk lembaran, dipotong sesuai ukuran untuk kemudian disatukan menggunakan kawat dan diberi pegas untuk jebakan.

Sugiyo menjelaskan harga perangkap tikus bervariasi, tergantung ukuran. Harga produk ukuran kecil Rp8.000 per buah dan ukuran besar Rp12.000.

Saat ini, ia tidak mampu melayani seluruh permintaan pasar karena kesulitan mendapatkan bahan baku, berupa lempengan baja limbah produksi rantai sepeda motor.

"Limbah rantai berkurang karena sekarang banyak sepeda motor matic. Motor sekarang banyak yang tidak menggunakan rantai sehingga limbahnya juga berkurang," katanya.

Sugiyo mengatakan ketika bahan baku masih lancar diperoleh, kemampuan produksinya rata-rata 200 hingga 400 buah per hari. Akan tetapi, kesulitan bahan baku membuat produksinya turun hingga 60 persen per hari.

"Harga bahan baku baja limbah rantai itu, dahulu hanya Rp2.100 per kilogram, tetapi sekarang sudah mencapai Rp10.000. Setiap alat perangkap tikus butuh bahan baku sekitar 0,6 kilogram ukuran kecil dan 1,2 kilogram ukuran besar," katanya.

Pewarta :
Editor: Mahmudah
COPYRIGHT © ANTARA 2024