Logo Header Antaranews Jateng

Ensiklopedia NU Diluncurkan lagi di Muktamar

Senin, 3 Agustus 2015 08:20 WIB
Image Print
Dokumentasi peserta Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama (NU) beraktivitas di Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur, Jumat (31/7). Ponpes Tebu Ireng merupakan salah satu tempat berlangsungnya kegiatan Muktamar ke-33 NU sekaligus tempat menginap
"Kami menghimpun dan menuliskan kembali semua bahan rujukan dan informasi mengenai NU, baik dari dalam maupun luar negeri," kata Hairus Salim HS, salah satu anggota tim penulis ensiklopedi itu kepada Antara di Kampus Institut Agama Islam Bani Fattah (IAIBAFA) Tambakberas, Jombang.

Ia menjelaskan bahwa ensiklopedi itu memuat berbagai sejarah dan informasi terkait ke-NU-an, baik dari sisi sejarah, tokoh dan pesantren di Indonesia, sejak sebelum Indonesia merdeka.

Ensiklopedi yang dalam penulisannya dipimpin Ketua PBNU H Imam Aziz itu, menurut dia, membutuhkan waktu hingga dua tahun (2012-2014) sampai kemudian bisa diwujudkan dan diluncurkan pada 2015.

Peluncuran kembali di arena Muktamar Ke-33, katanya, adalah semacam mengingatkan kembali kepada publik luas, terutama warga "nahdliyin" bahwa saat ini untuk mengetahui hal-ikhwal tentang NU yang cukup lengkap bisa dirujuk melalui ensiklopedia dimaksud.

Ia juga menjelaskan bahwa keterkaitan mengenai kebangsaan dalam sejarah NU, disebutkannya cukup banyak, di antaranya tokoh-tokoh NU yang bahkan mampu menjadi pemimpin nasional Indonesia, yakni seorang presiden, dua orang wakil presiden, serta wakil perdana menteri (waperdam).

Mereka adalah KH Abdurrahman "Gus Dur" Wahid sebagai Presiden, Hamzah Haz dan Jusuf Kalla sebagai Wapres, serta KH Dr Idham Chalid yang pernan menjadi waperdam.

"Ini menunjukkan konteks politik kebangsaan yang ada di NU," tuturnya.

Sementara itu, Imam Aziz yang ditemui secara terpisah menjelaskan bahwa pihaknya tetap menerima saran dan kritik atas buku ensiklopedi itu, mengingat buku itu adalah rintisan awal.

"Makanya di dalam pengantar kami cantumkan pula alamat surat elektronik (email) yang bisa dijadikan sarana siapapun untuk memberikan masukan dan kritik," ujarnya.

Dalam ensiklopedia tersebut, pada bagian sampul buku juga tertera catatan penting yang dikutip dari Syaikh KH Hasyim Asy'ari, pahlawan nasional yang juga pendiri NU.

Catatan dan pesannya adalah "Bersatulah, jangan tercerai berai...." katanya ketika mendirikan "jami'iyah" NU.

Pesan ini ditujukan kepada ulama "Ahlussunnah wal Jama'ah" di Nusantara di tengah arus perubahan sosio-kultural dan politik yang sangat penting di awal abad XX.

"Ulama-ulama selama itu sesungguhnya telah dipersatukan oleh kesamaan mahzab. Tanpa sebuah organisasi pun mereka tetap bersatu, dan dapat berjumpa dalam suatu jaringan keulamaan dan tradisi agung pesantren yang tak tergoyahkan. Karena itu, berdirinya Nahdlatul Ulama membawa pesan lain: ulama juga harus bangkit menyatukan langkah untuk membimbing umat Islam meniti kehidupan berbangsa dan bernegara. Peran para pendiri NU dalam hal ini sangat penting, termasuk membangun landasan yang kuat bagi tatanan kebangsaan yang baru itu".

(Andi Djauhari)


Pewarta :
Editor: Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2024