Pengusaha Olahan Bandeng Kesulitan Bahan Baku
Sabtu, 31 Oktober 2015 19:07 WIB
Nur Khamid, pemilik UD Cemerlang Demak di Demak, Sabtu, mengakui kesulitan mendapatkan ikan bandeng, khususnya bandeng bakau, sejak tiga bulan terakhir.
"Kalaupun tersedia, harganya terlalu tinggi karena mencapai Rp28 ribu per kilogram," ujarnya.
Dengan harga sebesar itu, dia mengaku tidak bisa menjual di pasaran mengingat daya beli pasar juga sedang lesu.
Ia mengakui hanya bisa memproses bandeng presto maupun bandeng cabut duri asap maupun segar dengan bandeng alam.
Pasalnya, kata dia, dengan menggunakan bahan baku bandeng bakau yang hidup di alam dan mengandalkan makanan yang tersedia di alam tidak tercium bau lumpur.
Berbeda dengan bandeng yang dipelihara di tambak, menurut dia, sering tercium bau lumpur dan makanannya juga berasal dari makanan buatan dan bukan alami.
Dengan mempertahankan pasokan bandeng bakau, kata Nur, produk bandeng cabut duri maupun presto hasil buatannya dilirik supermarket terkenal.
Akibat tidak tersedianya pasokan bahan baku yang cukup, kata dia, para pekerjanya terpaksa banyak menganggur meskipun sebagian masih dipekerjakan untuk membuat krupuk bandeng.
Ketika banyak pesanan, lanjut dia, kebutuhan ikan bandeng bakau bisa mencapai 1 kuintal.
"Jumlah tersebut untuk membuat ikan bandeng cabut duri asap, sedangkan untuk membuat ikan bandeng presto maupun ikan bandeng cabut duri segar juga membutuhkan bahan baku dengan jumlah yang sama pula," ujarnya.
Bahan baku ikan bandeng bakau, kata dia, untuk sementara baru bisa diperoleh dari Kabupaten Demak, sedangkan dari daerah lain belum mengetahui ada tidaknya pemasok ikan bandeng bakau yang hidup mengandalkan pakan dari alam.
Harga jual ikan bandeng cabut duri segar per kilogramnya Rp45 ribu, cabut duri asap Rp55 ribu, dan presto per ekornya Rp10 ribu.
Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor:
Immanuel Citra Senjaya
COPYRIGHT © ANTARA 2024