80 Penderita HIV/AIDS di Boyolali Meninggal
Selasa, 15 November 2016 16:24 WIB
"Ada 80 penderita HIV/AIDS di Boyolali yang meninggal dunia, dari sebanyak 310 pasien yang terdeteksi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)," kata Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Boyoali, Titiek Sumartini, disela acara Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) Penangulangan HIV/AIDS, di Boyolali, Selasa.
Titiek Sumartini mengatakan penderita HIV di Boyolali meninggal dunia, karena kondisi kesehatannya yang sudah melemah.
Oleh karena itu, pihaknya berharap kepada orang yang beresiko ODHA untuk memeriksakan secara rutin kesehatanya di falilitas kesehatan yang ada seperti di Rumah Sakit Umum Daerah Pandanaran Boyolali, RSU Andong, RSU Simo, Puskesmas I Boyolali, Banyudono I, dan Ngemplak.
"Penderita melakukan pemeriksaan di fasilitas kesehatan secara rutin, mereka bisa sehat dengan ODHA," kata Titiek Sumartini.
Selain itu, pihaknya juga meminta kepada masyarakat untuk tidak mudah memberikan stigma negatif dan diskriminasi kepada ODHA, karena akan membuat mereka terasing dan terkucil dari masyarakat.
Ia mengatakan perlu diketahui masyarakat luas penyakit HIV/AIDS merupakan penyakit menular, tetapi tidak mudah menular dan penularannya sekitar 80 persen melalui hubungan seksual.
"Kami minta masyarakat jangan mengucilkan dan diskriminasi kepada pasien HIV karena mereka juga perlu mendapatkan perlakuan yang sama dalam bermasyarakat dan berkeluarga," katanya.
Menurut dia, dari data di Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Boyolali, jumlah penderita HIV/AIDS tertinggi terdapat di Kecamatan Boyolali Kota yakni sebanyak 29 pasien, kedua Ampel 25 pasien, disusul Mojosongo dan Banyudono masing-masing 19 pasien.
Penderita AIDS terendah di Kecamatan Selo, kat dia, ada sebanyak dua pasien. Penderita HIV/AIDS mayoritas diderita kaum laki-laki sebanyak 61 persen dan sisanya perempuan 39 persen.
Ia mengatakan pembentukan Kelompok Kerja HIV/AIDS tingkat kecamatan di Boyolali, bertujuan membangun kesadaran kritis guna menciptakan lingkungan hidup yang sehat, sejahtera serta mengurangi diskriminasi orang dengan HIV/AIDS.
Selain itu, kata dia, Pokja tingkat kecamatan tersebut nantinya bertugas untuk memposisikan masyarakat sebagai perumus dan aktor kebijakan dalam merespon serta membangun sistem rujukan layanan dasar pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS.
Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor:
Zaenal A.
COPYRIGHT © ANTARA 2024