Logo Header Antaranews Jateng

Yaman Tenang Selama Gencatan Senjata

Senin, 21 November 2016 09:50 WIB
Image Print
Pemandangan Kota Tua Sanaa di Yaman, Minggu (25/9/2016). (REUTERS/Mohamed al-Sayaghi)
Sanaa, Yaman, Antara Jateng - Kekerasan mereda di Yaman pada Minggu (20/11), sehari setelah dimulainya gencatan senjata 48 jam yang dideklarasikan koalisi Arab pro-pemerintah yang memerangi petempur pemberontak selama hampir 20 bulan.

Seorang koresponden AFP di Sanaa melaporkan dia sama sekali tidak melihat serangan udara pesawat tempur koalisi pimpinan Arab Saudi di ibu kota yang dikuasai pemberontak sejak gencatan senjata diberlakukan pada Sabtu tengah hari.

Kota barat daya Taez juga tenang setelah bentrokan sengit pada Sabtu antara pasukan pemerintah dan pemberontak Houthi dan sekutu mereka dari pasukan pemberontak yang setia kepada mantan presiden Ali Abdullah Saleh, kata seorang pejabat militer.

Pejabat tersebut mengatakan "baku tembak terbatas" terjadi di kota tempat pertempuran sengit menewaskan puluhan orang pekan ini.

Sementara itu, koalisi mengatakan pertahanan udaranya menghancurkan tiga rudal balistik yang ditembakkan saat fajar oleh pemberontak Syiah di Provinsi Marib, sebelah timur Sanaa, kata seorang pejabat militer.

Juru bicara koalisi Mayor Jenderal Ahmed Assiri menuding pemberontak yang didukung Iran melakukan 180 pelanggaran dalam 10 jam setelah gencatan senjata berlaku.

Dia mengatakan 150 pelanggaran terjadi di Yaman, sementara 30 lainnya berada di sepanjang perbatasan utara dengan Arab Saudi menurut jaringan berita Al-Jazeera.

Gencatan senjata diberlakukan setelah Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry pekan ini bertemu dengan perwakilan pemberontak di Oman dan mendesak pemerintah terlibat dalam pembicaraan.

Awalnya pemerintah menolak upaya perdamaian, mengatakan upaya itu tidak dikonsultasikan ke pemerintah, namun kemudian menghadapi tekanan besar dari seruan internasional mengenai peningkatan jumlah korban jiwa dalam konflik 20 bulan itu.

Lebih dari 7.000 orang tewas di Yaman dan hampir 37.000 lainnya terluka sejak intervensi koalisi dimulai Maret tahun lalu, kata Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagaimana dikutip kantor berita AFP.(mr)

Pewarta :
Editor: Mahmudah
COPYRIGHT © ANTARA 2024