Logo Header Antaranews Jateng

Harga Emas Turun Lagi karena Dolar AS Menguat

Sabtu, 11 Februari 2017 07:01 WIB
Image Print
Emas batangan (Reuters)
Chicago, ANTARA JATENG - Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir turun pada Jumat (Sabtu pagi WIB), karena pasar ekuitas AS dan dolar AS menguat.

Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Maret turun 0,9 dolar AS, atau 0,07 persen, menjadi menetap di 1.235,90 dolar AS per ounce.

Emas diletakkan di bawah tekanan karena indeks dolar AS naik 0,13 persen menjadi 100,80 pada pukul 18.45 GMT. Indeks adalah ukuran dari dolar terhadap sekeranjang mata uang utama.

Emas dan dolar biasanya bergerak berlawanan arah, yang berarti jika dolar naik maka emas berjangka akan jatuh, karena emas yang diukur dengan dolar menjadi lebih mahal bagi investor.

Logam mulia juga tertekan ketika Dow Jones Industrial Average AS naik 95,25 poin atau 0,47 persen pada pukul 18.45 GMT. Analis mencatat bahwa ketika ekuitas mencatat kerugian maka logam mulia biasanya naik, karena investor mencari tempat yang aman. Sebaliknya, ketika ekuitas AS membukukan keuntungan maka logam mulia biasanya turun.

Presiden AS Donald Trump mengatakan kepada wartawan setelah penutupan pasar pada Kamis (9/2) bahwa ia akan mengumumkan pajak besar dalam beberapa minggu mendatang, mendorong investor menjauh dari logam mulia karena harapan untuk presiden AS menurunan pajak perusahaan dan pajak pribadi lebih rendah, yang analis percaya bisa meningkatkan nilai dolar AS dan ekuitas AS.

Meskipun pengumuman pajak Trump kian datang, investor percaya the Fed akan menaikkan suku bunga dari 0,75 ke 1,00 paling cepat selama pertemuan FOMC Mei.

Menurut alat Fedwatch CME Group, probabilitas tersirat saat ini untuk menaikkan suku bunga dari 0,75 menjadi setidaknya 1,00 di 13 persen pada pertemuan Maret dan 35 persen untuk pertemuan Mei.

Perak untuk pengiriman Maret naik 19,2 sen, atau 1,08 persen, ditutup pada 17,933 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April turun 10,5 dolar AS, atau 1,03 persen, menjadi 1.011,70 dolar AS per ounce, demikian Xinhua.


Pewarta :
Editor: Antarajateng
COPYRIGHT © ANTARA 2024