Memajukan Sektor Peternakan di Banyumas
Rabu, 31 Mei 2017 21:27 WIB
Di tingkat daerah, sektor peternakan memiliki peran strategis dalam menumbuhkan perekonomian, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja bagi masyarakat, menambah pendapatan keluarga, serta memberikan sumbangan yang tinggi terhadap produk domestik regional bruto.
Ketua Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Elly Tugiyanti mengatakan sektor peternakan sering dijadikan sebagai input sektor lain seperti industri pengolahan yang membutuhkan bahan baku sebagian besar dari hasil peternakan.
"Masyarakat pasti sudah mengetahui kalau produk dari ternak yang berupa telur, daging dan susu, merupakan bahan pangan sumber protein yang dibutuhkan untuk pemenuhan gizi," katanya.
Karena banyak masyarakat yang sadar manfaat produk ternak, maka konsumsi produk peternakan meningkat sehingga terjadi pertumbuhan sektor peternakan dan nilai investasinya juga meningkat.
"Sektor peternakan itu dapat membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah walaupun porsinya tidak sebesar usaha barang dan jasa," katanya.
Potensi Banyumas
Sementara itu, Elly juga mengatakan bahwa berbagai model peternakan sangat cocok untuk dikembangkan di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Berdasarkan data iklim, kondisi alam, terutama untuk ketersediaan pakan dan sumber air, serta penduduk, kata Elly, di Kabupaten Banyumas dapat dikembangkan berbagai ternak, antara lain sapi potong.
"Mengingat luasan sawahnya, karena dengan luasan sawah yang cukup tinggi, maka bisa diprediksi jerami banyak terdapat di wilayah tersebut, jerami dan hijauan disekitarnya dapat dimanfaatkan sebagai pakan sapi potong," katanya.
Selain itu, kata dia, juga terdapat daerah dengan topografi tinggi, sehingga dapat diprediksi suhu lingkungan rendah.
"Banyak hijauan dan tanaman legum yang tumbuh baik dan daerah ini cocok untuk pengembangan sapi perah, kambing perah, dan kambing potong," katanya.
Dia menambahkan, berdasarkan suhu dan kecepatan angin serta kelembaban udara wilayah, Kabupaten Banyumas juga cocok untuk pemeliharaan ternak unggas.
"Antara lain ayam broiler, petelur, ayam kampung, puyuh, itik, entok," katanya.
Menurut dia, ternak itik dan entok lebih baik dikembangkan di wilayah persawahan dan dataran rendah atau wilayah yang memang dekat dengan rawa-rawa.
"Meski demikian, berdasarkan berbagai pertimbangan, termasuk pemasaran dan harga jual ternak maupun harga produknya, ternak yang mempunyai potensi dan prospek besar untuk dikembangkan adalah ayam kampung dan kambing," katanya.
Menurut dia, ayam kampung harga jualnya tinggi dan harga telurnya juga lebih mahal dibandingkan dengan ayam ras petelur," katanya.
Ayam kampung, tambah Elly, dapat diberi pakan yang berasal dari limbah pertanian dan harga pakannya tidak semahal pakan ayam ras baik broiler maupun petelur.
"Selain itu kemampuan adaptasi ayam kampung terhadap lingkungan juga lebih baik, sedangkan untuk ternak kambing alasannya karena perkembangbiakannya cepat, rambanan sebagai pakan utama ternak kambing banyak tumbuh dengan baik di wilayah Banyumas," katanya.
Menurut dia, harga jual ternak kambing dari waktu ke waktu relatif stabil.
"Pada akhirnya peternak ayam kampung dan kambing dapat merasakan uang hasil penjualan ternaknya," katanya.
Di Kabupaten Banyumas, kata dia, populasi ayam kampung dan kambing meningkat dari tahun ke tahun.
"Menurut Statistik Daerah Kabupaten Banyumas tahun 2015, pada 2012 jumlah ayam kampung sebanyak 1.178.387, tahun 2013 sebanyak 1.213.740, dan tahun 2014 sebanyak 1.250.152 ekor.
Demikian pula populasi kambing juga meningkat yaitu pada tahun 2012 sebanyak 203.572 ekor, pada tahun 2013 meningkat menjadi 208.763 ekor, dan di tahun 2014 sebanyak 213.983 ekor.
Pemerintah Daerah
Elly menambahkan, pemerintah daerah berperan utama dalam memajukan sektor peternakan.
"Dalam memajukan sektor peternakan perlu melakukan studi awal terlebih dahulu, kemudian melakukan pemetaan, dan melibatkan masyarakat dalam setiap pelaksanaan program, serta ada sistem pengawasan dan evaluasi secara terprogram," katanya.
Menurut dia, dengan melakukan pemetaan maka dimungkinkan dalam satu wilayah kabupaten akan dapat dikembangkan beberapa ternak yang berbeda tergantung kondisi, potensi sumber daya alam, dan kebiasaan masyarakatnya.
"Program pengembangan peternakan di pedesaan akan berhasil dengan baik jika disertai dengan pembinaan, pendampingan, pengkaderan peternak untuk menjadi pengelola, dan dari kegiatan tersebut peternak dapat merasakan manfaatnya baik jangka pendek maupun jangka panjang," katanya.
Dia menambahkan, program pengembangan ternak tidak harus selalu dilaksanakan oleh kelompok, namun dapat juga dilaksanakan oleh perorangan asalkan jelas siapa yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program tersebut.
"Untuk meningkatkan rasa tanggung jawab sebaiknya program yang diimplementasikan ke masyarakat jangan bersifat hibah, karena jika sifatnya bantuan peternak akan merasa ada rasa tanggung jawab untuk mengembalikan bantuan yang diberikan, peternak akan memelihara ternaknya secara hati-hati dan jujur," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Banyumas, Sugiyatno mengatakan pihaknya terus mengembangkan peta potensi peternakan yang ada di wilayah tersebut.
"Terus dikembangkan petanya, ternak ini potensinya ada di daerah ini, ternak itu ada di daerah itu, semuanya dipetakan,"katanya.
Misalnya, kata dia, potensi sapi perah ada di daerah lereng-lereng gunung.
Sementara sapi potong, ada di sejumlah wilayah salah satunya di Kali Bagor.
Dia menjelaskan, hal tersebut dilakukan salah satunya untuk mendukung percepatan target pemenuhan populasi sapi potong.
Pemerintah Kabupaten Banyumas, kata dia, sangat mendukung dan mengakselerasi percepatan target pemenuhan populasi sapi potong dalam negeri.
Hal itu, kata dia, sesuai dengan program pemerintah, Upaya Khusus Sapi/Kerbau Induk Wajib Bunting (Upsus Siwab).
Pewarta : Wuryanti Puspitasari
Editor:
COPYRIGHT © ANTARA 2025