Logo Header Antaranews Jateng

Nelayan mengais rezeki di antara gelombang tinggi

Selasa, 30 Januari 2018 09:09 WIB
Image Print
Puluhan kapal nelayan ditambatkan di Kali Yasa, Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap, untuk menghindari gelombang tinggi akibat cuaca buruk yang terjadi di perairan selatan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. (Foto: Sumarwoto)
Cilacap (Antaranews Jateng) - Perairan selatan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam beberapa waktu terakhir dipengaruhi cuaca buruk sehingga sering terjadi gelombang tinggi dan hujan yang disertai petir.

Kondisi tersebut berdampak pula pada aktivitas nelayan di pesisir selatan Kabupaten Cilacap sehingga banyak yang tidak berani melaut karena khawatir terjadi gelombang tinggi.

Ketua Kelompok Nelayan Pandanarang Tarmuji menyebutkan jumlah anggota kelompoknya mencapai 1.297 orang.

Akan tetapi, yang aktif hanya berkisar 70 s.d. 80 persen karena faktor usia. Dari jumlah nelayan yang aktif itu, sekitar 40 persennya nekat melaut dalam kondisi cuaca buruk.

Jika dalam beberapa waktu terakhir, wilayah perairan selatan Jateng dan DIY dipengaruhi cuaca buruk. Namun, beberapa nelayan tetap nekat melaut untuk mencari ikan.

Nelayan-nelayan itu berani menantang gelombang tinggi demi memenuhi kebutuhan keluarga mereka meskipun sering kali hasilnya tidak maksimal, bahkan kurang.

"Yang namanya nelayan, kalau kebutuhan dapur sudah habis, mereka biasanya akan nekat melaut meskipun kondisi cuaca tidak bersahabat," kata Tarmuji.

Kendati nekat melaut, dia mengatakan nelayan tetap menggunakan berbagai perhitungan agar tidak terjebak gelombang tinggi sehingga bisa selamat kembali ke daratan.

Dalam hal ini, saat sering terjadi cuaca buruk, nelayan Cilacap melaut secara "jolokan" (berangkat pada pagi hari ketika gelombang laut masih tenang, pulang menjelang siang atau sebelum terjadi angin kencang yang berdampak pada peningkatan tinggi gelombang).

Nelayan-nelayan tradisional yang menggunakan perahu berukuran kecil itu juga tidak berani melaut terlalu jauh karena khawatir terjadi gelombang tinggi saat mereka hendak pulang ke Cilacap.

Jika dalam kondisi normal, berani mencari ikan hingga perairan selatan Yogyakarta, Purworejo, dan Kebumen. Namun, ketika terjadi cuaca buruk, seperti saat sekarang, mereka hanya mencari ikan di sekitar perairan Teluk Penyu, paling jauh di sekitar Srandil, Kecamatan Adipala, Cilacap.

Meskipun demikian, hasil tangkapan ikan yang mereka peroleh sering kali tidak sesuai dengan harapan.

Dalam kondisi cuaca buruk seperti saat sekarang, mereka sering kali memperoleh pendapatan kotor berkisar Rp250 ribu hingga Rp300 ribu sekali melaut. Pendapatan tersebut akan dikurangi dengan biaya operasional jarak dekat yang berkisar Rp100 ribu hingga Rp150 ribu, kata Tarmuji.

Setelah dikurangi biaya operasional, sisa penjualan ikan hasil tangkapan itu dibagi dengan nelayan lainnya yang berangkat bersama karena dalam satu perahu terdiri atas dua orang.

Saat sekarang, tangkapan yang paling banyak diperoleh nelayan berupa udang jerbung dengan harga berkisar Rp120 ribu hingga Rp190 ribu per kilogram, tergantung pada ukurannya. Rata-rata dalam kondisi cuaca buruk, seperti sekarang, nelayan hanya memperoleh udang jerbung berkisar 1 s.d. 2 kilogram sekali melaut.

"Kalau bisa mendapat 5 kilogram sudah sangat bagus," katanya.

Oleh karena itu, banyak nelayan yang memilih tidak melaut daripada tidak mendapatkan hasil maksimal dan bertaruh dengan nyawa.

Sebagian nelayan yang tidak melaut, mengisi keseharian mereka dengan memperbaiki jaring maupun perahu yang rusak agar siap digunakan saat kondisi cuaca di perairan selatan Jateng dan DIY kembali bersahabat.

Sementara itu, bagi nelayan yang memiliki keterampilan atau keahlian lain, banyak yang memilih alih profesi sebagai pekerja proyek dan sebagainya selama mereka tidak melaut.

Saat sekarang nelayan Cilacap memasuki masa paceklik akibat cuaca buruk yang terjadi di perairan selatan Jateng dan DIY. Padahal, banyak pesanan berupa ikan bawal untuk kebutuhan Tahun Baru Imlek.

Nelayan Mardiyono mengaku nekat melaut untuk mengais rezeki di antara gelombang tinggi demi memenuhi kebutuhan keluarga.

Hal itu dilakukan karena dia tidak memiliki keterampilan lain selain mencari ikan meskipun hasilnya sering kali tidak bisa untuk menutup biaya operasional yang mencapai Rp150 ribu sekali melaut.

Kalau bisa mendapatkan udang jerbung ukuran besar sebanyak 2 kilogram saja, menurut dia, masih mending. Kadang cuma dapat 1 kilogram ukuran kecil, bahkan kadang pula sama sekali tidak memperoleh ikan.


Angin Baratan

Wilayah perairan selatan Jateng dan DIY saat sekarang telah memasuki musim angin baratan sehingga berpotensi terjadi cuaca buruk berupa angin kencang, gelombang tinggi, dan hujan yang disertai petir.

Terkait dengan hal itu, Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Cilacap Sarjono mengimbau nelayan untuk sementara tidak melaut demi keselamatan mereka.

Saat musim angin baratan, angin kencang yang disertai hujan lebat sering kali datangnya tiba-tiba. Oleh karena itu, dia mengimbau nelayan untuk sementara jangan berangkat dahulu demi keselamatan.

Menurut dia, dampak cuaca buruk tidak hanya dirasakan kapal-kapal kecil juga kapal besar yang berukuran di atas 30 gross tonage (gt) sehingga banyak yang memilih untuk bersandar di sejumlah dermaga untuk menunggu kondisi cuaca bersahabat kembali.

Bagi kapal-kapal pencari ikan berukuran di atas 30 gt yang sudah telanjur berangkat melaut, sebagian di antaranya memilih berlindung di tempat-tempat yang aman atau menghindari daerah-daerah yang berpotensi terjadi badai sehingga tetap dapat mencari ikan dengan aman.

Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Cilacap Teguh Wardoyo mengatakan bahwa cuaca buruk sering terjadi pada musim angin baratan karena saat sekarang di belahan bumi selatan banyak terdapat daerah pusat tekanan rendah, sedangkan di belahan bumi utara merupakan daerah pusat tekanan tinggi.

Angin bergerak dari daerah tekanan tinggi menuju daerah tekanan rendah sehingga kecepatan angin meningkat yang berdampak pada peningkatan tinggi gelombang.

Dia memprakirakan pertengahan bulan Januari hingga Februari merupakan puncak musim angin baratan sehingga gelombang tinggi sering terjadi.

Bahkan, tinggi gelombang di perairan selatan Jateng dan DIY serta Samudra Hindia selatan Jateng dan DIY sempat mencapai kisaran 4 s.d. 6 meter.

Oleh karena itu, dia mengimbau nelayan untuk berhati-hati dan waspada saat melaut karena gelombang tinggi dapat datang secara tiba-tiba.


Pewarta :
Editor: Mahmudah
COPYRIGHT © ANTARA 2025