Ketika sampah jadi berkah
Jumat, 9 Maret 2018 09:18 WIB
Bahkan sampah itu jadi sinonim dari masalah dan hal-hal buruk tak bermanfaat. Sekali jadi atau disebut sampah, niscaya jadi hal yang tidak ada nilainya.
Namun bagi warga Kelurahan Kalipancur, Kecamatan Ngaliyan Semarang, Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah telah memberi arti lain yang positif bagi sampah. Warga telah berhasil memilah sampah sehingga memberikan nilai tambah.
Sebagian warga secara aktif memilah sampah yang kemudian disetorkan ke Bank Sampah Indria Jaya Kelurahan Kalipancur Semarang dengan mengatasnamakan unit RT, sekolah, maupun perorangan.
"Awalnya, jumlah nasabah Bank Sampah pada tahun 2017 hanya 23, terdiri empat perorangan dan 19 RT/institusi, tahun 2018 sampai dengan Februari nasabahnya naik menjadi 33 yang terdiri atas sembilan perorangan dan 24 dari RT/institusi," kata Ketua Bank Sampah Indria Jaya Kelurahan Kalipancur Mianto.
Bertambahnya nasabah tersebut berbanding lurus dengan peningkatan volume sampah yang dikumpulkan dari 300 kg per bulan pada tahun 2017 menjadi 500 kg per bulan pada tahun 2018 (sampai Februari).
Proses Panjang
Lurah Kalipancur Indriastuti mengaku banyak upaya yang dilakukan untuk menyamakan persepsi dan kesadaran warga untuk bersedia memilah sampah salah satunya dengan pendekatan dan sosialisasi ke semua pihak.
"Setiap minggu keliling sosialisasi bank sampah. Tidak hanya menunggu nasabah menyetorkan sampah, tetapi kami juga aktif melakukan penjemputan sampah. Jadi kami jemput bola," kata Indriastuti yang mengaku nama Bank Sampah Indria Jaya diambil dari penggalan namanya sebagai bentuk penghargaan warga untuk dirinya.
Menurut Indriastuti sebelum dibentuk bank sampah di tingkat kelurahan, sudah ada embrio di tingkat RT/RW, sehingga jika dilihat dari kesiapan masyarakat sudah sangat siap dan saat ini terus berkembang dengan bantuan dari sejumlah pihak seperti Dinas Lingkungan Hidup dan PT Indofood yang memberikan dukungan melalui program CSR.
Pada Desember 2016, lanjut Indriastuti, Kelurahan Kalipancur mendapatkan kepercayaan dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang dengan dibangunkan bank sampah dan saat ini terus berkembangkan karena dukungan dari warga dan PT Indofood serta LSM Bintari.
Camat Ngalian Agus Priharwanto mengaku dengan adanya bank sampah, maka masyarakat tidak hanya sekadar membuang sampah, tetapi ada juga kegiatan untuk memilah dan kegiatan tersebut bermanfaat untuk mengurangi volume sampah.
"Sebenarnya di Kecamatan Ngalian sudah banyak yang menerapkan bank sampah, tetapi belum seluruhnya seperti yang ada di Kelurahan Kalipancur. Selain itu ada juga yang menerapkan model sedekah sampah di Kelurahan Ngaliyan," katanya.
Model sedekah sampah tersebut, lanjut Agus, sudah memberikan manfaat kepada warga karena hasilnya digunakan untuk membiayai sejumlah kegiatan dan membantu pembiayaan panti asuhan diwilayahnya.
"Di Kecamatan Ngalian ada 10 kelurahan dengan 140.000 penduduk. Jika satu penduduk menghasilkan sampah 0,7 kilogram per hari, tentu jumlahnya sangat banyak sehingga harus ditekan salah satunya dengan model bank sampah, sedekah sampah, atau lainnya," katanya.
Nilai ekonomis
Dalam pengembangan bank sampah, CSR Senior Manager Corporate Communications Indofood Deni Puspahadi mengatakan bahwa pihaknya memiliki tanggung jawab untuk mendorong adanya pemilihan sampah dan sudah mulai dilakukan di sejumlah daerah.
"Selain di Semarang, ada juga di Lampung, Jakarta, Surabaya, dan Bali yang saat ini masih dalam tahap kajian untuk menentukan modelnya," kata Deni Puspahadi.
Deni menegaskan bahwa bank sampah merupakan bentuk kolaborasi pengelolaan sampah secara holistik dan terintegrasi semua pihak mulai dari pemerintah, industri, dan masyarakat untuk mewujudkan lingkungan yang lebih baik, meningkatkan kesehatan masyarakat yang bisa meningkatkan produktivitas kesehatan masyarakat.
Hal sama juga disampaikan Noodle Division Branch Human Resources Manager Indofood CBP Bezaliel Pakke yang menegaskan bahwa dalam pengelolaan bank sampah yang paling utama yakni kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan secara bersama-sama.
"Yang menjadi tujuan utama adalah masyarakat sadar untuk menjadikan lingkungan sehat. Jika kemudian ada nilai ekonomis yang muncul itu adalah bonus. Jadi jangan `duit` dulu, karena jika seperti itu jadi keliru," kata Bezaliel Pakke.
Nilai ekonomis sebagai nasabah bank sampah dirasakan oleh SMP Isriati yang telah memiliki saldo lebih dari Rp1 juta dari menyetorkan sampah kertas dan botol bekas minum dari para siswa dan guru.
"Sebelumnya sekolah mendapatkan sosialisasi mengenai bank sampah. Kemudian anak-anak memilah sampah botol bekas minuman juga kertas-kertas. Setiap satu bulan sekali disetorkan ke bank sampah," kata Guru IPS SMP Isriati Diah Sari yang ditemui sedang menyetorkan sampah kertas dan botol bekas minuman di Bank Sampah Indria Jaya Kalipancur.
Uang hasil penyetoran sampah yang berasal dari para siswa dan guru tersebut, lanjut Diah Sari, dikembalikan ke siswa dalam bentuk kegiatan kesiswaan.
Selain atas nama sekolah, Diah Sari yang juga aktif di tingkat RT 12 RW 3 Kelurahan Kalipancur yang selama ini para anggota RT aktif mengumpulkan jelantah minyak goreng di tingkat RT kemudian dari RT disetorkan ke bank sampah kelurahan.
"Hasil penyetoran jelantah minyak goreng tersebut disepakati untuk menambah kas RT serta untuk membiayai kegiatan RT. Jelantah minyak goreng tersebut dikumpulkan setiap pertemuan dawis," katanya.
Ketua Tim Penggerak PKK Kelurahan Kalipancur Dida Sartono yang juga pengurus Bank Sampah Indria Jaya Kalipancur mengaku membeli jelantah satu botol berisi 1,3 liter Rp3.500 dan dijual kembali ke pengepul Rp4.500 dan jika dihitung dalam waktu sebulan pihaknya bisa membeli beragam sampah Rp1 juta dengan sumber sampah dari seluruh sekolah yang ada di area Kelurahan Kalipancur, Indomaret, Depag, instansi lainnya, dan perorangan.
"Kalau kami targetnya seluruh RT/RW di Kelurahan Kalipancur bisa buang sampah ke Bank Sampah Indria Jaya. Jika itu sudah tercapai, kami berharap bisa ada bantuan dana, agar bisa ambil sampah dari percetakan-percetakan yang membutuhkan modal besar," harap Dida Sartono.
Kini, sanpah yang selalu jadi masalah berubah menjadi berkah yang menguntungkan secara ekonomis bagi warga Kalipancur.
Pewarta : Nur Istibsaroh
Editor:
Mahmudah
COPYRIGHT © ANTARA 2024