Kemampuan berfikir yang tidak tinggal ber AC lambat dibanding yang ber AC
Sabtu, 14 Juli 2018 06:58 WIB
Jakarta (Antaranews Jateng) - Peneliti Harvard dalam jurnal PLOS Medicine mengungkapkan paparan panas dapat mempengaruhi kemampuan kognitif dengan memperlambat kekuatan berpikir Anda.
Untuk keperluan studi, mereka meneliti selama 12 hari di tengah-tengah gelombang panas di Boston, Massachusetts, selama musim panas 2016. Tim menguji dan membandingkan dua kelompok peserta - 24 siswa yang tinggal di gedung ber- AC dan 20 siswa yang tinggal di gedung tanpa fasilitas AC.
"Sebagian besar penelitian tentang efek panas pada kesehatan telah dilakukan pada populasi yang rentan, seperti lansia, menciptakan persepsi bahwa populasi umum tidak berisiko dari gelombang panas," kata Jose Guillermo Cedeño-Laurent, dari Harvard TH Chan School of Public Health.
Setiap hari, peneliti meminta partisipan mengikuti dua tes menggunakan smartphone mereka, pertama mengukur kecepatan kognitif dan kontrol hambatan dengan meminta mereka mengidentifikasi warna kata-kata yang muncul.
Lalu, menilai kecepatan kognitif dan memori kerja dengan menghadirkan masalah matematika dasar.
Hasil tes menunjukkan, kemampuan berpikir siswa yang tidak tinggal di lingkungan ber-AC 13 persen lebih lambat dibandingkan dengan mereka yang tinggal di lingkungan ber-AC.
"Mengetahui risiko di antara populasi yang berbeda sangat penting mengingat bahwa di banyak kota, seperti Boston, gelombang panas diproyeksikan meningkat karena perubahan iklim," ujar Cedeño-Laurent.
Sementara banyak yang telah mendorong cara-cara alternatif untuk menghadapi gelombang panas, beberapa ahli menyarankan orang untuk secara sederhana memoderasi penggunaan perangkat pengendali suhu.
Mengatur termostat sedikit lebih tinggi di musim panas dan sedikit lebih rendah di musim dingin dapat bermanfaat bagi lingkungan serta kesehatan, jelas Dr. Stan Cox, ilmuwan senior di The Land Institute di Salina, Kansas, demikian seperti dilansir Medical Daily.
Untuk keperluan studi, mereka meneliti selama 12 hari di tengah-tengah gelombang panas di Boston, Massachusetts, selama musim panas 2016. Tim menguji dan membandingkan dua kelompok peserta - 24 siswa yang tinggal di gedung ber- AC dan 20 siswa yang tinggal di gedung tanpa fasilitas AC.
"Sebagian besar penelitian tentang efek panas pada kesehatan telah dilakukan pada populasi yang rentan, seperti lansia, menciptakan persepsi bahwa populasi umum tidak berisiko dari gelombang panas," kata Jose Guillermo Cedeño-Laurent, dari Harvard TH Chan School of Public Health.
Setiap hari, peneliti meminta partisipan mengikuti dua tes menggunakan smartphone mereka, pertama mengukur kecepatan kognitif dan kontrol hambatan dengan meminta mereka mengidentifikasi warna kata-kata yang muncul.
Lalu, menilai kecepatan kognitif dan memori kerja dengan menghadirkan masalah matematika dasar.
Hasil tes menunjukkan, kemampuan berpikir siswa yang tidak tinggal di lingkungan ber-AC 13 persen lebih lambat dibandingkan dengan mereka yang tinggal di lingkungan ber-AC.
"Mengetahui risiko di antara populasi yang berbeda sangat penting mengingat bahwa di banyak kota, seperti Boston, gelombang panas diproyeksikan meningkat karena perubahan iklim," ujar Cedeño-Laurent.
Sementara banyak yang telah mendorong cara-cara alternatif untuk menghadapi gelombang panas, beberapa ahli menyarankan orang untuk secara sederhana memoderasi penggunaan perangkat pengendali suhu.
Mengatur termostat sedikit lebih tinggi di musim panas dan sedikit lebih rendah di musim dingin dapat bermanfaat bagi lingkungan serta kesehatan, jelas Dr. Stan Cox, ilmuwan senior di The Land Institute di Salina, Kansas, demikian seperti dilansir Medical Daily.
Pewarta : Lia Wanadriani Santosa
Editor:
Totok Marwoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024