Logo Header Antaranews Jateng

Proyek PLTPB Baturraden diminta antisipasi pencemaran sungai

Senin, 17 September 2018 15:41 WIB
Image Print
Sumur pengeboran panas bumi di area Well Pad H proyek pembangunan PLTPB Baturraden. (Foto: Dok. PT SAE)
   Purwokerto (Antaranews Jateng) - Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Gunung Slamet atau yang dikenal dengan PLTPB Baturraden diminta untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya pencemaran air sungai, kata anggota Dewan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Tengah Eddy Wahono.

"Proyek panas bumi yang dilaksanakan oleh PT SAE (PT Sejahtera Alam Energy, red.) adalah salah satu proyek nasional yang harus didukung guna peningkatan ketersediaan tenaga listrik di Pulau Jawa, Madura, dan Bali," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Senin.

Kendati demikian, dia mengharapkan agar dalam pelaksanaannya lebih tertata sesuai dengan kaidah teknis agar antisipasi pencemaran berupa mengeruhnya air sungai yang berhulu di Gunung Slamet sebelah selatan dapat terjaga dengan baik.

Menurut dia, hal itu disebabkan beberapa mata air di lereng selatan Gunung Slamet menjadi rusak akibat terkena guguran lumpur yang dikeluarkan saat pengeboran sumur panas bumi.

"Rencana pengeboran sumur baru di `Well Pad F` yang akan segera dilaksanakan pada bulan September, tepat di atas wilayah Baturraden dan Cilongok, Kabupaten Banyumas, serta Paguyangan, Kabupaten Brebes," katanya.

Eddy mengatakan di sekitar lokasi "Well Pad F" ada kurang lebih 44 mata air yang sebagian besar merupakan hulu Sungai Prukut, Kabupaten Banyumas.

Oleh karena itu, kata dia, peran lintas dinas dalam pengawasan kewilayahan khususnya Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral, Dinas Lingkungan Hidup, dan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak serta Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM sangat diharapkan agar pengeboran kali ini lebih tertata secara teknis guna mengurangi risiko pencemaran berupa air sungai yang keruh.

"Perlunya upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum," katanya.

Dalam kesempatan terpisah, Direktur PT SAE Bregas H. Rochadi mengatakan pihaknya telah berupaya mempersiapkan segala sesuatunya sebaik mungkin guna mengantisipasi kemungkinan terjadinya dampak air keruh di sungai-sungai yang bersumber dari Gunung Slamet terutama saat musim hujan.

"Kami berusaha yang terbaik, optimal, dengan segala pengalaman yang sudah kita lalui selama ini," katanya.

Ia mengatakan persiapan yang dilakukan di antaranya berupa penyediaan saluran sementara, penyaring, dan kolam sedimen.

Menurut dia, semua itu dipersiapkan atas perkiraan tanah-tanah yang menggantung di lereng yang tidak terjangkau sehingga kolam penampungannya juga harus disesuaikan.

"Selama itu (tanah yang menggantung di lereng, red.) bisa terjangkau, kita buang ke `disposal` (tempat pembuangan)," katanya. 

Pewarta :
Editor: Mahmudah
COPYRIGHT © ANTARA 2024