Logo Header Antaranews Jateng

Gunungan makanan Grebeg Maulid jadi rebutan warga

Selasa, 20 November 2018 13:18 WIB
Image Print
Ribuan warga ikuti upacara Grebeg Maulid 2018 yang digelar di depan Masjid Agung Surakarta, Selasa. (Fofo:Bambang Dwi Marwoto)
Solo (Antaranews Jateng) - Ribuan warga dari berbagai daerah di Kota Solo dan sekitarnya berdesak-desakan berebut hasil bumi berupa makanan yang dibentuk dalam dua pasang gunungan dalam perayaan Grebeg Maulid di halaman Masjid Agung Surakarta di Solo, Jawa Tengah, Selasa.

Dua pasang gunungan yang menjadi lambang "jaler" (laki-laki) dan "estri" (perempuan) diperebutkan oleh ribuan warga setelah dikirab menandai puncak tradisi Sekaten yang diselenggarakan oleh Keraton Kasunanan Surakarta untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

Kirab berlangsung dari Keraton Kasunanan Surakarta menuju Masjid Agung, dan setelah dilakukan doa bersama dua pasang gunungan hasil bumi langsung diperebutkan oleh ribuan warga yang hadir di halaman masjid.

Narni (45) seorang warga asal Karanganyar mengatakan sengaja datang ke Masjid Agung Surakarta untuk mencari berkah dari hasil bumi dari gunungan yang menjadi rebutan warga tersebut.

"Saya bersama teman dan tetangga mendapatkan kacang panjang dan rengginang. Makanan ini, isi gunungan itu, menjadi lambang akan mendatangkan berkah," kata Narni.

Menurut Ketua Takmir Mesjid Agung Surakarta Muhtarom kegiatan Grebeg Maulid merupakan puncak Sekaten dari Keraton Kasunanan Surakarta menuju Masjid Agung Surakarta.

Muhtarom mengatakan kegiatan Sekaten ditandai dengan mengeluarkan gamelan Keraton selama sepekan, dan berakhir, pada Selasa ini. Dan, kemudian juga mengeluarkan gunungan sebanyak dua pasang yang berisi hasil bumi dari keraton.

Gunungan tersebut kata Muhtarom, memberikan makna bawah hidup di dunia terdiri atas dua jenis kelamin yakni laki-laki dan perempuan. Gunungannya diberi nama Jaler (laki-laki) dan estri (perempuan).

Gunungan Jaler berisi hasil bumi atau makanan yang masih mentah, seperti jenis kasampar, umbi-umbian dan buah yang bergelantung, mengandung makna bahwa seorang laki-laki harus bekerja atau dinamis atau mencari penghidupan untuk keluarganya.

"Polo kapendem (umbi-umbian) mengingatkan kita untuk tahu jati diri kita. Kita dari tanah akan kembali ke tanah. Polo Kasampar, hidup ini, harus dinamis mencari penghidupan dimuka bumi, untuk kebutuhan hidup di dunia," katanya.

Menurut dia, Polo Kagantung artinya semua itu, tidak lepas dari yang memberikan kehidupan, artinya kita mencari itu harus tergantung dari yang memberikan. Rejeki sudah ada yang mengatur yakni Tuhan Yang Maha Esa.

Dia mengatakan Gunungan estri berupa tumpukan makanan yang telah diolah yang siap saji, artinya seorang perempuan harus mampu mengatur kerja suami untuk kebutuhan hidup keluarganya. Gunungan estri, yakni bentuknya siap saji. 

Pewarta :
Editor: Antarajateng
COPYRIGHT © ANTARA 2024