Logo Header Antaranews Jateng

Optimalkan komunikasi nonverbal saat debat capres

Senin, 28 Januari 2019 19:56 WIB
Image Print
Dosen Manajemen Strategis Kehumasan pada, Program Magister Ilmu Komunikasi FISIP Unsoed, Wisnu Widjanarko (Foto: Dok. pribadi)
 Purwokerto (Antaranews Jateng) - Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman, Wisnu Widjanarko, mengingatkan pentingnya mengoptimalkan komunikasi nonverbal pada saat debat calon presiden dan wakil presiden guna merebut hati calon pemilih.

 "Para kandidat capres dan cawapres perlu mengoptimalkan komunikasi nonverbal pada saat debat, karena debat ini adalah seni merebut hati pemilih," katanya di Purwokerto, Senin.

  Dosen manajemen strategis kehumasan, Program Magister Ilmu Komunikasi FISIP Unsoed tersebut menjelaskan, setiap calon pemilih tentu telah memiliki gambaran akan memilih calon yang mana saat pilpres mendatang.

 "Bisa saja gambaran tersebut dilatarbelakangi pengetahuan calon pemilih mengenai siapa dan bagaimana calon atau bahkan mungkin pengalaman berinteraksi, baik langsung maupun tidak langsung dengan calon-calon tersebut," tuturnya.

 Kendati demikian, masih besar kemungkinan pilihan tersebut mengalami perubahan menjelang pelaksanaan pesta demokrasi.

 "Apalagi ketika paparan informasi yang diterimanya punya dimensi afeksi, atau kadang orang memilih sesuatu tidak selalu karena kompetensi semata, tapi bisa diwarnai karena kedekatan serta kelekatan emosi," ucapnya.

 Terkait hal itu, dia mengatakan bahwa untuk merebut hati pemilih, para calon presiden dan wakil presiden harus melakukan sejumlah hal.

 "Pertama harus mengenal siapa dan bagaimana karakter calon pemilih, jangan samakan antara anak muda dengan yang sudah tua, di perkotaan atau di perdesaan, yang sudah sejahtera atau yang belum, misalnya," ujarnya.

 Kedua, harus tepat mendesain pesan dan memilih media yang tepat. "Sehingga jangan sampai pesan sudah tepat tapi media yang dipilih tidak sesuai, atau malah sebaliknya," katanya.

 Ketiga, kata dia, pada saat berinteraksi gunakan komunikasi verbal dan nonverbal yang paling selaras dengan kebiasaan dan kebutuhan calon pemilih, sehingga publik dapat merasa dekat dan lekat.

 "Bila itu dioptimalkan, maka yang sudah yakin dengan pilihannya akan makin yakin. Selain itu, bila komunikasi nonverbal dioptimalkan bisa saja membuat para pendukung pihak lawan jadi berpindah dukungan," imbuhnya.

 Komunikasi nonverbal, tambah dia, bisa dimulai dengan hal sederhana, misalnya, intonasi suara.

  "Intonasi suara, misalkan, tegas bukan berarti nada keras atau instruktif melainkan persuasif. Lalu, menghindari raut wajah yang terkesan marah atau tersenyum sinis ketika mendapat `serangan` saat debat, atau dengan bahasa-bahasa tubuh yang tampak natural," tuturnya.

 Bahasa nonverbal, tambah dia, memiliki banyak kekuatan, mengingat inti dari pesan nonverbal adalah mengartikulasikan perasaan yang sesungguhnya, melampaui dari kata-kata yang diucapkan.

 "Sikap ramah, bersahabat, dekat dan tidak berjarak sejauh tidak dibuat-buat akan memberikan dampak yang luar biasa. Mau sehebat apapun ide dan gagasan, ketika disampaikan dengan nonverbal yang tidak menarik, maka pesan bisa tidak sampai," katanya.

Pewarta :
Editor: D.Dj. Kliwantoro
COPYRIGHT © ANTARA 2024