Legislator: BUMN harus cermat dalam mengakuisisi perusahaan lain
Minggu, 17 Maret 2019 16:30 WIB
"Sebenarnya kalau kita bicara bisnis, semua ada ukurannya, ada untung-ruginya. Ya, tentu kita mendukung BUMN untuk mengambil alih aset-aset yang dinilai bagus untuk kembali ke Ibu Pertiwi," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Minggu.
Akan tetapi yang namanya bisnis, kata dia, selain harus dilihat prospeknya juga perlu dilihat bagaimana ke depannya.
"Jangan (sampai) nanti mengambil alih sesuatu aset yang kelihatannya bagus sekarang, ternyata ke depan usahanya malah makin sulit dengan kompetisi, dengan perkembangan zaman dan lain-lain. Untuk itu, kita harus cermat, manajemen harus cermat dalam mengakuisisi perusahaan-perusahaan lain, itu yang akan kami terus gali ke depan," jelasnya.
Ia mengatakan dengan mengakuisisi perusahaan lain, hal itu berarti BUMN melakukan ekspansi untuk memperbesar pangsa pasarnya dan kebetulan yang terakhir ini, PT Semen Indonesia Tbk mengakuisisi kepemilikan Lafarge Holcim di PT Holcim Indonesia Tbk.
Dia mengharapkan dengan adanya akuisisi yang dilakukan BUMN khususnya BUMN Semen tersebut bisa lebih mendominasi pasar dan bisa juga berkembang tidak hanya di Indonesi dengan skala yang lebih besar lagi.
"Kami juga mengharapkan adanya efisiensi produksi dan operasi sehingga industri semen di Indonesia khususnya milik BUMN bisa lebih kompetitif," kata politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu.
Saat ditanya apakah rencana akuisisi PT Holcim Indonesia Tbk oleh PT Semen Indonesia Tbk telah dikonsultasikan sebelumnya dengan Komisi VI DPR RI, Adisatrya mengatakan pihaknya sudah cukup lama tidak rapat dengan perusahaan semen pelat merah tersebut karena sedang sibuk dalam rangka pemilu dan sebagainya.
Akan tetapi, dia mengharapkan pada bulan April setelah pelaksanaan pemilu, pihaknya bisa memanggil manajemen PT Semen Indonesia Tbk untuk meminta penjelasan terkait dengan akuisisi PT Holcim Indonesia Tbk.
"Secara detailnya kami belum mendengar dari pihak manajemen khusus penjelasan mengenai akuisisi ini. Kami akan menggali lebih dalam lagi nanti pandangan-pandangan dari manajemen kenapa mengakuisisi dan yang lebih penting lagi ke depan ini rencananya bagaimana dari segi operasi dan lain-lain, bagaimana menggabungkan operasi Holcim dengan yang sudah ada sekarang," jelasnya.
Disinggung mengenai pembentukan perusahaan induk (holding) BUMN, dia mengatakan saat sekarang "holding" BUMN yang sudah terbentuk di antaranya semen, pertambangan, dan perkebunan, sedangkan lainnya masih dalam tahap pembentukan.
"Kami dari Komisi VI tetap menekankan dengan adanya 'holding' ini, dampak terhadap seluruh grup BUMN itu bagaimana. Tentu dengan dibentuknya 'holding', secara korporasi makin besar sehingga bisa mengumpulkan dana yang lebih besar lagi dengan 'cost' yang lebih murah, itu yang kita harapkan karena ini membuat perusahaan lebih kompetitif," katanya.
Menurut dia, hal itu akan dipastikan oleh Komisi VI dalam kaitannya dengan pembentukan perusahaan-perusahan induk BUMN.
Selain itu, kata dia, dengan pembentukan perusahaan induk tersebut, pihaknya tidak mau melihat BUMN hanya berkiprah di Indonesia saja.
"Justru dengan finansial yang lebih kuat, juga operasionalnya lebih efisien, ya kita harapkan bisa bersaing ke tingkat regional, tidak hanya ASEAN, bahkan Asia, atau bahkan dunia. Kita mau melihat BUMN-BUMN kita itu ekspansi ke luar, mengambil kerjaan-kerjaan di luar (negeri), itu bentuk penilaian apakah kita bisa berkompetisi dengan perusahan-perusahaan lain di luar," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, dengan dibentuknya perusahaan induk yang menjadikan korporasinya makin besar dan efisiensinya makin tinggi, pihaknya mendorong BUMN untuk berkompetisi ke luar negeri menghadapi pasar dunia selain di Asia.
Pewarta : Sumarwoto
Editor:
Achmad Zaenal M
COPYRIGHT © ANTARA 2024