Petani rawan terserang leptospirosis
Rabu, 15 Mei 2019 10:08 WIB
"Selama ini kami bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman selalu memberikan pemahaman kepada petani agar menjaga kebersihannya sehingga bisa terhindar dari bakteri yang berasal dari kencing tikus tersebut," kata Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman Heru Saptono di Sleman, Rabu.
Menurut dia, di setiap kesempatan pihaknya sellau mengimbau kepada para petani untuk menjaga kebersihan diri maupun lingkungan sawah agar terhindar dari virus leptospirosis.
"Biasanya setelah panen, petani banyak yang menumpuk jerami di pematang sawah, dan hal itulah yang menjadi tempat kencing tikus," katanya.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Dulzaini mengatakan hingga akhir April 2019 sudah ada 12 kasus leptospirosis di Sleman.
"Satu dari 12 kasus tersebut mengakibatkan penderitanya meninggal dunia," katanya.
Ia mengatakan, pada peralihan musim hujan ke musim kemarau ini, penyakit leptospirosis masih harus diwaspadai.
"Kasus penderita yang meninggal, karena terlambat di penderita. Penderita sudah kena, namun tidak segera periksa, dan saat sudah diperiksa ke fasilitas kesehatan, kondisinya sudah terlambat," katanya.
Menurut dia, masyarakat harus menerapkan perilaku hidup sehat dalam kesehariannya, sebab, bakteri leptospira interrogans yang menyebabkan penyakit leptospirosis ada di lingkungan persawahan maupun di lingkungan rumah.
"Kalau ke sawah usahakan saat sinar matahari sudah muncul. Gunakan sepatu boot. Cuci tangan dengan sabun setelah selesai beraktivitas. Untuk dirumah kalau banyak tikus bisa dibersihkan dengan disiram lisol ke titik yang sering dilewati tikus, itu bakterinya bisa mati," katanya.
Ia juga mengimbau masyarakat jiks mengalami gejala demam, pusing, mual, nyeri otot terutama di daerah kaki agar segera periksa ke puskesmas.
“Karena bisa langsung dilakukan tes cepat leptospirosis. Setiap puskesmas di Sleman sudah bisa untuk tes itu. Kalau sudah diketahui Lepto bisa diobati. Kalau sudah terlambat sulit teratasi. Karena biasanya terjadi kegagalan organ," katanya.
Pewarta : Victorianus Sat Pranyoto
Editor:
Achmad Zaenal M
COPYRIGHT © ANTARA 2024