Logo Header Antaranews Jateng

Final kompetisi antarklub Afrika diubah jadi sekali main

Kamis, 18 Juli 2019 06:38 WIB
Image Print
Wasit asal Gambia Bakary Papa Gassama (kiri) berbicara dengan para pemain Wydad Casablanca yang mengancam untuk tak melanjutkan pertandingan kedua final Liga Champions Afrika melawan tuan rumah Esperance karena malfungsi VAR di Stadion Olimpiade, Rades, Tunisia, Jumat (31/5/2019). (ANTARA/AFP/Fethi Belaid)

Jakarta (ANTARA) - Konfederasi sepak bola Afrika, CAF, mengubah aturan untuk final kompetisi antarklub Benua Hitam itu menjadi sekali main setelah di lokasi netral mulai musim depan setelah selama ini digelar dalam format kandang-tandang.

Keputusan itu nantinya akan mempengaruhi dua kompetisi antarklub Afrika yakni Liga Champions Afrika dan Piala Konfederasi Afrika.

"Final Liga Champions Afrika dan Piala Konfederasi Afrika sekarang akan dimainkan dalam satu pertandingan saja," kata Presiden CAF Ahmad lewat twitternya demikian dilansir AFP Kamis dini hari WIB.

Liga Champions Afrika pertama digelar pada 54 tahun lalu dan partai finalnya dilangsungkan dalam satu pertandingan saja, namun memasuki tahun kedua hingga kini, pertandingan digelar menggunakan format kandang tandang.

Bahkan, selama beberapa tahun format agregat sebagai penentu kemenangan tak dipakai dan laga ketiga harus dimainkan untuk menentukan tim pemenang.

Belakangan, mencuat kontroversi mengenai partai final Liga Champions Afrika 2018/2019 antara wakil Tunisia Esperance kontra wakil Maroko Wydad Casablanca yang hasilnya tak diresmikan bahkan hampir tujuh pekan berselang setelah laga kedua dimainkan.

Baca juga: Diwarnai gaduh VAR, Esperance juara Liga Champions Afrika

Wydad Casablanca menolak melanjutkan laga kedua yang dilangsungkan di kandang Esperance setelah insiden kerusakan VAR atas gol penyama kedudukan mereka, yang akan menyamakan skor agregat.

Selepas itu Esperance sempat menjalani seremoni juara, hanya untuk kemudian diperintahkan untuk memainkan laga ulangan di lokasi netral oleh CAF, keputusan yang membuat kedua tim menempuh jalur hukum di Pengadilan Arbitrase Olahraga.

Format kandang-tandang ditempuh CAF demi meningkatkan okupansi stadion partai final, yang selalu rendah ketika pertandingan digelar di lokasi netral dan hanya sekali main.

Rendahnya ketertarikan menyaksikan pertandingan yang tak menampilkan tim kandang juga terjadi dalam pelaksanaan putaran Piala Afrika 2019 di Mesir sejak 21 Juni lalu.

Tribun Stadion Internasional Kairo yang berkapasitas 75.000 penonton selalu terlihat padat tanpa celah ketika Mesir tampil, namun laga-laga lainnya tanpa tim tuan rumah bahkan kesulitan menembus angka 10.000 penonton.

Baca juga: Laga kedua final Liga Champions Afrika bakal diulang

Pewarta :
Editor: Mugiyanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024