Logo Header Antaranews Jateng

Pengungsi asal Wamena menitikkan air mata begitu tiba di Malang

Rabu, 2 Oktober 2019 18:13 WIB
Image Print
Gubernur Jawa Timur Khofifah indar Parawansa menggendong salah seorang anak warga Jawa Timur yang merupakan pengungsi asal Wamena, Papua, saat berada di Bandara Abdul Rachman Saleh, Kabupaten Malang, Rabu (2/10/2019). ANTARA/Vicki Febrianto

Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Sebanyak 120 pengungsi asal Wamena, Provinsi Papua, tiba di Bandara Abdul Rachman Saleh, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Rabu sekitar pukul 14.50 WIB dengan menggunakan pesawat Hercules C-130 dengan nomor lambung A-1305.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang menyambut kedatangan pengungsi itu mengatakan bahwa jumlah warga yang dipulangkan dari Wamena ke wilayah Jawa Timur tersebut sebanyak 120 orang, terdiri dari 115 orang dewasa dan lima anak-anak.

"Siapa pun harus mendapatkan perlindungan, keamanan, dan mereka harus terproteksi. " kata Khofifah.

Para pengungsi yang tiba di Bandara Abdul Rachman Saleh Malang tersebut diberangkatkan dari Jayapura pada Selasa (1/10). Rute yang ditempuh adalah, Jayapura menuju Biak dan bermalam.

Baca juga: Ganjar pulangkan warga Jateng dari Wamena

Kemudian perjalanan dilanjutkan keesokan harinya, dari Biak menuju Ambon, Makassar, dan terakhir menuju Malang. Lama waktu penerbangan dari Makassar ke Malang kurang lebih selama enam jam.

Ratusan warga yang terlihat kelelahan tersebut sempat menitikkan air mata pada saat menginjakkan kaki di Bandara Abdul Rachman Saleh Malang. Khofifah juga menyempatkan diri untuk menghampiri para pengungi tersebut dan menanyakan kondisi mereka.

Khofifah menjelaskan, setelah ini pihaknya akan segera melakukan pendataan para warga Jawa Timur yang kembali tersebut. Pendataan itu dalam upaya untuk mempermudah proses pemulangan mereka ke daerah tujuan masing-masing.

"Kami akan mengantarkan mereka, sampai mereka bisa berkumpul bersama keluarga," katanya.

Sebanyak 120 pengungsi yang tiba di Malang tersebut, berasal dari Probolinggo, Pasuruan, dan Madura. Mereka akan difasilitasi kepulangannya hingga ke daerah tujuan, dan bertemu sanak keluarga mereka.

Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga telah membuka posko pendataan di Wamena dan Jayapura untuk keperluan administrasi, khususnya bagi warga Jawa Timur yang akan kembali ke daerahnya.

Sementara itu, salah seorang pengungsi asal Probolinggo, Jawa Timur, Sugeng, mengatakan bahwa pada saat terjadi kerusuhan di Wamena, Ia harus bersembunyi di kandang lebih dari enam jam.

Baca juga: Kisah Ismail menyelamatkan diri dari kerusuhan Wamena

Usai bersembunyi, Sugeng diberikan perlindungan di Komando Distrik Militer (Kodim), dan kemudian pindah ke Pangkalan TNI Angkatan Udara Wamena, sebelum akhirnya diberangkatkan ke Jayapura.

"Saya bersembunyi di kandang dari jam 09.00 WIT hingga 16.00 WIT. Kedepan, saya akan menetap di Probolinggo," ujar Sugeng.

Hingga 1 Oktober 2019, jajaran Pangkalan Angkatan Udara (Lanud) Silas Papare menyatakan bahwa jumlah pengungsi yang dievakuasi menggunakan pesawat Hercules dari Wamena ke Jayapura mencapai 6.520 orang.

Per harinya kurang lebih 1.200 orang dievakuasi dari Wamena ke Jayapura. Sementara untuk pemberangkatan ke Jawa dan wilayah lainnya, harus dilakukan secara bergantian karena kapasitas pesawat Hercules hanya mampu mengangkut 120 orang untuk satu kali perjalanan.



Pewarta :
Editor: Achmad Zaenal M
COPYRIGHT © ANTARA 2024