Logo Header Antaranews Jateng

Melihat Progam Edupark Semen Gresik (bagian terakhir)

Selasa, 3 Maret 2020 10:42 WIB
Image Print
Bupati Rembang H. Abdul Hafidz didampingi Direksi PT Semen Gresik menuinjau area Edupark yang menyokong program One Village One Product lewat berbagai budidaya tanaman maupun hewan ternak. Desa-desa sekitar perusahaan diproyeksikan memiliki satu produk unggulan berbasis potensi lokal. Foto: PT Semen Gresik
Rembang (ANTARA) - Dongkrak Kualitas SDM Warga, Diproyeksikan Jadi Percontohan Desa Lain

Komitmen PT Semen Gresik untuk memberdayakan desa dan warga sekitar perusahaan, baik wilayah Kabupaten Rembang maupun Blora bukan isapan jempol belaka. Program pemberdayaan itu diwujudkan melalui berbagai program. Salah satunya program Edupark yang multimanfaat.
 
Selain berkontribusi menggenjot perekonomian, memperkuat ketahanan pangan dan energi, program Edupark juga bermanfaat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) warga desa sekitar perusahaan persemenan terkemuka ini.

Kawasan Edupark PT Semen Gresik yang mewadahi aktivitas pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan terpadu yang ramah lingkungan serta multimanfaat ini diproyeksikan menjadi sarana pembelajaran dan sekaligus percontohan. Baik untuk kalangan warga desa, pelajar, mahasiswa hingga berbagai elemen lainnya. Seperti apa?



Sulasdadi (39), terlihat sedang bercengkerama dengan lima anak muda warga Desa Kajar di lahan Edupark PT Semen Gresik, baru-baru ini. Rupanya, lelaki yang dipercaya menjadi Direktur BUMDes Kajar Mbangun Deso ini sedang mempersiapkan berbagai rencana yang akan dilakukannya di lahan Edupark. 

Sebagaimana diketahui, usai diresmikan oleh Bupati Rembang H Abdul Hafidz, pengelolaan Edupark diserahkan kepada BUMDes Kajar Mbangun Deso.

“Intinya kami manfaat Edupark ingin bisa dirasakan banyak orang. Sebab hasil Edupark tak hanya bisa untuk memenuhi kebutuhan harian warga namun juga mampu menambah PAD desa. Berdasar hitungan, hasil dari Edupark bisa mencapai Rp12,5 juta per bulan. 

Tinggal nanti dikurangi biaya operasional yang jumlahnya berkisar Edupark juga diproyeksikan untuk transfer of knowledge bagi warga desa sekitar perusahaan persemenan terkemuka ini. Baik terkait pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan terpadu hingga berbagai hal turunannya seperti pengolahan limbah kotoran ternak menjadi biogas, listrik untuk penerangan, pupuk atau pakan ternak.

Sulasdadi ingin Edupark menjadi ikon baru Desa Kajar. Jika orang menyebut Desa Kajar maka yang disebut pertama kali adalah Edupark. Caranya bagaimana?

“Anak-anak muda ini siap menularkan wawasan terkait Edupark. Kami optimistis Edupark bisa jadi wahana pembelajaran. 

Pelajar mulai dari PAUD/TK, SD/Sederajat bahkan jenjang di atasnya bisa datang ke sini untuk belajar apa saja yang ada di Edupark,” harapnya.

Perangsang geliat UMKM

Ia juga ingin kehadiran Edupark menjadi perangsang geliat UMKM di Desa Kajar maupun desa-desa lain di Kecamatan Gunem, Rembang. Hasil tanaman maupun hewan ternak dari Edupark akan dikerjasamakan dengan berbagai UMKM agar memiliki nilai tambah.

“Bisa saja dijual dalam bentuk mentah tapi kita upayakan juga bisa dipasarkan dalam bentuk produk jadi. Kalau UMKM ikut bergerak maka secara otomatis perekonomian juga berjalan,” jelas Sulasdadi.

Kepala Departemen Komunikasi dan Hukum PT Semen Gresik Gatot Mardiana mengatakan aktivitas pertanian hingga peternakan sebenarnya tak asing bagi warga desa. Hanya saja, wawasannya belum terintegrasi satu dengan lainnya. 

Oleh karena itu Edupark yang merupakan salah satu bagian program P4T PT Semen Gresik berusaha menjembatani hal itu.

“Intergrasi itu justru menghasilkan manfaat tambahan. Pupuk padat dan pupuk cair, biogas bahkan listrik adalah salah satu contoh integrasi itu. Kita juga bisa membuat
pakan ternak dari limbah kotoran hewan ternak yang ada di Edupark. Dan ternyata itu bisa menghemat biaya pakan ternak hingga 40 %,” jelasnya.

Kehadiran Edupark juga diproyeksikan bisa merubah mindset yang kurang tepat terkait aktivitas tanam menanam. Biasanya orang enggan menanam karena kendala keterbatasan lahan. Namun hal itu bisa diatasi dengan konsep hidroponik seperti yang diterapkan di Edupark.

“Menanam itu yang dibutuhkan bukan lahan tapi paling utama justru air. Nah air itu kita sirkulasikan dalam hidroponik sehingga meski lahan tidak luas tapi aktivitas tanam menanam bisa dilakukan,” jelasnya.

Nilai plus lain dari Edupark yakni konsep yang diusung ramah lingkungan dan berkelanjutan. Upaya membangun kemandirian pangan dan energi misalnya diperoleh dengan berlandas konsep tersebut. 

Ia mencontohkan jika tiap rumah warga desa memiliki dua ekor sapi maka aktivitas di dapur bisa dicukupi dengan biogas dari kotoran sapi tersebut. Dan jika tiap rumah memiliki sekitar 10 ekor sapi maka penerangan listrik bisa dicukupi dari kotoran hewan ternak itu.

“Konsep ramah lingkungan dan berkelanjutan ini sesuai dengan kita terapkan dalam berbagai aktivitas perusahaan. Semoga Edupark ini bisa menjadi percontohan dan sekaligus diterapkan di desa-desa lain, baik di wilayah Kabupaten Rembang, Blora maupun lainnya,” tandas Gatot Mardiana. *** (KSM)

Pewarta :
Editor: Achmad Zaenal M
COPYRIGHT © ANTARA 2024