KKN alternatif UMP mengasah kepedulian sosial di masa pandemi COVID-19
Jumat, 19 Juni 2020 12:16 WIB
...sila keempat, yakni Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan, mengandung makna bahwa kepatuhan setiap warga terhadap imbauan pemerintah menjadi langkah preventif dalam melawan virus iniPurwokerto (ANTARA) - Darurat virus corona tidak menciutkan semangat mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, untuk menjalankan kuliah kerja nyata (KKN) karena hal itu justru menambah motivasi dan semangat guna mengabdi kepada masyarakat.
Salah seorang mahasiswa Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) UMP Gayuh Ilham Widadi mengatakan bahwa inisiasi kegiatan KKN pada masa pandemik seperti perlu dan tepat untuk dilaksanakan meskipun dalam kondisi darurat sekali pun karena tujuan kegiatan tersebut adalah memberikan sepenuhnya tindak pengabdian dan membangun kepekaan diri terhadap masyarakat.
Menurut dia, banyak hal yang berbeda akan diperoleh pada saat pelaksanaan, baik itu kendala, tantangan, dan berbagai kesan dalam pelaksanaannya.
"Berhubung sedang masa pandemik, penetapan lokasi yang ditetapkan oleh panitia diserahkan sepenuhnya kepada mahasiswa dengan syarat masih berlokasi di wilayah tempat tinggal peserta KKN, tidak di luar kota apalagi luar kabupaten," katanya.
Ia mengatakan realisasi program yang dibuat, antara lain pembuatan pamflet atau poster, penyemprotan disinfektan, pengadaan masker gratis untuk masyarakat, penjagaan portal jalan, jaga posko, dan pembuatan sabun cuci tangan.
Terkait dengan hal itu, dia mengaku memilih Desa Tegalpingen, Kecamatan Pengadegan, Kabupaten Purbalingga, Jateng, sebagai lokasi KKN.
Baca juga: Prodi PPKn UMP gelar diskusi secara daring
Menurut dia, Tegalpingen yang merupakan desa memiliki potensi unggulan penghasil rempah dan palawija serta sentra cabang pengolahan bulu mata palsu itu, terselip beberapa program yang menjadi prioritas utama dalam melaksanakan tugas sebagai sukarelawan KKN di desanya, antara lain penyemprotan disinfektan.
"COVID-19 merupakan virus yang bisa menempel di tempat-tempat riskan akan sentuhan fisik setiap orang, mulai dari gagang pintu, lantai, dan berbagai tempat yang seringkali dirasa sering menjadi objek vital berkegiatan warga. Maka dari itu, penyemprotan disinfektan ditunjukan kepada lingkungan tempat tinggal (rumah, red.) dan tempat-tempat sekitar yang menjadi tempat atau pusat berkegiatan sehari-hari, dengan harapan setidaknya memberikan rasa aman serta sterilisasi dari virus maupun kuman," jelasnya.
Selain itu, kata dia, program pengadaan masker gratis karena alat pelindung diri tersebut merupakan kebutuhan penting yang harus setiap orang miliki ketika beraktivitas di dalam dan di luar rumah.
Dalam melaksanakan program tersebut, dia bekerja sama dengan Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Desa Tegalpingen yang kebetulan memiliki program yang sama sehingga bisa bersinergi.
"Untuk pemenuhan kebutuhan program ini (pengadaan masker gratis, red.), alhamdulillah saya bisa bekerja sama dengan TP-PKK Desa Tegalpingen yang memiliki program sama, sehingga kesulitan dapat diatasi bersama," jelasnya.
Menurut dia, pembuatan masker dilakukan secara swadaya masyarakat dengan menjahit sendiri karena kebetulan juga memiliki mesin jahit di rumah, sedangkan bahan yang dibutuhkan berasal dari modal pribadi dan sebagian besar hibah dari PKK.
Ia mengatakan selama kegiatan berlangsung, bukan tidak mungkin berjalan lancar tanpa halang rintang. Kendala seperti kurangnya kesadaran masyarakat dalam memahami imbauan pentingnya memakai masker ketika pergi keluar rumah, kemudian sering mengindahkan jaga jarak satu sama lain tetap saja ditemui.
Baca juga: PSDK UMP adakan program pemberdayaan ekonomi komunitas binaan
"Pasti sangat berbahaya jika pergi keluar rumah tidak memakai masker, dan seharusnya masyarakat lebih menaati perintah 'social distancing' atau jaga jarak satu sama lain, karena penularan COVID-19 sangat riskan menular lewat kerumunan. Solusi yang dilakukan mungkin hanya memberikan pengertian maupun himbauan secara verbal jika ditemukan langsung di lapangan," katanya.
Lebih lanjut, Gayuh mengatakan jika dilihat dari latar belakang pendidikan, dia merasakan banyak sekali ilmu bermanfaat yang bisa diambil dari kegiatan tersebut sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bekal menjadi guru kelak ketika sudah lulus.
"Menjadi mahasiswa yang bergelut dalam bidang Pendidikan Kewarganegaraan, barang tentu banyak ilmu yang didapat bisa diimplementasikan dalam pelaksanan sehari hari. Di saat pandemik seperti sekarang ini, penerapan sila Pancasila dalam konteks pencegahan tepat untuk dilakukan, salah satunya yakni pada sila keempat, yakni Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan, mengandung makna bahwa kepatuhan setiap warga terhadap imbauan pemerintah menjadi langkah preventif dalam melawan virus ini," katanya.
Menurut dia, mendukung kebijakan pemerintah dalam menerapkan kebijakan adalah salah satu cara untuk meminimalisasi persebaran virus corona secara lebih luas.
Dengan mengimplementasikan berbagai nilai yang ada dalam Pancasila untuk melawan COVID-19, kata dia, diharapkan dapat meminimalisasi penyebaran.
"Semoga kita mampu secara bersama melawan sehingga harapannya segera terbebas dari pandemik yang meresahkan ini," katanya.
Sementara itu, Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) yang juga Dosen Program Studi PPKn UMP Wildan Nurul Fajar, M.Pd. mengatakan kegiatan KKN tersebut sebagai bentuk pengabdian yang diharapkan dapat mengembangkan kepekaan mahasiswa terhadap kondisi sosial di masyarakat.
"Kegiatan ini akan mampu mendorong mahasiswa mewujudkan keseimbangan antara kemampuan akademik dan kemampuan partisipasi yang dimilikinya, sehingga mahasiswa memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan menjadi motor penggerak dalam menyelesaikan persoalan di masyarakat," katanya. (gyh)
Baca juga: Prodi TLM UMP turut berperan aktif pada masa pandemi COVID-19
Baca juga: KM UMP adakan Program 1.000 Masker Takjil dan Sembako
Pewarta : KSM
Editor:
Sumarwoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024