Logo Header Antaranews Jateng

Pandemi COVID-19, tradisi larung kepala kerbau di Jepara digelar secara sederhana

Kamis, 20 Mei 2021 13:30 WIB
Image Print
Perebutan sesaji yang berisi kepala kerbau, ingkung (ayam utuh), jajanan pasar, serta kupat dan lepat di kapal miniatur tetap terjadi karena ada delapan nelayan yang menceburkan diri ke laut setelah kapal yang mereka tumpangi berhasil mendekat.  ANTARA/HO-Humas Pemkab Jepara
Kudus (ANTARA) - Lomban (pesta laut) kupatan di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, yang diwarnai larung kepala kerbau di Perairan Laut Jepara masih tetap digelar namun secara sederhana dan memperhatikan protokol kesehatan karena masih masa pandemi COVID-19.

Lomban berlangsung Kamis pukul 06.20 WIB. Meskipun digelar secara sederhana, tetapi perebutan kapal miniatur yang berisi sesaji berupa kepala kerbau, ingkung (ayam utuh), jajanan pasar, serta kupat dan lepat tetap terjadi karena ada delapan nelayan yang menceburkan diri ke laut setelah kapal yang mereka tumpangi berhasil mendekat.

Bupati Jepara Dian Kristiandi di Jepara, mengungkapkan lomban kupatan saat ini berbeda dengan dua tahun sebelumnya karena dilaksanakan dengan penuh kesederhanaan. Namun demikian, tidak mengurangi makna dari tradisi ini.

Baca juga: Gelar tradisi Syawalan, warga Lereng Merapi arak ternak dengan prokes ketat

"Alhamdulillah, mulai dari proses awal keberangkatan sampai ke dermaga lagi selamat dan aman," ujarnya.

Pelarungan ini sebagai ungkapan syukur masyarakat Jepara khususnya warga pesisir atau nelayan setelah setahun melakukan kegiatan pelayaran menangkap ikan dan mendapat limpahan rezeki dari Allah SWT.

Melalui tradisi ini, para nelayan juga berharap selama melaut tahun ini mendapatkan keselamatan.

Sebelum pandemi COVID-19, pelarungan kepala kerbau beserta sejumlah sesaji diikuti hampir 10 ribu orang yang biasanya diikuti ratusan kapal, hari ini (20/5) tidak lagi terlihat karena pelaksanaan tradisi sedekah laut yang dipusatkan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kelurahan Ujungbatu, Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara, hanya diikuti puluhan orang untuk menghindari kerumunan.

"Kesehatan yang utama dan harus diutamakan. Tetapi tidak meninggalkan tradisi yang ada," ujarnya. 

Baca juga: Cegah COVID-19, Perayaan Syawalan di Kudus ditiadakan
Baca juga: Kepala daerah se-Jateng diminta waspadai potensi keramaian Syawalan

 

Pewarta :
Editor: Mahmudah
COPYRIGHT © ANTARA 2024