Logo Header Antaranews Jateng

Indonesia Bertutur refleksi merawat kebudayaan secara berkelanjutan

Sabtu, 10 September 2022 15:11 WIB
Image Print
Tari dayakan tampil pada pembukaan Festival Indonesia Bertutur 2022 di Taman Lumbini kompleks Candi Borobudur. ANTARA/Heru Suyitno
seharusnya menggunakan teknologi digital itu untuk mengangkat segala macam warisan budaya Indonesia yang begitu kaya
Magelang (ANTARA) - Dalam beberapa hari terakhir kompleks Taman Wisata Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah,  tidak hanya ramai oleh kunjungan wisatawan untuk menyaksikan kemegahan Candi Borobudur, tapi juga banyak pengunjung yang ingin menyaksikan sejumlah pentas kesenian di Taman Lumbini maupun Aksobya.

Direktorat Perfilman, Musik, dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, 
pada 7-11 September 2022, menyelenggarakan Festival Indonesia Bertutur yang merupakan rangkaian acara G20 sebagai langkah nyata untuk menjaga budaya berkelanjutan.

Indonesia bertutur 2022 ini merupakan acara yang baru pertama kali digelar  dalam rangka pertemuan Menteri Kebudayaan negara-negara anggota G20 tersebut mengambil tema "Mengalami Masa Lalu Menumbuhkan Masa Depan". 

Festival ini bukan hanya berlangsung di zona II Taman Wisata Candi Borobudur, tetapi juga melibatkan tempat-tempat di kawasan Borobudur untuk menggelar sejumlah karya seni, yakni Rumah Seni Elo Progo, Museum H. Widayat, Galeri Limanjawi,  Apel Watu Galeri, serta memusatkan kegiatan di pelataran  bawah di Lumbini dan Aksobya.

Festival Indonesia Bertutur rencananya akan diselenggarakan dua tahun sekali,  sehingga cagar budaya di Indonesia diharapkan dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan yang bisa disampaikan kembali dengan menyesuaikan kondisi masa sekarang. Dituturkan lewat berbagai cara dan media-media baru.

Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid mengemukakan bahwa Festival Indonesia Bertutur ini merupakan festival yang fokus kepada refleksi terhadap cagar budaya, tetapi menggunakan media baru.

Masyarakat dapat melihat pameran, pementasan banyak sekali di Taman Wisata Candi Borobudur yang melibatkan banyak pelaku seni untuk mengangkat warisan budaya tetapi dalam bentuk-bentuk yang baru. Kegiatan ini semacam respons kekinian terhadap masa lalu.

Semua berawal dari warisan budaya. Kegiatan ini merupakan cara baru untuk mengomunikasikan warisan baru pada generasi sekarang karena generasi yang sekarang sangat akrab dengan berbagai media baru, teknologi digital.

Baca juga: 900 seniman terlibat Festival Indonesia Bertutur di Borobudur

Semua itu merupakan respons kreatif dari masyarakat sekarang terhadap masa lalu. Penafsiran terhadap masa lalu ini terus berkembang dan bentuknya bermacam-macam, ada yang menulis buku sejarah, dan festival ini bentuk respons artistiknya terhadap warisan sejarah.

Media baru ini adalah kenyataan kehidupan budaya sekarang. Selama ini ada asumsi sepertinya warisan budaya masa lalu ya masa lalu, yang masa kini ya masa kini,. Tetapi sebetulnya jembatan itu ada dan festival ini mengangkat hal tersebut. Pengembangan informasi mengenai budaya masa lalu, kejayaan sejarah dalam bentuk-bentuk yang baru itu sangat penting.

Sekarang ini banyak orang bicara tentang teknologi digital seolah-olah masa lalu tidak relevan. Padahal seharusnya menggunakan teknologi digital itu untuk mengangkat segala macam warisan budaya Indonesia yang begitu kaya.

Di Taman Wisata Candi Borobudur ada video mapping dan ini penting untuk masyarakat bahwa kebudayaan itu tidak hanya diceritakan tetapi dialog alami dan festival ini memberikan pengalaman itu. Festival ini memberikan pengalaman bagaimana caranya di dalam teknologi masa kini masyarakat bisa menjelajahi kekayaan budaya dan kejayaan masa lalu.

Direktur Artistik Indonesia Bertutur 2022 Melati Suryodarmo mengungkapkan bahwa Festival Indonesia Bertutur adalah sebuah festival kebudayaan yang mengutamakan 20 warisan cagar budaya memiliki nilai istimewa dengan rentang waktu antara prasejarah hingga abad XV.

Indonesia Bertutur di bawah Direktur Perfilman, Musik, dan Media, maka pameran dan peristiwa kegiatan keseniannya melibatkan karya-karya yang bersifat multimedia, media baru, dan tari kontemporer, kesenian kontemporer, dan festival cahaya.

Melalui kegiatan ini diharapkan generasi muda menengok kembali warisan cagar budaya Indonesia supaya menjadi sumber pemikiran baru, sumber keilmuan baru, tidak hanya menyikapi warisan cagar budaya sebagai objek-objek kunjungan wisata saja.

Sebagai objek pembelajaran dan sumber pemikiran baru untuk menarasikan kembali menuju sesuai kehidupan sekarang dan bisa dibagikan untuk masa depan.

Festival ini dipilih di Borobudur, karena merupakan destinasi super prioritas untuk memberikan penawaran baru sehingga kegiatan di Borobudur itu tidak hanya kunjungan wisata candi tetapi juga kunjungan di sekitar Borobudur. Tidak hanya berpusat pada kunjungan di puncak Borobudur, tetapi juga melihat apa yang ada di sekitar Borobudur. Oleh karena itu, festival ini juga melibatkan tempat-tempat seni di kawasan Borobudur.

Indonesia Bertutur 2022 hadir setelah melalui tahapan yang panjang, melibatkan ratusan seniman dari berbagai penjuru tanah air dan juga mengundang seniman dari luar negeri.

Baca juga: Dirjen Kebudayaan buka Pekan Konsolidasi di Magelang

Hal ini dimaksudkan agar bisa menghadirkan festival seni yang mampu menggugah generasi muda untuk lebih peduli pada pengalaman masa lalu nusantara. Festival ini diharapkan menjadi peristiwa kebudayaan dengan format kekinian, membuka pada inovasi-inovasi karya baru yang menggabungkan antara kerja kreatif seni, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan.

Inisiatif penting

Aktor Indonesia Reza Rahardian menilai Indonesia Bertutur ini merupakan inisiatif yang penting untuk ada. Apalagi membicarakan seni budaya, karena pijakan terbesar sebuah bangsa itu salah satunya adalah kebudayaan.

Sebagai bangsa yang kental dengan ragam budaya, Indonesia Bertutur ini menjadi salah satu program yang diharapkan bisa terus berlanjut, tidak hanya di tahun ini saja, tetapi juga di tahun-tahun ke depan.

Kegiatan ini sangat bagus untuk ekosistem seni dan budaya dengan melibatkan para seniman, potensi ekonominya tumbuh di dalamnya, dan potensi untuk masyarakat bisa menikmati karya-karya seni.

Model dan juga aktris Laura Basuki yang menjadi ikon Indonesia Bertutur 2022 juga berharap Festival Indonesia Bertutur yang baru pertama diselenggarakan ini nantinya bisa kontinye dilaksanakan setiap dua tahun.

Baca juga: Warisan budaya fondasi bagi generasi muda

Selama ini warisan budaya atau cagar budaya sering dianggap sebagai cerita lama yang sudah selesai. Melalui program Indonesia Bertutur ini menjadi menarik, karena menyajikan ulang, menuturkan kembali cagar budaya yang sudah dianggap kuno ini dengan memanfaatkan teknologi dan media baru.

Dengan memanfaatkan teknologi dan media baru ini diharapkan lebih mengena kepada generasi muda. Mereka lebih mudah menyerap sejarah, budaya dan harapannya bisa menjaga budaya Indonesia tetap berkelanjutan ke depannya.

Corporate Secretary PT Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko (TWC) AY Suhartanto menuturkan PT TWC  sangat mendukung pelaksanaan Indonesia Bertutur 2022 dan perhelatan G20 di Borobudur.

Sejumlah area di zona II Candi Borobudur digunakan sebagai penempatan instalasi seni dari Indonesia Bertutur, antara lain instalasi festival cahaya dan festival film tari. Selain itu, di area Taman Lumbini, terdapat panggung senja dan area kuliner serta panggung Lumbini yang menjadi area utama
pelaksanaan Indonesia Bertutur 2022.

PT TWC mendukung penuh langkah-langkah yang dilakukan berbagai pihak untuk menumbuhkan seni pertunjukan di kawasan Candi Borobudur. Pertumbuhan seni pertunjukan yang berkualitas, tidak hanya akan menjadi daya tarik dan mendukung dalam mewujudkan destinasi pariwisata berkualitas, tapi juga menjadi wahana edukatif mengenai kebudayaan masa lalu dikomunikasikan di masa kini. 

Baca juga: Borobudur Night Carnival libatkan 20 desa
Baca juga: Melihat Tari Soledo, ikon baru kawasan Borobudur perpaduan tiga daerah
Baca juga: Dukung pengembangan pariwisata berkualitas, Borobudur rintis Pasar Budaya



Editor: Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2024