Logo Header Antaranews Jateng

Pemadaman karhutla di Gunung Lawu masih optimalkan "water bombing"

Senin, 9 Oktober 2023 20:47 WIB
Image Print
Pemadaman kebakaran dengan menggunakan metode water bombing di wilayah Gunung Lawu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Senin (9/10/2023). ANTARA/Aris Wasita
Karanganyar (ANTARA) -
Pemadaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di kawasan Gunung Lawu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, hingga saat ini masih mengoptimalkan metode water bombing atau guguran bom air.

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karanganyar, Juli Padmi Handayani, di Karanganyar, Senin, mengatakan hingga kemarin penanganan karhutla dengan water bombing memasuki hari ke-8.

Untuk titik pemadaman, kata dia, difokuskan pada seputaran Hargo Tiling dan Hargo Puruso.
 
"Perkembangannya meluas ini, kondisi saat ini api meluas dan area bertambah. Luasan sekitar 150 hektare dan di 29 titik," katanya.
Ia mengatakan titik api meluas karena angin dan lokasi ketinggian yang tidak bisa dijangkau.

"Jadi kami rekan-rekan belum bisa memadamkan secara manual. Kalau untuk hari ini kami sudah melaksanakan kegiatan penyekatan yang melibatkan 406 orang, itu terdiri dari 4 SRU (Search and Rescue Unit)," katanya.
Ia mengatakan pemadaman secara manual dapat dilakukan jika titik api berada di lokasi datar. "Jadi mungkin setiap hari ada kegiatan pemadaman. Kalau ini kan kami bisa melakukan pemantauan dan penyekatan," katanya.

Sementara itu Administratur Perum Perhutani KPH Surakarta Herry Merkussiyanto Putro mengatakan luasan lahan terbakar masih di angka 150 hektare, namun tidak menutup kemungkinan adanya perluasan lahan terbakar.

Ia mengatakan kemungkinan perluasan itu disebabkan dari terbatasnya waktu penanganan untuk pemadaman manual. Di sisi lain, kondisi medan juga menghambat proses pemadaman sehingga hanya bisa mengandalkan pemadaman melalui jalur udara.

"Saat ini memang 150 hektare, tapi tidak menutup kemungkinan akan meluas karena berdasarkan kondisi lapangan lokasinya sulit dijangkau dan angin," katanya.

Terkait dengan faktor pemicu kebakaran, menurut dia, karena tumpukan material dari pohon cemara yang sudah mengendap selama empat tahun.

"Ya kalau bicara di atas kan vegetasi cemara, kemudian materialnya sudah empat tahun numpuk, jadi kemungkinan besar api timbul," katanya.
 


 

Pewarta :
Editor: Teguh Imam Wibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2024