Logo Header Antaranews Jateng

Mbak Ita imbau PKL tidak "mremo" saat masa liburan

Jumat, 22 Desember 2023 07:01 WIB
Image Print
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu. ANTARA/Zuhdiar Laeis
Semarang (ANTARA) - Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengimbau kalangan pedagang kaki lima (PKL) agar tidak "mremo" atau mematok harga lebih tinggi dari biasanya dengan memanfaatkan momentum liburan Natal dan Tahun Baru.

"Saya mengimbau pedagang, khususnya pedagang makanan atau kuliner jangan 'mremo'," kata Ita, sapaan akrab Hevearita di Semarang, Kamis.

Menurut dia, tindakan "mremo" saat momentum ramai pengunjung, seperti masa liburan seperti ini justru akan merugikan dan mematikan usaha, bukannya malah menguntungkan.

Apalagi, zaman sekarang semua masyarakat dengan mudah bisa mempublikasikan kejadian tidak mengenakkan yang dialaminya sehingga viral, termasuk jika mendapatkan harga makanan yang tidak wajar.

"Kalau seperti itu bisa viral, daerahnya jelek dan membuat orang (wisatawan) tidak mau datang lagi," kata perempuan pertama yang menjadi Wali Kota Semarang itu.

Tidak hanya pedagang, Ita juga mengingatkan para juru parkir agar tidak seenaknya menaikkan tarif parkir saat momentum liburan Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.

"Termasuk juga parkirnya, jangan mremo," tegas Ita.

Lebih jauh, tindakan "mremo" justru akan merugikan sektor pariwisata, sebab membuat wisatawan menjadi enggan untuk datang ke daerah tertentu yang viral karena pedagangnya "mremo".

Menyambut liburan Natal 2023 dan Tahun Baru 2024, Ita beserta jajaran Pemerintah Kota Semarang dan forkompinda juga telah meninjau sejumlah titik keramaian, seperti Semarang Zoo, pasar, jalur tol, hingga bandara, dan pelabuhan.

Sebelumnya, Ita juga pernah memberikan imbauan kepada PKL menyikapi viralnya video di akun media sosial mengenai keluhan seorang pria yang harus membayar Rp76.000 untuk menyantap dua mangkuk mi instan di kuliner kaki lima di Semarang, awal Februari lalu.

Diakuinya, tindakan "mremo" menjadi fenomena yang terjadi juga di daerah-daerah lainnya sehingga dibutuhkan komitmen dari pedagang untuk berjualan dengan wajar dan menjaga nama baik daerah.

"Kalau sekali dia seperti itu, kaya di Jogja atau di mana, akhirnya tidak laku. Dapat untung sekali, tapi setelah itu tidak laku lagi. Tolong kalau ingin laku dapat pelanggan terus-menerus yang wajar saja," ujarnya.

Langkah terpenting dalam berjualan kuliner, kata dia, adalah terus menjaga kualitas dan rasa, tentu dengan mematok harga yang masih dalam batas wajar dan tidak terlampau mahal.

"Kalau ingin dapat pelanggan terus menerus, ya, (harga, red.) wajar-wajar saja. Tingkatkan kualitasnya, menjaga rasanya. Nanti, banyak orang balik ke situ," kata Ita.

Di sisi lain, Ita juga meminta jika ada masyarakat maupun wisatawan yang mengalami hal semacam itu untuk melaporkan kepada Pemerintah Kota Semarang melalui kanal-kanal pengaduan yang sudah tersedia sehingga langsung ditindaklanjuti.
 

Pewarta :
Editor: Teguh Imam Wibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2024