Logo Header Antaranews Jateng

Pemkab Klaten antisipasi penularan antraks dari Gunungkidul

Jumat, 15 Maret 2024 10:01 WIB
Image Print
Vaksinasi antraks di Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Kamis (14/3/2024). (ANTARA/Aris Wasita).
Klaten (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah melakukan vaksinasi antraks pada lebih dari 1.000 ekor sapi untuk mengantisipasi penularan penyakit tersebut dari Gunungkidul, Yogyakarta.  

"Hari ini saya menyaksikan secara langsung pelaksanaan vaksinasi antraks di Desa Katekan, Kecamatan Gantiwarno yang berdekatan dengan Gunungkidul di mana ada kasus antraks," kata Bupati Klaten Sri Mulyani di sela kegiatan vaksinasi antraks di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Kamis.

Ia mengatakan khusus di Kecamatan Gantiwarno targetnya vaksinasi antraks menyasar ke lima desa, yakni Desa Katekan, Ngandong, Mlese, Kerten, dan Kragilan. Khusus di Kecamatan Gantiwarno, ada 852 ekor sapi yang menjadi sasaran vaksinasi.   

Ia memastikan sejauh ini belum ditemukan kasus antraks di Kabupaten Klaten.  

"Oleh karena itu, vaksinasi kami fokuskan ke wilayah-wilayah yang berbatasan langsung dengan daerah yang sudah ditemukan kasus antraks," katanya.  

Pada kesempatan yang sama, Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Klaten Tri Yanto mengatakan upaya tersebut dilakukan sebagai langkah antisipasi penularan antraks dari kabupaten tetangga.  

Mengenai efektivitas vaksin, dikatakannya, lebih bersifat untuk membentengi penyebaran virus tersebut.

"Ini antisipasi, nggak harus selalu ada kasus," katanya.  

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Klaten Widiyanti mengatakan bakteri spora bisa menempel di mana-mana.

"Di tempat kejadian dengan adanya hujan di tanah, di lokasi kejadian sudah teridentifikasi positif antraks. Sehingga dengan adanya hujan kami khawatirkan aliran air bisa mengalir ke sungai. Jangan sampai spora mengalir ke sungai, jangan sampai ketika beraktivitas spora menempel ke ternak dan manusia, itu yang berbahaya," katanya.

 

Pewarta :
Editor: Teguh Imam Wibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2024