Pertamina kembangkan proyek bahan bakar penerbangan berkelanjutan
Cilacap, Jateng (ANTARA) - PT Pertamina (Persero) mulai mengembangkan proyek pembuatan bahan bakar penerbangan berkelanjutan dengan memanfaatkan minyak jelantah (used cooking oil/UCO) sebagai upaya mewujudkan energi hijau sekaligus mendukung kemandirian energi nasional.
Program ditandai dengan Penandatanganan dan Kick Off Ekosistem Pengembangan Sustainable Aviation Fuel Pertamina di PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU IV Cilacap, Jawa Tengah, Kamis.
Penandatanganan dan kick off tersebut dilakukan Direktur Utama KPI Taufik Aditiyawarman dengan sejumlah direksi Pertamina Group seperti PT Pertamina Patra Niaga dan PT Pelita Air Service serta disaksikan Direktur Strategi Portofolio dan Pengembangan Usaha PT Pertamina (Persero) Salyadi Dariah Saputra.
Kegiatan juga disertai kunjungan ke Bank Sampah Beo Asri, Kelurahan Tegalreja, Kecamatan Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap.
Saat mengunjungi Bank Sampah Beo Asri, Taufik mengatakan pihaknya ingin melihat bagaimana proses pengumpulan minyak jelantah dari masyarakat.
"Kemudian bagaimana warga ataupun nasabah itu mendapatkan kompensasi dari minyak jelantah karena ada kaitannya rencana kami untuk uji coba pengolahan minyak jelantah menjadi Bioavtur berbasis used cooking oil," katanya.
Ia mengharapkan minyak jelantah dari masyarakat ke depannya dapat menjadi salah satu bahan baku yang dapat menjamin keberlangsungan bahan baku di Kilang Cilacap, juga membantu ekonomi sirkular karena limbah dari minyak goreng yang digunakan di rumah tangga masih bermanfaat.
Oleh karena bank sampah tersebut hanya mampu mengumpulkan minyak jelantah sebanyak 1 ton per bulan, kata dia, maka pihaknya juga bekerja sama dengan beberapa perusahaan yang selama ini telah menjalankan usaha pengumpulan minyak jelantah untuk ekspor.
"Ekspor minyak jelantah yang selama ini diambil oleh tetangga kita, ya kita nanti akan gunakan semaksimal mungkin di sini," katanya.
Lebih lanjut, dia mengatakan minyak jelantah tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel B100.
Dalam hal ini, kata dia, bioavtur yang akan diuji coba berupa Bioavtur 3.0.
"Kemarin yang waktu uji coba tahun lalu yang 2.4, yang kita uji coba dengan (pesawat) Garuda rute Jakarta-Solo-Jakarta itu yang 2,4 persen tapi bahan bakunya dari sawit, sekarang bahan bakunya diubah dari minyak jelantah," katanya.
Taufik menambahkan proyek pengembangan SAF penting bagi ekonomi hijau di Indonesia.
Menurut dia, proyek tersebut sejalan dengan visi dan misi pemerintahan yang baru untuk mendorong transisi menuju ekonomi berkelanjutan.
"Sekaligus, mendukung target nasional dalam mencapai zero emission pada tahun 2060 atau lebih cepat," katanya.
Dengan SAF, kata dia, tidak hanya mengurangi emisi karbon di sektor penerbangan, juga menggerakkan ekonomi sirkular melalui pemanfaatan limbah seperti minyak jelantah.
Terkait dengan hal itu, dia mengatakan KPI berkomitmen untuk menjadi pelopor dan produsen unggul SAF di Indonesia.
"Komitmen ini diwujudkan melalui serangkaian langkah strategis yang akan menjadi fondasi utama keberhasilan pengembangan SAF di tanah air," katanya.
Sementara itu, Salyadi mengatakan kemandirian energi menjadi salah satu fokus program Presiden Prabowo Subianto.
Menurut dia, Pertamina turut memastikan program kemandirian energi atau swasembada energi itu tercapai pada 2029.
Untuk itu, dia mengatakan Pertamina melakukan terobosan-terobosan untuk meningkatkan produksi dengan memanfaatkan teknologi.
"Oleh karena keterbatasan kilang, salah satu strategi yang dilakukan berupa peningkatan produksi biofuel dengan menghadirkan Biosolar untuk mesin diesel, yakni B40." kata Salyadi.
Baca juga: Dinas Pertanian antisipasi penyebaran PMK pada ternak di Cilacap
Pewarta : Sumarwoto
Editor:
Heru Suyitno
COPYRIGHT © ANTARA 2025