Gubernur Jateng soroti alih fungsi lahan penyebab bencana
Semarang (ANTARA) - Penjabat Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana menyoroti alih fungsi lahan di beberapa tempat terutama di pegunungan dan perbukitan yang menjadi salah satu penyebab terjadinya bencana alam seperti banjir dan tanah longsor.
"Beberapa tempat iya. Ada beberapa lokasi yang memang penyebabnya memang alih fungsi lahan," katanya, di Semarang, Kamis.
Ia mencontohkan bencana tanah longsor di Desa Kasimpar, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan yang disebabkan alih fungsi lahan.
Kemudian, kata dia, peristiwa banjir di Kabupaten Brebes juga disebabkan adanya alih fungsi lahan di wilayah hulu atau perbukitan yang semula lahan hutan menjadi kebun.
Berkaitan dengan alih fungsi lahan itu, Pemerintah Provinsi Jateng terus berupaya untuk melakukan antisipasi, salah Satunya dengan penanaman pohon yang mampu menyerap dan menahan air.
Selain itu, ia juga mendorong untuk adanya edukasi kepada masyarakat agar sadar dengan lingkungan dan menjauhi wilayah rawan bencana alam.
Seandainya masih ada masyarakat yang memilih tinggal di lereng-lereng perbukitan serta tempat rawan bencana lainnya maka bisa diedukasi mengenai faktor risiko yang dihadapi.
Nana sebelumnya menyampaikan duka cita kepada korban tanah longsor di Petungkriyono, Kabupaten Pemalang, yang menelan banyak korban jiwa dan ada belum ditemukan.
Ia memastikan penanganan dan pencarian orang hilang korban bencana tanah longsor di Petungkriyono masih terus dilakukan oleh tim gabungan yang berjumlah sekitar 500-an petugas, termasuk sukarelawan.
Ratusan petugas tersebut ada yang ditugaskan untuk mencari orang hilang, dan ada yang membuka akses jalan yang tertutup tanah dan pepohonan.
Atas kejadian bencana tersebut, berbagai bantuan untuk korban juga sudah berdatangan, mulai dari kementerian Sosial, Pemprov Jateng, Pemkab Pekalongan, Bulog, dan lainnya.
Beberapa bantuan yang dibutuhkan masyarakat seperti kasur lipat, pakaian, selimut, alat mandi, dan sembako sudah berada di posko penanganan bencana Kecamatan Petungkriyono.
Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor:
Immanuel Citra Senjaya
COPYRIGHT © ANTARA 2025