BPBD Semarang: Puluhan pohon tumbang akibat cuaca ekstrem
Semarang (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang mencatat setidaknya puluhan pohon tumbang dan belasan atap rumah warga roboh pada 29-30 Januari lalu akibat cuaca ekstrem yang terjadi.
Banjir dan tanah longsor juga terjadi di sejumlah titik di waktu tersebut, namun dari semua kejadian bencana tersebut dipastikan tidak ada korban jiwa.
"Pohon tumbang total ada 31 titik, tanah longsor terdapat 11 titik, atap rumah roboh ada 15 kasus. Syukur tidak ada korban jiwa," kata Kepala BPBD Kota Semarang Endro P Martanto, di Semarang, Sabtu.
Menurut dia, cuaca ekstrem terjadi dengan hujan deras dan angin kencang yang berimbas terhadap bencana pohon tumbang, atap roboh, banjir, hingga tanah longsor.
Ia mengatakan banjir akibat hujan deras pada 29 dan 30 Januari terjadi di 15 titik, dengan wilayah yang terparah adalah ruas Jalur Pantura Kaligawe Genuk yang hingga saat ini masih tergenang air.
Seiring dengan itu, BPBD Kota Semarang telah mengoptimalkan pompa air agar genangan cepat surut dan arus lalu lintas di jalan nasional tersebut tidak terganggu.
Endro mengingatkan bahwa cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi sehingga pihaknya mengimbau masyarakat agar selalu waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi.
"Hujan dan angin kencang ini sudah berturut-turut sejak kemarin. Artinya, harus waspada bencana hidrometeorologi. Untuk masyarakat yang berada di wilayah dekat pohon untuk berhati-hati karena rawan tumbang. Waspada juga potensi banjir dan tanah longsor," katanya.
Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang memberikan peringatan dini terkait potensi cuaca ekstrem yang akan melanda hampir seluruh wilayah Jawa Tengah pada 1-3 Februari 2025.
Kepala BMKG Ahmad Yani Semarang Yoga Sambodo mengatakan bahwa analisis pola angin gradien 3000 feet saat ini menunjukkan adanya bibit siklon tropis 99S yang berada di Samudera Hindia Selatan Jawa dan bibit siklon tropis 96P yang berada di Laut Karang Australia.
"Dampak tidak langsung dari interaksi kedua bibit siklon tropis ini adalah dapat meningkatkan kecepatan angin di wilayah Jawa Tengah," katanya.
Dinamika atmosfer saat ini menunjukkan masih menguatnya Monsun Asia, aktifnya gelombang Rossby Ekuatorial, adanya aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO), dan adanya daerah pertemuan angin (konvergensi) di Jateng.
Kondisi tersebut juga didukung oleh kelembaban udara di berbagai lapisan ketinggian yang cenderung basah dan labilitas lokal kuat yang mendukung proses pertumbuhan awan-awan hujan di wilayah Jateng.
"Saat ini wilayah Jawa Tengah masih dalam musim hujan, dan beberapa di antaranya berada pada puncak musim hujan," katanya.
Baca juga: Pemkot Semarang: Kondisi infrastruktur ikut pengaruhi banjir
Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor:
Heru Suyitno
COPYRIGHT © ANTARA 2025