Logo Header Antaranews Jateng

OJK: Sektor jasa keuangan di Jateng dalam kondisi stabil

Selasa, 25 Februari 2025 20:17 WIB
Image Print
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jawa Tengah Sumarjono (kiri). (ANTARA/Zuhdiar Laeis)

Semarang (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Jawa Tengah menilai kondisi sektor jasa keuangan di wilayah tersebut per Desember 2024 dalam kondisi stabil, didukung dengan likuiditas yang memadai dan tingkat risiko yang terjaga.

Kepala OJK Jateng Sumarjono, di Semarang, Selasa, mengatakan bahwa kinerja perbankan di wilayah tersebut pada Desember 2024 secara umum terjaga baik dan mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu.

"Di sektor perbankan, Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami peningkatan 5,01 persen (year on year/yoy) menjadi sebesar Rp465,44 triliun. Adapun kredit yang disalurkan tumbuh sebesar 3,25 persen (yoy) menjadi sebesar Rp424,65 triliun dengan risiko kredit bermasalah (NPL) sebesar 5,09 persen," katanya.

Untuk bank umum di Jateng, kata dia, tercatat DPK juga tumbuh Rp425,11 triliun atau sebesar 5,16 persen (yoy), dengan total kredit bank umum di wilayah itu mencapai Rp386,5 triliun tumbuh sebesar 3,43 persen (yoy).

Ia menyebutkan NPL bank umum di Jateng sebesar Rp15,84 triliun atau 4,10 persen, dengan pencadangan kredit bermasalah cukup baik sehingga rasio NPL metto terjaga di angka 2,47 persen.

"Kinerja intermediasi bank umum di Jawa Tengah terjaga dengan total Loan to Deposit Ratio (LDR/Rasio pinjaman terhadap simpanan) 89,61 persen," katanya.

Lebih lanjut, ia memaparkan Dana Pihak Ketiga (DPK) bank perekonomian rakyat (BPR) dan bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS) di Jateng tumbuh 3,43 persen (yoy) sebesar Rp40,33 triliun, dengan total kredit BPR/S mencapai Rp38,10 triliun naik 1,44 persen (yoy).

Menurut dia, perkembangan kinerja perbankan Syariah di Jateng juga tumbuh positif terlihat dari DPK yang tumbuh 19,75 persen (yoy) dengan nominal mencapai Rp40,07 triliun.

"Adapun pembiayaan yang disalurkan tumbuh sebesar 26,99 persen (yoy) dengan nominal mencapai Rp33,65 triliun dengan rasio NPF sebesar 4,63 persen," katanya.

Mengenai perkembangan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) pada Desember 2024, ia menyebutkan bahwa perusahaan pembiayaan di Jateng mencatatkan nilai piutang pembiayaan tumbuh sebesar 9,42 persen yoy mencapai Rp33,17 triliun dengan NPF sebesar 3,33 persen.

Sementara itu, Perusahaan Penjaminan di Jateng pada bulan Desember 2024 mencatatkan peningkatan aset sebesar 11,32 persen (yoy) menjadi sebesar Rp537 miliar dengan "outstanding" pembiayaan sebesar Rp4,01 triliun, serta Industri Pergadaian juga tumbuh sebesar 28,28 persen (yoy) mencapai Rp6,59 triliun

Perkembangan pasar modal di Jateng juga tumbuh positif, lanjut dia, dengan transaksi pasar modal didominasi oleh investor individu dengan jumlah SID Saham mencapai 751.382 investor pada Desember 2024 dengan nilai transaksi Rp16,35 triliun, sedangkan jumlah SID reksadana dan SBN juga meningkat masing-masing 15,04 persen dan 20,75 persen.

"Jateng memiliki jumlah Lembaga Keuangan Mikro (LKM) terbanyak secara nasional yakni sebanyak 112 LKM dengan penyaluran pinjaman yang diberikan mencapai Rp470 milliar atau tumbuh 5,06 persen (yoy) dengan jumlah aset sebesar Rp736 miliar tumbuh 16,01 persen (yoy)," kata Sumarjono.





Baca juga: Prakiraan cuaca Semarang hari ini, waspada hujan petir



Pewarta :
Editor: Heru Suyitno
COPYRIGHT © ANTARA 2025