
Samuel Wattimena ajak kolaborasi pegiat kesenian Semarang

Semarang (ANTARA) - Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Samuel Wattimena mengajak para pegiat kesenian tradisional di Kota Semarang Jawa Tengah untuk berkolaborasi dengan berbagai unsur agar semakin berkembang besar.
"Jadi tujuan saya di reses kali ini ingin mengkolaborasikan para pelaku seni tradisional dengan anggota dari Indonesia Fashion Chamber (IFC) dan Denok-Kenang," katanya di Semarang, Minggu.
Denok-Kenang adalah sebutan bagi anak-anak muda yang telah terseleksi menjadi Duta Wisata Kota Semarang, semacam Abang-None di Jakarta.
Hal tersebut disampaikan legislator dari Daerah Pemilihan Jawa Tengah 1 itu saat kegiatan reses bersama dengan para pegiat seni, IFC, dan Denok-Kenang.
"Karena menurut saya ini adalah ketiga titik yang harusnya saling terlibat," kata sosok yang dikenal juga sebagai perancang busana tersebut.
Menurut dia, para perancang busana yang tergabung di IFC Semarang bisa membantu para pegiat kesenian tradisional dari sisi penampilan agar lebih mengekspresikan kekayaan Nusantara, sedangkan Denok-Kenang bisa mempromosikannya
"Dan kekayaan ini perlu dipublikasikan, perlu disosialisasikan. Saya berharap Denok-Kenang bisa melakukan hal tersebut," katanya.
Tidak hanya itu, ia juga berharap para desainer atau perancang busana bisa terinspirasi dari tarian-tarian tradisional yang dibawakan menjadi masukan untuk karya-karya mereka.
"Saya berharap bulan Agustus nanti bisa melaksanakan pergelaran yang merupakan kolaborasi bersama antara tradisi dan fashion design," katanya.
Dia mengakui, saat ini baru lima paguyuban kesenian tradisional yang digandengnya pada kesempatan itu, tetapi ke depan akan lebih banyak dan lebih masif dengan mendatangi mereka.
"Saat ini baru lima -komunitas-. Tapi sebetulnya jauh lebih banyak. Untuk yang berikutnya, saya akan 'road show' untuk lihat langsung di tempat mereka," kata Samuel.
Sementara itu, Rudjito selaku pegiat seni tari tradisional jaranan Semarang mengakui bahwa komunitas kesenian tradisional di Kota Atlas sangat banyak, tetapi kebanyakan dalam kondisi hidup segan mati tak mau.
"Kalau paguyuban -kesenian tradisional- ada banyak sekali. Sekitar 30 lebih. Dan belum semua punya surat keterangan terdaftar -SKT- dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata," katanya.
Ia mengatakan bahwa komunitas kesenian tradisional tersebar di berbagai wilayah kecamatan di Kota Semarang, tetapi ada beberapa kecamatan yang banyak, seperti Mijen, Candisari, Gunungpati, Semarang Selatan, dan Banyumanik.
"Makanya di malam ini saya sengaja mengkoordinasi teman-teman pelaku seni ini supaya lewat Bung Sam -Samuel- mendapat perhatian dari Pemerintah Kota Semarang. Jadi tujuan saya cuman seperti itu. Supaya mereka pun dalam menguri-uri budaya itu bisa hidup lagi dan tidak hilang karena tergerus," katanya.
Baca juga: Polrestabes Semarang tangkap ratusan pemuda akibat konvoi
Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor:
Heru Suyitno
COPYRIGHT © ANTARA 2025