Logo Header Antaranews Jateng

Samuel Wattimena angkat sarung jadi ikon fesyen nasional

Minggu, 23 Maret 2025 23:21 WIB
Image Print
Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Samuel Wattimena bersama para Denok-Kenang yang mengenakan sarung batik khas Semarangan. ANTARA/Zuhdiar Laeis

Semarang (ANTARA) - Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Samuel Wattimena ingin mengangkat sarung menjadi identitas bangsa dan ikon fesyen nasional, dimulai dari Kota Semarang.

"Saya juga berusaha untuk menampilkan atau menghadirkan sarung ini sebagai identitas dari bangsa kita untuk lebih lagi tersosialisasi," katanya, di Semarang, Minggu.

Hal tersebut disampaikan legislator dari Daerah Pemilihan Jawa Tengah 1 itu saat kegiatan reses bersama dengan para pegiat seni tradisional, Indonesian Fashion Chamber (IFC), dan Denok-Kenang.

Pada kesempatan itu, Samuel bersama para anggota IFC Kota Semarang dan Denok-Kenang yang hadir pun kompak mengenakan sarung batik khas Semarangan.

"Saya bersyukur bahwa sebagian besar yang junior maupun yang senior itu bersedia untuk bersarung. Apakah kemudian di dalam keseharian mereka nanti akan melakukan itu? Saya yakin akan, kalau kita terus-menerus melakukan sosialisasi seperti ini," katanya.

Mengenai pemilihan Kota Semarang, ia mengaku saat ini Kota Lumpia telah ditetapkan sebagai kota fesyen, dan dirinya yang telah menekuni desainer fesyen sejak 1979 terpilih sebagai legislator, salah sarung mewakili Semarang.

"Saya jadi punya beban dan kewajiban. Bukan bukan beban dalam arti problem, tapi beban dan kewajiban itu memang bagaimana benar-benar membuat Semarang menjadi kota fesyen," katanya.

"Dan untuk menjadi kota fesyen tentunya fesyen ini (sarung, red.) bukan hanya konsumsi untuk segelintir kalangan, tapi harus menjadi konsumsi untuk berbagai bidang, termasuk bidang tari dan lain-lain," lanjutnya.

Karena itu, Samuel juga mengajak serta pada pembatik Semarang untuk bisa menghadirkan beragam kekayaan lokal khas Semarangan melalui karya sarung.

"Kalau bicara 'sustainability', sarung adalah produk nasional yang sangat 'sustain'. Sarung ini adalah jawaban untuk masa krisis. Karena kita badan membesar, badan mengecil, sarung ini bisa tetap dipakai. Pemeliharaan sarung sangat mudah. Pemakaian dan penyimpanannya juga sangat mudah," katanya.

Sementara itu, Jessie Setiawati selaku pembatik tulis Semarang mengaku terinspirasi menjadikan tarian-tarian khas Semarangan yang dibawakan sebagai motif batik sarungnya.

"Karena saya ranahnya di pembatik tulis, jadi kemungkinan besar akan mendesain berkaitan dengan motif-motif yang mengangkatnya cerita dari tari-tari tradisional yang ada di Semarang," katanya.

Selama ini, ia banyak terinspirasi dari bangunan-bangunan cagar budaya Indonesia, khususnya di kawasan Kota Lama Semarang sebagai motif dari batiknya.

"Contoh kalau di Kota Lama Semarang ini ada bangunan-bangunan cagar budaya, ada Gereja Blenduk, ada (Gedung, red.) Monod dan kawan-kawannya. Nah, ini salah satu bentuk pendokumentasian dari kawasan cagar budaya itu. Saya mengangkat dari detail-detailnya, kayak contoh interior, eksteriornya, ubin, tangga, teralis, jendela, pintu jadi motif batik," katanya.



Baca juga: BMKG prakirakan wilayah Jateng masuki kemarau di April-Mei

Pewarta :
Editor: Heru Suyitno
COPYRIGHT © ANTARA 2025