Logo Header Antaranews Jateng

Pemkot Semarang kembali gelar tradisi Sesaji Rewanda

Jumat, 11 April 2025 21:47 WIB
Image Print
Pergelaran Kirab Sesaji Rewanda tahun lalu. (ANTARA/HO-Pemkot Semarang)

Semarang (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang kembali menggelar tradisi Kirab Sesaji Rewanda di Kelurahan Kandri, Gunungpati, Sabtu (12/4) besok, dengan berbagai penampilan pertunjukan kesenian yang telah disiapkan.

“Rencananya tradisi Kirab Sesaji Rewanda akan dibuka langsung oleh Ibu Agustina, Wali Kota Semarang, yang akan berjalan beriringan menuju lokasi sesaji," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang Wing Wiyarso, di Semarang, Jumat.

Menurut dia, sebagai pembuka adalah penampilan Tari Bambu Krincing dan sejarah mengenai Goa Kreo, selanjutnya kembali ditampilkan Tari Wanara Parisuka, dan diakhiri dengan pemotongan tumpeng oleh Wali Kota Semarang, serta ngalap berkah dan ramah tamah.

Ia menjelaskan tradisi Sesaji Rewanda dimulai pada abad ke-15 yakni saat Sunan Kalijaga, salah satu tokoh penting dalam sejarah Islam di Indonesia, berupaya membangun masjid yang sekarang terkenal sebagai Masjid Agung Demak.

Dalam pencarian kayu jati sebagai bahan baku, Sunan Kalijaga dibantu para monyet yang menghuni kawasan Goa Kreo, Gunungpati, Semarang, yang kini menjadi destinasi wisata.

Lebih lanjut, ia menambahkan Sesaji Rewanda yang jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berarti "memberi hadiah kepada monyet", menunjukkan makna dan tujuan yang sangat mendalam.

Sesaji Rewanda, kata dia, mencerminkan pentingnya menjaga hubungan yang harmonis antara manusia dan alam.

"Manusia sebagai pemimpin di muka bumi ini memiliki tanggung jawab yang besar untuk merawat alam dan semua makhluk yang hidup di dalamnya. Dengan memberikan 'hadiah' kepada para monyet yang tinggal di Goa Kreo," katanya.

Biasanya perayaan tradisi tersebut berlangsung pada tanggal 3 bulan Syawal, dengan puncak prosesi kirab pada tanggal 7 bulan Syawal.

"Jadi, masyarakat tidak hanya merayakan kemenangan setelah Ramadhan, tetapi juga menyampaikan pesan penting tentang keharmonisan dengan alam," katanya.

Kirab Sesaji Rewanda dimulai dengan rombongan yang berarak dari desa ke Goa Kreo, tempat tinggal monyet-monyet yang dihormati dalam perayaan tersebut.

Sebelum mencapai Goa Kreo, empat orang dengan menggunakan kostum monyet akan melakukan tarian yang menghibur dan memberikan semangat kepada peserta.

Di belakang mereka, terdapat replika kayu jati yang melambangkan peran penting monyet dalam membantu Sunan Kalijaga dalam memindahkan kayu jati.

Ketika rombongan tiba di Goa Kreo, prosesi kirab dimulai dengan doa-doa yang dipimpin oleh tokoh-tokoh adat, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan.

Setelah prosesi doa selesai, acara dilanjutkan dengan anak-anak dari komunitas setempat mengenakan kostum monyet dan berpartisipasi dalam perayaan dengan tarian yang menggambarkan peran monyet dalam membantu Sunan Kalijaga.

Setelah prosesi selesai, gunungan-gunungan yang berisi berbagai hidangan tradisional, termasuk Sego Kethek atau Nasi Monyet dibagikan kepada para monyet sebagai simbol rasa terima kasih.

Sego Kethek adalah nasi yang dibungkus dengan daun jati dan diisi dengan sayuran, tahu, dan tempe.

Dalam prosesi Sesaji Rewanda tersebut juga terdapat gunungan yang bisa mencapai tinggi sekitar 2,5 meter yang akan dibagikan kepada semua yang hadir.



Pewarta :
Editor: Immanuel Citra Senjaya
COPYRIGHT © ANTARA 2025