Ratusan Orang Nekat Mendaki ke Puncak Merapi
Senin, 17 September 2012 07:20 WIB
"Pendakian ke puncak Merapi sebetulnya masih dilarang untuk sementara waktu. Namun, mereka masih banyak yang nekat dan jumlahnya sejak Sabtu (15/9) malam hingga Minggu (16/9) mencapai sekitar 200 orang lebih," kata anggota Tim SAR Barameru Desa Lencoh Samsuri, di Boyolali, Senin.
Menurut Samsuri, jumlah pendaki ke Merapi tersebut mengalami peningkatan sekitar 50 persen dibanding Minggu sebelumnya yang hanya sekitar 100 pendaki.
Para pendaki tersebut datang dari berbagai daerah, antara lain Kota Solo, Yogyakarta, Semarang, Jakarta, dan lokal Boyolali.
Bahkan, pendaki ada yang datang dari mancanegara seperti Prancis, Belanda, dan Singapura. Mereka ke puncak Merapi biasanya menikmati keindahan pemandangan pegunungan.
Menyinggung waktu larangan pendakian ke puncak Merapi, kata dia, sudah sekitar sebulan ini, karena adanya suara gemuruh terdengar dari puncak.
Namun, kata dia, suara gemuruh puncak Merapi yang terdengar oleh warga sekitar terjadi pada sebulan yang lalu.
"Kondisi Merapi saat ini masih aman untuk pendakian. Namun, cuaca di puncak sangat dingin pada musim kemarau ini," katanya.
Oleh Karena itu, pihaknya mengimbau para pendaki untuk membawa perlengkapan yang cukup seperti jaket tebal dan tenda. Jika terjadi kabut tebal di puncak mereka dapat memanfaatkan tenda itu untuk berlindung.
Karena, kata dia, kondisi puncak Merapi pada malam hari sering terjadi kabut sehingga dapat menghalangi pandangan para pendaki.
"Jika pendaki terhalang kabut lebih baik menunda perjalanan ke puncak. Setelah kabut lewat bisa melanjutkan perjalanan, karena, hal itu, dapat membahayakan pendaki," katanya.
Menurut petugas pos pemantauan Gunung Merapi di Jrakah Selo, Triyono, kondisi Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta itu, level satu normal.
Pada kondisi puncak sering terjadi kabut tebal pada malam hari, sehingga pantauan kasat mata dari Pos Jrakah tidak kelihatan.
Menyinggung terdengar suara gemuruh dari puncak Merapi, kata dia, hasil pantauan dari Pos Pengawasan Gunung Merapi Jrakah, nihil.
Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor:
Zaenal A.
COPYRIGHT © ANTARA 2024