Kemarau Ekstrem Picu Merebaknya "Pink Eye"
Rabu, 3 Oktober 2012 16:00 WIB
"Cuaca yang terlalu panas dan terlalu lama bisa memicu 'pink eye' ternak. Ini yang biasa dialami hewan kurban dari tahun ke tahun," kata Hery Mirna, Kepada Bidang Perlindungan Dispertan Pemkot Surakarta, di Solo, Rabu.
Ia mengatakan penyakit "mata jingga" ini tidak memengaruhi kualitas daging. Namun hal itu menjadi cela saat hewan tersebut dipotong pada Idul Adha.
Sesuai syariat Islam, katanya, pemilihan hewan kurban, antara lain, meliputi kesempurnaan kondisi fisik. Untuk itulah Dispertan menerjunkan 40 petugas untuk memeriksa hewan kurban mulai sepekan sebelum hari pertama kurban hingga hari tasyrik berakhir.
Petugas memeriksa kondisi fisik hewan, mulai kepala hingga ujung kaki. Hewan kurban yang ternyata sakit, cacat, atau tak layak dikurbankan, katanya, diberi tanda silang (X) di tubuhnya, sedangkan hewan kurban sehat diberi tanda L.
Mirna mengatakan hewan pengidap "pink eye" bisa tidak layak dikurbankan apabila kondisi matanya tergolong parah. Selain itu, penyakit yang umumnya merebak adalah diare dan penyakit kulit.
"Penyakit luar bisa terdeteksi, tapi untuk penyakit dalam sulit bagi orang awam. Untuk itu kami meminta masyarakat jeli. Obat untuk penyakit dalam bisa bekerja efektif jika diberikan minimal tiga pekan sebelum disembelih. Petugas kami memeriksa pada sepekan sebelum disembelih," katanya.
Ia mengatakan untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat ihwal pemotongan hewan kurban, Dispertan juga telah menghadirkan seluruh para pemangku kepentingan.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Solo, pedagang ternak, panitia masjid, dan jagal menjadi sasaran sosialisasi. Pada Idul Adha tahun ini, Dispertan memperkirakan 3.000 ekor sapi dikurbankan, sedangkan kambing atau domba mencapai 8.000 ekor.
Pewarta : Joko Widodo
Editor:
Zaenal A.
COPYRIGHT © ANTARA 2025