Logo Header Antaranews Jateng

Oposisi Suriah Tolak Rencana Perdamaian Presiden Bashar al-Assad

Senin, 7 Januari 2013 08:15 WIB
Image Print
Presiden Suriah, Basyar al-Assad, saat menyampaikan pidato publik pertamanya di tahun 2013. (al jazeera.com)


Louay Safi, anggota Koalisi Nasional Suriah, menyebut pidato sebagai "retorika kosong."

"Dia tidak menawarkan diri untuk mundur, yang merupakan prasyarat untuk memulai perundingan," kata Safi dikutip oleh AlJazeera.

"Dia telah menunjukkan bahwa ia adalah seorang diktator. Kita tidak bisa bernegosiasi dengannya, dan saya pikir ia tidak memiliki keinginan untuk melepaskan kekuasaan. Ia ingin menghancurkan oposisi. Dan dia berharap dia bisa tinggal selama 40 tahun ke depan seperti yang ayahnya lakukan."

Bashar menyerukan "perang untuk membela bangsa" dengan menggambarkan pemberontak melawan dia sebagai teroris dan agen asing.

Satu konferensi rekonsiliasi yang ia usulkan harus mengecualikan "orang-orang yang telah mengkhianati Suriah".

Bashar harus mundur untuk menghasilkan solusi politik bagi perang di negaranya, kata kepala urusan luar negeri Uni Eropa Catherine Ashton.

"Kami akan melihat dengan hati-hati jika ada sesuatu yang baru dalam pidato, tetapi kami mempertahankan posisi kami bahwa Bashar harus minggir dan memungkinkan untuk transisi politik," kata juru bicara Ashton.

PBB mengatakan 60.000 orang telah tewas dalam perang saudara di Suriah.

Dalam pidatonya, Bashar berterima kasih kepada Rusia, China dan Iran atas dukungan mereka kepada Suriah.

"Kami berterima kasih atas dukungan Anda," katanya.

Negara-negara Barat bersikeras atas kepergian Bashar sebelum pembentukan pemerintah persatuan nasional baru, sementara Rusia bersikeras bahwa keputusan diserahkan kepada rakyat Suriah.

Pewarta :
Editor: Mahmudah
COPYRIGHT © ANTARA 2024