Pilgub Jateng Penuh Kejutan dan Pragmatisme Partai
Minggu, 10 Maret 2013 16:42 WIB
Ketiga pasangan yang mendaftar ke KPU Provinsi Jateng masing-masing kandidat gubernur pejabat kini Bibit Waluyo dan Rektor Universitas Negeri Semarang Sudijono Sastroatmodjo yang diusung gabungan Partai Demokrat, PAN, dan Partai Golkar.
Pasangan berikutnya anggota DPR Ganjar Pranowo dan Bupati Purbalingga Heru Sujatmoko yang diusung PDI Perjuangan.
Adapun pasangan terakhir, yakni Sekretaris Daerah Jateng Hadi Prabowo dan Bupati Sumedang Don Murdono yang diusung gabungan enam partai, Partai Gerindra, PKS, PKB, PPP, Partai Hanura, serta PKNU.
Banyak kejutan yang muncul pada pendaftaran yang masih berlangsung hingga saat-saat terakhir penutupan oleh KPU Provinsi Jateng.
Ketiga pasangan baru mulai mendaftar pada hari kelima atau dua hari terakhir menjelang penutupan pendaftaran.
Pasangan pertama yang mendaftar, yakni Bibit-Sudijono yang langsung datang ke komisi pemilihan sesaat setelah dideklarasikan.
Pasangan kedua, Ganjar-Heru, yang mendaftar lima jam menjelang penutupan.
PDI Perjuangan baru mendaftarkan pasangan tersebut pada hari terakhir mengingat rekomendasi yang tak kunjung diumumkan.
Rekomendasi PDI Perjuangan kepada Ganjar-Heru tersebut cukup mengejutkan, mengingat bakal calon gubernur tersebut menyisihkan dua nama kuat lain, yakni Wakil Gubernur Rustriningsih dan Hadi Prabowo.
Dari tiga pasangan itu yang paling menarik ialah pasangan Hadi-Don yang mendaftar dua jam menjelang penutupan pendaftaran.
Hadi yang tersingkir dalam penjaringan bakal calon gubernur PDI Perjuangan itu langsung bergerak cepat mencari dukungan dari partai-partai menengah di DPRD Jawa Tengah.
Dengan enam partai koalisi, pasangan Hadi-Don total mengatongi 40 persen kursi di DPRD Jawa Tengah.
Pragamatis
Analis politik Universitas Diponegoro Semarang Triyono Lukmantoro menilai seluruh partai politik yang mengusung bakal calon pada pilgub tahun ini masuk dalam kategori pragmatis.
Ia menjelaskan bahwa dua kategori pragmatisme partai yang masuk dalam pencalonan kali ini.
"Partai pragmatis karena hanya berpikir asal menang dalam pilgub serta memperoleh duit dari pencalonan," katanya.
Menurut dia, partai politik pengusung Bibit Waluyo berpikiran pragmatis hanya demi kemenangan saja.
"Usung saja 'incumbent' yang penting asal menang, tanpa berpikir kader atau bukan," katanya menegaskan.
Adapun partai menengah yang mengusung Hadi Prabowo-Don Murdono, dia menilai hanya berorientasi pada materi dari pencalonan, tanpa pertimbangan kesamaan platform partai yang mengusung.
Ia menyakini keputusan partai menengah yang akhirnya mengusung Hadi Prabowo daripada Rustriningsih sebagai calon gubernur didasari oleh materi.
"Bu Rustriningsih diyakini tidak punya duit sehingga partai-partai itu menutuskan yang penting mencalonkan dan dapat uang," katanya.
Dampak
Dosen Sosiologi Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Diponegoro Semarang ini menilai kondisi tersebut berdampak terhadap tingginya biaya politik yang harus ditanggung oleh para kandidat.
Menurut Triyono, pasangan Hadi Prabowo-Don Murdono bakal menghabiskan biaya politik terbesar dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jateng pada tanggal 26 Mei 2013.
"Ketiga pasangan calon yang mendaftar akan mengeluarkan biaya politik yang besar. Namun, untuk Hadi-Don, kelihatannya agak berat," katanya.
Menurut dia, pasangan yang didukung enam partai koalisi itu harus mampu menyatukan keenamnya yang memiliki platform berbeda-beda.
Biaya politik yang besar tersebut, lanjut dia, sudah tampak dari saat-saat terakhir pendaftaran di KPU yang tergambar dari pragmatisme partai politik menengah pengusung Hadi-Don.
"Partai-partai ini hanya berpikiran asal bisa ikut pilgub, syukur-syukur bisa menang," tambahnya.
Padahal, lanjut dia, enam partai pengusung tersebut sudah jelas memiliki platform yang berbeda.
Ia mencontohkan Partai Gerindra yang nasionalis jelas memiliki platform berbeda dengan Partai Keadilan Sejahtera.
Biaya politik terbesar kedua, kata dia, harus dikeluarkan oleh pasangan Ganjar Pranowo-Heru Sujatmoko yang diusung PDI Perjuangan.
Ia menjelaskan bahwa pasangan tersebut dinilai sebagai calon "kiriman" dari Dewan Pimpinan Pusat PDI Perjuangan.
"Mereka tentu akan mengeluarkan dana untuk membiayai operasional di tingkat pengurus cabang," katanya.
Ketiga, menurut dia, pasangan Bibit Waluyo Sudijono Sastoatmodjo yang diusung gabungan Partai Demokrat, PAN, dan Partai Golkar.
Ia menilai pasangan itu yang akan paling kecil biaya politiknya mengingat gaya Bibit Waluyo yang sangat percaya diri.
"Pak Bibit merasa sangat populer sehingga tak butuh partai. Partai dianggap hanya sebagai kendaraan untuk mendaftar ke KPU," katanya.
Direktur Lembaga Pengkajian dan Survei Indonesia M. Yulianto menilai satu pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang akan maju dalam Pemilihan Kepala Daerah Jawa Tengah membutuhkan dana minimal Rp200 miliar.
"Angka tersebut masih bisa lebih, melihat kebutuhan di lapangan nanti," kata Yulianto.
Menurut dia, beberapa kebutuhan yang harus disiapkan pendanaannya di antaranya uang saksi di tempat pemungutan suara, kebutuhan alat peraga kampanye, dana operasional kampanye untuk pengurus partai di tingkat kabupaten/kota, dan sebagainya.
Ia menjelaskan bahwa kebutuhan dana untuk saksi di TPS setidaknya mencapai Rp12 miliar.
"Jumlah TPS pilgub sekitar 60.000 dengan masing-masing dua saksi per titik. Kalau per saksi diberi honor Rp100.000, kebutuhannya sudah sekitar Rp12 miliar," katanya.
Kebutuhan yang relatif cukup besar lainnya, kata dia, yakni alat peraga kampanye, seperti kaos, baliho, dan bendera.
Ia mencontohkan kebutuhan dana untuk penyediaan kaus yang diperkirakan mencapai Rp120 miliar.
Perhitungannya, menurut dia, jika satu pasangan menyediakan kaos untuk 12 juta pemilih yang ditarget, dengan harga per satuannya Rp10.000, maka dibutuhkan dana sekitar Rp120 miliar.
"Belum lagi untuk kebutuhan menggerakkan mesin partai, sukarelawan dari luar, dan sebagainya," katanya.
Ia menuturkan bahwa kebutuhan dana tersebut dapat diperoleh dari pembagian antarpasangan gubernur dan wakilnya.
Selain itu, lanjut dia, kebutuhan dana juga bisa diperoleh dari sponsor yang tentunya memiliki kedekatan dengan pasangan calon yang didukung.
Melihat berbagai kondisi menjelang pilgub tersebut, baik Triyono maupun Yulianto, khawatir hasil Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jateng 2013 akan berdampak terhadap kualitas pemimpin yang dihasilkan.
Menurut Triyono, para kandidat yang maju itu bukan merupakan sosok dengan kemampuan politik yang relatif bagus.
Akibatnya, dia khawatir Jawa Tengah tidak akan memperoleh pemimpin yang terbaik.
Pewarta : Immanuel Citra Senjaya
Editor:
Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2024