Penerapan Kurikulum 2013 yang "Ngos-ngosan"
Jumat, 27 Desember 2013 18:07 WIB
Perubahan atau banyak yang memilih menyebutnya pembenahan kurikulum pendidikan acap kali terjadi di Indonesia, setidaknya dalam kurun waktu 10 tahun terakhir telah diterapkan tiga model kurikulum.
Pada kisaran 2004, berlaku pola kurikulum berbasis kompetensi (KBK), kemudian pada tahun 2006 disempurnakan dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang memberi keleluasaan sekolah mengembangkan pembelajaran.
Setelah berjalan sekitar hampir tujuh tahun, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kembali mengeluarkan kebijakan kurikulum baru, atau yang kemudian disebut Kurikulum 2013 sebagai penyempurnaan KTSP.
Tepat pada tanggal 15 Juli 2013, atau awal tahun ajaran 2013/2014 seluruh sekolah secara serentak menerapkan kurikulum 2013, mulai dari sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA) dan sederajat.
Gaung penerapan kurikulum baru pun diwarnai berbagai pro dan kontra, ada yang menolak karena melihat ketidaksiapan penerapannya, ada yang menerima dengan pasrah, dan ada pula yang menyambur gembira.
Terlepas dari berbagai pro dan kontra, Kurikulum 2013 toh akhirnya tetap diterapkan mulai tahun ini, tepatnya mulai 15 Juli 2013 meski belum seluruh sekolah menerapkan, atau hanya sekolah yang ditunjuk.
Utamanya, mereka dari kalangan eks rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) yang ditunjuk oleh Pemerintah untuk menerapkan kurikulum baru mulai tahun ini, sementara lainnya akan menyusul bertahap.
Termasuk di Kota Semarang, setidaknya ada 17 sekolah eks RSBI yang menerapkan kurikulum baru mulai tahun ini meski persiapan yang dilakukan "serbamepet", termasuk sosialisasi dan kelengkapan sarananya.
Salah satu contoh, yakni pelatihan penerapan kurikulum baru bagi guru mengingat pembenahan atau perubahan tentu memiliki "rasa" berbeda dibanding sebelumnya sehingga guru tetap butuh untuk dilatih.
Memasuki awal Juli 2013, belum ada guru yang dikirim untuk mengikuti pelatihan kurikulum baru, padahal penerapan kurikulum baru dijadwalkan mulai 15 Juli 2013 sehingga praktis waktu yang tersisa mepet.
Berbagai kalangan pun mulai meragukan kesiapan penerapan kurikulum baru secara tepat waktu sesuai yang direncanakan, salah satunya pakar pendidikan yang juga Rektor IKIP PGRI Semarang Muhdi yang angkat bicara.
Muhdi mengkhawatirkan sisa waktu yang sempit tak cukup untuk mempersiapkan kurikulum baru secara optimal mengingat banyak sekali yang harus disiapkan, terutama gurunya.
"Sampai sekarang saja belum ada guru yang dilatih. Padahal, rencananya diterapkan 15 Juli 2013. Kami khawatir kalau itu nantinya memengaruhi guru dalam penerapannya (kurikulum baru)," katanya, Rabu (3/7).
Sekretaris Umum PGRI Jawa Tengah itu khawatir penerapan kurikulum menjadi dipaksakan, penyajiannya menjadi seadanya, dan hanya sebatas label dengan "rasa" yang sama karena waktu persiapan yang relatif sangat sempit.
Meski demikian, Muhdi tetap berharap Pemerintah menyiapkan secara sungguh-sungguh, terutama menggenjot pelatihan guru secara optimal mengingat peran guru sebagai penentu keberhasilan penerapan kurikulum.
Kekurangan Buku Penunjang
Tak hanya soal mepetnya persiapan, kurikulum baru ternyata menimbulkan beberapa kendala bagi sekolah dalam penerapannya, antara lain soal distribusi buku pelajaran muatan kurikulum baru yang kurang.
Sejumlah SMA di Kota Semarang yang ditunjuk menerapkan kurikulum baru mengakui baru melaksanakannya untuk tiga pelajaran, yakni Matematika, Bahasa Indonesia, dan Sejarah karena baru itu yang bukunya siap.
"Sementara baru tiga pelajaran itu yang memakai kurikulum baru karena baru itu yang bukunya disiapkan. Pelajaran lainnya akan berjalan secara bertahap," kata Kepala SMA Negeri 3 Semarang Bambang Nianto, Kamis (18/7).
Menurut Bambang, penerapan kurikulum baru SMA untuk tiga pelajaran itu juga terjadi secara nasional karena memang baru buku pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, dan Sejarah yang sudah siap dan didistribusikan.
Meski guru-guru pelajaran lainnya tetap memakai pola KTSP, SMA Negeri 3 Semarang tetap menyiapkan mereka dengan muatan Kurikulum 2013 sehingga bisa menyesuaikan sembari menunggu buku-buku pelajarannya didistribusikan.
Untungnya guru-guru SMA untuk ketiga mata pelajaran tersebut sudah dilatih mengimplementasikan kurikulum baru. Mereka belum lama telah menjalani pelatihan penerapan kurikulum baru selama satu minggu di Yogyakarta.
Di Kota Semarang, setidaknya ada 12 SMA yang menerapkan kurikulum baru mulai tahun 2013, terdiri atas sembilan sekolah negeri dan tiga swasta, termasuk SMA Negeri 3 Semarang yang notabene merupakan eks RSBI.
Sedikit berbeda untuk penerapan kurikulum baru di SMP dan sederajat, setidaknya mereka sudah menerapkannya untuk sembilan mata pelajaran, dari total sebanyak 10 mata pelajaran yang ada pada Kurikulum 2013.
Kesembilan pelajaran untuk jenjang SMP itu, yakni Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris, Seni Budaya, Pendidikan Jasmani Kesehatan, dan Prakarya.
Kepala SMP Negeri 5 Semarang Suharto mengungkapkan bahwa buku-buku untuk sembilan pelajaran itu sudah dikirim ke sekolah, sementara untuk satu pelajaran lain, yakni Pendidikan Agama dan Budi Pekerti baru beberapa.
"Kalau dari mata pelajarannya, sebenarnya sudah semua pelajaran dikirim. Namun, jumlahnya sendiri masih kurang karena per pelajaran baru diberi 275 buku, sementara siswa baru kami ada 288 orang," katanya, Rabu (24/7).
Solusinya, SMP Negeri 5 Semarang membagikan buku ke setiap kelas secara berurutan sehingga kekurangan hanya pada kelas yang terakhir, yakni VII J. Sementara, satu buku digunakan secara bersama untuk dua siswa.
Untuk guru pengampu mata pelajaran, Suharto menjelaskan bahwa sudah ada sebanyak 17 guru untuk sembilan pelajaran itu yang dikirim mengikuti pelatihan dari total sebanyak 48 guru yang dimiliki SMP Negeri 5 Semarang.
Menanggapi kondisi tersebut, Dinas Pendidikan Kota Semarang mengaku tidak bisa berbuat banyak karena distribusi buku langsung dari pusat, tetapi kekurangan buku untuk SD dan SMP tidak terlampau banyak.
Penerapan Kurikulum 2013 untuk jenjang SD dan SMP, kata Kepala Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah Disdik Kota Semarang Taufik Hidayat, sudah lebih lengkap daripada SMA yang baru menerapkan pada tiga pelajaran.
Sejauh ini, ungkapnya, sudah 45 satuan pendidikan yang ditunjuk Kemendikbud menerapkan kurikulum baru, terdiri atas 12 jenjang SD, enam jenjang SMP, 12 jenjang SMA dan 15 jenjang sekolah menengah kejuruan (SMK).
Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor:
Zaenal A.
COPYRIGHT © ANTARA 2025