Bahkan, masyarakat yang ingin bepergian menggunakan jasa angkutan umum, setiap masuk terminal tidak akan betah lama-lama menunggu bus di terminal. Calon penumpang setibanya di terminal, segera naik bus yang dikehendaki untuk menuju daerah tujuan.

Masyarakat yang menggunakan jasa angkutan bus, dahulu tidak berani hingga malam hari, karena khawatir terancam keamanannya. Antara calon penumpang, awak kendaraan, pedagang asongan, jasa penjualan tiket, bercampur aduk sehingga para calon penumpang tidak merasa nyaman. Di antara mereka kadang-kadang terkena tipu orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Oleh karena itu, Pemerintah Kota Surakarta bekerja keras mengubah persepsi publik tentang terminal tersebut, supaya menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi penumpang.

Pemerintah pusat pada 2008 meminta Pemerintah Kota Surakarta untuk memindahkan terminal setempat dari tengah kota itu di daerah pinggir kota sebagai cara mengatasi persoalan tersebut. Ketika itu, pemkot setempat di bawah kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi) yang sekarang menjadi Presiden RI.

Namun, Jokowi bersama Wakil Wali Kota Surakarta F.X. Hadi Rudyatmo ketika itu, tidak setuju dengan rencana pemerintah pusat. Mereka mempunyai rencana lain, soal pengembangan Terminal Tirtonadi. Mereka mempunyai rencana induk untuk pembangunan terminal yang kemudian mulai dikerjakan pada 2009.

Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Kota Surakarta Yosca Herman Sudrajat mengatakan sesuai aturan, terminal bus tipe A letaknya harus di pinggir kota agar tidak mengganggu kondisi arus lalu lintas umum.

"Solo berbeda dengan kota-kota lain di Indonesia. Terminal yang mengganggu bukan karena busnya tetapi justru kendaraan pribadi," katanya.

Menurut dia, terminal yang dibangun di pinggir kota bisa mati karena sepi penumpang sebagai akibat jarak fasilitas itu yang terlalu jauh dari kota. Penumpang dan bus kadang-kadang tidak mau masuk terminal.

Terminal itu, katanya, sarana angkutan umum sebagai bagian dari bentuk distribusi kebutuhan orang dan barang. Jika letaknya di tengah kota, peranannya akan efektif dan efisien, sedangkan di pinggir kota akan sepi.

"Kita dahulu berani melanggar aturan terminal itu karena untuk pembangunan kota. Akhirnya benar, terminal-terminal sekarang di daerah lain di pinggir kota banyak yang mati," katanya.

Untuk kepentingan khusus, Pemkot Surakarta mengembangkan peranan terminal di tengah kota setempat, melalui pembuatan rencana induk. Terminal di seluruh dunia maju, seperti Korea dan Singapura, bukan hanya untuk bus, tetapi terintegrasi dengan angkutan umum lainnya.

Setiap hari, Terminal Tirtonadi Solo rata-rata dikunjungi 15 ribu penumpang. Bahkan, saat Ramadhan atau mudik Lebaran seperti pada Juli 2015 mencapai sekitar 30 ribu penumpang.

Hal itu suatu potensi untuk pengembangan terminal dengan pembangunan pusat perbelanjaan dan aktivitas bisnis lainnya.

Para penumpang yang masuk terminal tidak perlu ke mana-kemana lagi jika akan melakukan aktivitas bisnis. Mereka tidak perlu angkutan lagi karena sudah ada pusat perbelanjaan, seperti Pasar Klewer di atas terminal.

"Kita sekarang mengembangkan modifikasi itu, ada mal, pusat perbelanjaan, hotel, kantor bisnis, dan lainnya," katanya.

Ia mengaku Jokowi yang waktu itu menjabat sebagai Wali Kota Surakarta turut dalam perencanaan pengembangan Terminal Tirtonadi Solo. Kini, pengembangan terminal setempat tersebut telah terealisasi. Terminal Tirtodadi Solo saat ini sebagai salah satu pusat percontohan di Indonesia.

"Pengembangan terminal ini, dimulai dengan 'master plain', dibuat kajian pada 2008, kemudian 2009 dimulai pembangunannya. Karena anggaran Pemerintah Kota Surakarta dahulu terbatas, direncanakan selesai pada 2020," katanya.

Namun, Jokowi kemudian menjadi Presiden RI sehingga pembangunan lantai dasar terminal di Solo itu akan selesai pada akhir 2015 dengan anggaran sekitar Rp160 miliar.

Ia menjelaskan rencana pembangunan lantai atas oleh pihak investor yang saat ini sudah proses lelang. Pembangunan lantai atas terminal rencananya mulai 2016. Terminal tersebut memiliki luas sekitar lima hektare dengan bangunan sekitar 4,2 hektare.

Lantai dasar terminal untuk bus antarkota dan antarprovinsi serta memfasilitasi para penumpang, sedangkan lantai atas untuk mal, hotel, dan area parkir.

"Kita ingin menghilangkan 'image' bahwa terminal bus kondisinya kumuh, kotor, dan segi keamanan tidak nyaman karena banyak nongkrong para preman. Namun, kita buat terminal seperti kondisi bandara dan kita ubah sistemnya," katanya.

Masyarakat pengguna jasa angkutan bus di terminal Solo, kini sudah merasakan kenyamanan dan merasa terjaga keamanannya. Penumpang yang ingin tidur, istirahat sejenak, atau mandi di terminal mendapatkan fasilitas yang bersih, sedangkan ruang tunggu telah dilengkapi dengan alat pendingin udara.

Calon penumpang tidak diganggu pedagang atau orang lain yang tidak berkepentingan karena ruangannya steril. Calon penumpang menjadi nyaman karena mendapatkan bus yang hendak ditumpangi tepat di depan pintu keluar ruang tunggu.

Menurut dia, penerapan sistem baru di terminal itu membuat tindak kejahatan terhadap calon penumpang semakin berkurang dan berdampak positif, berupa peningkatan pengguna bus.

"Calon penumpang bus yang sudah masuk terminal merasa nyaman dan aman. Inilah secara psikologis untuk menumbuhkan pelayanan publik terminal di tengah kota, salah satu faktor prioritas untuk pertumbuhan ekonomi," katanya.

Bus yang masuk Terminal Tirtonadi rata-rata 1.500 armada, sedangkan penumpang sekitar 15.000 orang per hari. Terminal Tirtonadi dibangun dengan mengadopsi terminal di Singapura.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Terminal Tirtonadi Solo Eko Agus Susanto mengatakan pemkot mulai melakukan pembebasan tanah dengan sistem tukar guling seluas 1,5 hektare, sebagai syarat mutlak pengembangan terminal setempat menjadi tipe A.

Kementerian Perhubungan kemudian melakukan pembangunan secara bertahap dan hingga sekarang dana yang sudah dikucurkan sekitar Rp125 miliar ditambah dengan lelang tahap kedua yang dilakukan di pusat senilai Rp31 miliar. Totalnya sekitar 156 miliar untuk pembangunan lantai satu atau dasar.

"Pembangunan terminal sejak 2009 hingga akhir 2015 rencana selesai, menjadi terminal tipe A," katanya.

Terminal Tirtonadi Solo, kini menjadi salah satu terminal tipe A III atau masuk grade tertinggi dengan zona-zona yang sesuai peraturan Kemenhub, antara lain fasilitas utama dan penunjang lainnya.

Eko mengatakan fasilitas utama Terminal Tirtonadi yang sudah menjadi tipe A, antara lain ada jalur kedatangan bus, tempat untuk penumpang istirahat sebelum melanjutkan perjalanan, ruang tunggu yang representatif, toilet, fasilitas untuk difabel, dan masjid yang besar, mampu menampung sekitar 1.000 umat.

Jika lantai satu terminal sudah sempurna maka akan dijadikan model nasional di Indonesia yang sesuai dengan Peraturan Kemenhub. Terminal itu, sudah terbagi zona bebas, zona calon penumpang yang sudah mempunyai tiket, dan zona steril yang khusus calon penumpang akan naik bus.

Terminal Solo juga sudah siap untuk para pengusaha angkutan bus umum menjual tiket dengan cara dalam jaringan. Rencananya hal itu dilaksanakan pada 2016 oleh Kemenhub atau jasa angkutan lainnya, seperti kereta api.

Bahkan, Terminal Tirtonadi juga mempunyai petugas yang setiap hari melakukan inspeksi ke bus-bus sehingga armada yang ke luar dari terminal harus laik jalan. Pemeriksaan oleh mereka seperti menyangkut administrasi, kondisi kendaraan, dan sopirnya yang harus dalam keadaan baik.

Ia mengatakan kondisi Terminal Tirtonadi saat ini sudah lebih nyaman dan aman. Tidak seperti sebelum 2008, di mana antara penumpang, pedagang, awak bus, dan orang yang tidak berkepentingan, bercampur di tempat tersebut, yang berakibat situasinya semrawut.

"Terminal ini, di sebelah barat melayani calon penumpang dari arah Jakarta dan sebaliknya, sedangkan bagian timur ke Surabaya atau Bali dan sebaliknya," katanya.
Ia mengatakan persoalan kebersihan terminal sudah diserahkan kepada pihak ketiga melalui sistem kerja sama. Mereka harus fokus menjaga kebersihan setiap hari di lingkungan terminal itu.

Pihaknya juga menjamin keamanan calon penumpang di terminal setempat. Mereka yang datang ke tempat itu, jam berapapun, akan merasa nyaman dan aman. Tidak lagi merasa dikejar-kejar atau dipaksa oleh awak bus maupun petugas, jika ingin memanfaatkan fasilitas di lingkungan terminal.

Jumlah penumpang di terminal Solo dalam kondisi normal, sekitar 8.000 hingga 9.000 orang, sedangkan bus 1.200 armada per hari, sedangkan jika ramai mengalami peningkatan menjadi 10.000 hingga 12 ribu orang dengan jumlah bus sekitar 1.700 armada per hari.

Saat ini, situasi kehidupan di Terminal Tirtonadi Solo, sebagai paling aktif di Indonesia. Alasan keengganan Jokowi ketika menjadi wali kota setempat untuk memindahkan lokasi terminal, menemukan buktinya saat ini.

Target Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2015 dari terminal setempat mencapai Rp5,3 miliar, berada di urutan ketiga di Indonesia. Urutan pertama dan kedua, diduduki terminal tingkat provinsi.

Penumpang yang masuk terminal hanya dikenai retribusi Rp500 per orang, calon penumpang sudah dibebaskan dari biaya lainnya. Jika menggunakan toilet mereka tidak dikenai pungutan.

"Terminal ini, masih ditarik jasa ruang tunggu dengan fasilitas pendingin hanya Rp500 per orang. Namun, mereka masuk toilet saja gratis," katanya.

Wali Kota Surakarta F.X. Hadi Rudyatmo mengatakan pembangunan Terminal Tirtonadi Solo menelan anggaran sekitar Rp161 miliar. Sebagian besar dana itu, merupakan bantuan Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. Pembangunan terminal terus dikerjakan tanpa mengganggu aktivitas terminal.

"Pembangunan terminal ini dilakukan secara terus-menerus. Selesai membangun terminal barat, kini membangun terminal timur. Selanjutnya membangun 'skybridge' penghubung antara Terminal Bus Tirtonadi dengan Stasiun Solo Balapan," katanya.

Pemkot akan membangun bagian atas terminal meliputi empat lantai, yang akan diserahkan kepada pihak swasta. Lokasi itu, nantinya sebagai mal, pusat perbelanjaan, kegiatan bisnis lainnya, dan perkantoran.

Beberapa kali
Menteri Perhubungan Ignasius Jonan telah beberapa kali melakukan peninjauan, untuk mengetahui perkembangan pembangunan Terminal Tirtonadi Solo menjadi tipe A III.

Ia mengatakan pengembangan terminal setempat terus dilakukan hingga akhir 2015 dengan tujuan memberikan kenyamanan masyarakat pengguna jasa angkutan umum.

Presiden Jokowi, katanya, telah memerintahkannya untuk melakukan perbaikan terminal angkutan massal, seperti bus, supaya menjadi tempat yang memberikan kenyamanan kepada calon penumpang.

Pengembangan Terminal Tirtonadi Solo dengan dana APBN Rp161 miliar itu, termasuk pembangunan jembatan penghubung terminal setempat dengan Stasiun Balapan Solo.

Pembangunan Terminal Tirtonadi Solo di sisi timur untuk menampung angkutan massal darat itu ke arah timur atau Surabaya, Jawa Timur, dan Bali.

Situasi di Terminal Bus Tirtonadi Solo yang nyaman dan aman, bisa dijadikan pencontohan bagi terminal angkutan umum di daerah lainnya.

Salah satu calon penumpang di terminal setempat, Wargono (48), mengaku kagum dengan kondisi terminal di Solo saat ini yang luas, bersih, dan nyaman, termasuk untuk istirahat sementara waktu.

"Saya sempat mandi di terminal ini, kondisi toilet bersih seperti di hotel. Petugas kebersihan setiap saat berjaga di lokasi dan membersihkan lantai," kata Wargono yang hendak pulang ke Surabaya.

Ia mengaku hanya membayar retribusi Rp500 untuk selanjutnya masuk ruang tunggu berpendingin udara. Kondisi seperti itu, seharusnya juga dilakukan di terminal-terminal lainnya, sehingga calon penumpang nyaman dan aman.

"Saya melihat di dalam terminal juga steril dan yang ada hanya calon penumpang yang hendak naik atau turun dari bus," katanya.

Nyonya Samsiah (40), warga Kendal, mengaku ke Solo hendak berbelanja sejumlah pakaian di Pasar Klewer, untuk dijual lagi di daerahnya. Hampir setiap bulan, ia ke Solo menumpang bus dan turun di terminal tersebut.

"Saya melihat kondisi sekarang terminal ini, bersih dan ruangnya juga ada pendingin, sehingga penumpang cukup nyaman. Saya juga tidak khawatir harus pulang malam hari, karena penerangan lampu bagus," katanya.

Jika lelah, dirinya bisa istirahat sejenak di terminal dengan aman untuk kemudian melanjutkan perjalanan.

Terminal Solo sekarang sudah bagus dan di situasi dalamnya juga aman karena hanya calon penumpang yang bisa masuk ruang tunggu.

Penumpang juga dibuat nyaman ketika hendak naik bus sesuai tujuannya, karena kendaraan umum itu berhenti dekat pintu ruang tunggu.