Turki Tak Akan Berhenti Mengebom Petempur Kurdi di Suriah
Kamis, 18 Februari 2016 11:51 WIB
Presiden Turki Tayyip Erdogan (kiri) menjelang sidang Parlemen Uni Eropa di Brussels, Belgia, Senin (5/10). (REUTERS/Francois Lenoir)
"Saat ini, saya menghadapi kesulitan dalam memahami Amerika, yang masih belum memasukkan atau masih belum menyebut PYD dan YPG sebagai teroris dan mengatakan akan terus mendukung YPG," kata Erdogan.
Washington mengakui PKK sebagai kelompok teror tapi tidak PYD dan milisinya, Satuan Perlindungan Rakyat (YPG).
Kemajuan cepat petempur Kurdi Suriah yang didukung Amerika Serikat, yang memanfaatkan serangan udara Rusia di wilayah tersebut untuk merebut wilayah di dekat perbatasan Turki, telah membuat geram Ankara. Sebagai tanggapan, Turki telah mengebom posisi YPG selama berhari-hari.
"Mereka memberitahu Turki ini: Berhenti mengebom PYD dan YPG. Jangan tersinggung, tapi kami tidak punya pikiran seperti itu. Jika seseorang menembakkan howitzer atau peluru ke Turki, mereka akan menghadapi reaksi berulang-kali lebih banyak," kata Erdogan.
Erdogan menyalahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) karena tetap tak bertindak apa-apa mengenai perbuatan yang ia sebut "kejahatan terhadap kemanusiaan" oleh Rusia di Suriah.
"Rusia telah memperlihatkan (warna asli)-nya dengan berdiri di samping pembunuh dan tiran (Presiden Suriah Bashar) al-Assad yang telah mengakibatkan kematian hampir 500.000 orang. Saat ini, (Rusia) nyaris melakukan kejahatan yang sangat serius terhadap kemanusiaana dan kejahatan perang dengan bom-bom yang telah menghujani sekarang. Apa yang dikatakan PBB? Jika dikonfirmasi, ini adalah kejahatan perang," kata Erdogan.
Erdogan juga memperingatkan krisis pengungsi, yang telah membuat 1,1 juta orang memasuki Eropa tahun lalu, akan bertambah parah jika konflik di Suriah tidak diakhiri.
"Tak peduli (jika) Barat bertindak dengan keras, dengan cara tak kenal kasihan, mereka tidak bisa mengendalikan arus masuk pengungsi," katanya seperti dilansir kantor berita Xinhua.
Dia menambahkan bahwa "harus ada konsensus segera mengenai penemuan penyelesaian bagi krisis Suriah." (Uu.C003)
Washington mengakui PKK sebagai kelompok teror tapi tidak PYD dan milisinya, Satuan Perlindungan Rakyat (YPG).
Kemajuan cepat petempur Kurdi Suriah yang didukung Amerika Serikat, yang memanfaatkan serangan udara Rusia di wilayah tersebut untuk merebut wilayah di dekat perbatasan Turki, telah membuat geram Ankara. Sebagai tanggapan, Turki telah mengebom posisi YPG selama berhari-hari.
"Mereka memberitahu Turki ini: Berhenti mengebom PYD dan YPG. Jangan tersinggung, tapi kami tidak punya pikiran seperti itu. Jika seseorang menembakkan howitzer atau peluru ke Turki, mereka akan menghadapi reaksi berulang-kali lebih banyak," kata Erdogan.
Erdogan menyalahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) karena tetap tak bertindak apa-apa mengenai perbuatan yang ia sebut "kejahatan terhadap kemanusiaan" oleh Rusia di Suriah.
"Rusia telah memperlihatkan (warna asli)-nya dengan berdiri di samping pembunuh dan tiran (Presiden Suriah Bashar) al-Assad yang telah mengakibatkan kematian hampir 500.000 orang. Saat ini, (Rusia) nyaris melakukan kejahatan yang sangat serius terhadap kemanusiaana dan kejahatan perang dengan bom-bom yang telah menghujani sekarang. Apa yang dikatakan PBB? Jika dikonfirmasi, ini adalah kejahatan perang," kata Erdogan.
Erdogan juga memperingatkan krisis pengungsi, yang telah membuat 1,1 juta orang memasuki Eropa tahun lalu, akan bertambah parah jika konflik di Suriah tidak diakhiri.
"Tak peduli (jika) Barat bertindak dengan keras, dengan cara tak kenal kasihan, mereka tidak bisa mengendalikan arus masuk pengungsi," katanya seperti dilansir kantor berita Xinhua.
Dia menambahkan bahwa "harus ada konsensus segera mengenai penemuan penyelesaian bagi krisis Suriah." (Uu.C003)
Pewarta : Antaranews
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
SMOM Kilang Cilacap ajak Perwira Pertamina tak lelah teladani-warisi nilai pahlawan
10 November 2024 13:55 WIB
Terpopuler - Gadget
Lihat Juga
Prancis: Keputusan Donald Trump "Risiko Serius" bagi Tatanan Perdagangan Global
01 February 2017 6:29 WIB, 2017